Sementara seorang pria yang tinggi tegap, berkulit hitam dan berwajah sedikit garang sedang sibuk mempersilahkan tamu yang datang untuk memasuki rumah besar itu.
Tamu yang datang selalu berganti menunjukan kartu undangan ke satpam yang berjaga.
Liany dengan hati ragu mendekati pria itu.
Tapi sebelum Liany mendekat, dari jauh pria tinggi besar itu menegur Liany.
" Mbak..! Ada perlu apa?" Sekarang bukan waktunya meminta sumbangan" teriak pria itu ke Liany.
Pria itu menatap Liany dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan menyelidik dan tidak menyukai.
" Sekarang hari penting!! Jadi kita tidak melayani orang minta sumbangan."
" Pergi dulu mbak! Besok atau lusa bisa datang lagi!" Kaliamat pria itu terasa keras dan menyakitkan hati Liany.
Liany dengan wajah sayu dan penampilan yang jauh dari kata mewah, menatap enggan pria itu di dalam hati Liany sangat tersinggung.
" Selamat siang pak, maaf saya ingin
bertanya apakah ini rumah Dr Denny Ananta ? " Kata Liany dengan berjalan maju mendekati ke pria itu dan memperlihatkan kartu nama yang di pegangnya.
Satpam itu mengernyitkan dahinya. Lalu menatap Liany dengan curiga.
Dan melihat kartu nama yang ada di tangan Liany.
" Iya memang betul ini rumah Dr. Denny, lalu anda ada keperluan apa mbak hingga datang kesini? Apa anda membawa undangan untuk menghadiri pertunangan beliau?"
Jawab satpam itu dengan tegas.
Saat mendengar pria yang ada didepannya mengatakan bahwa rumah yang di depannya betul rumah Denny, Liany bernafas lega.
Serta mendengar Denny sedang melangsungkan pertunangan, Liany seakan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
" Maksud bapak? Denny mau bertunangan?" Ucap Liany lirih hampir tak terdengar.
" Coba katakanlah sekali lagi saya mohon , apa benar ini rumah Denny dan dia mau bertunangan?" Tanya Liany terbata2 dengan air mata yang bercucuran, setelah itu dia merasa semuanya menjadi gelap.
Banyak orang yang datang melihat kejadian itu mengerumuni Liany yang terbaring pingsan di halaman rumah Denny.
Dengan bergegas pria yang menjadi satpam itu mengangkat tubuh Liany dan membawanya ke pos satpam.
Banyak tamu yang datang berkasak kusuk di dalam ruangan pertunangan itu membicarakan Liany.
Satpam itu segera masuk ke rumah dan memberitahukan ke tuan mereka yaitu Denny yang sedang sibuk menerima tamu yang memberikan ucapan kepadanya.
Dari jauh tampak Denny keliatan sangat bahagia dengan menggandeng tangan Vanesa keliatan begitu mesra, mereka memang terlihat pasangan yang ideal.
Mungkin bagi yang melihatnya akan merasa iri, karena yang pria berwajah tampan dan gagah, dari keluarga yang tajir.
Sedangkan yang wanita wajahnya cantik dan tubuhnya ramping dan juga berasal dari keluarga tak kalah tajir dari keluarga pihak laki-laki.
Denny sama sekali tidak pernah menduga kalau benih yang di tanamnya di rahim Liany telah tumbuh menjadi janin. Dan itu adalah anaknya.
Satpam itu berbisik pelan, karena banyak tamu yang menatap mereka dengan heran.
" Tuan ada yang tidak beres tadi ada gadis yang mencari tuan Denny, saat dia tau kalau tuan bertunangan gadis cantik itu malah pingsan." Jelasnya ke Denny.
" Ya sudah aku akan memeriksa orang itu." Ucap Denny dengan berjalan ke arah halaman rumahnya.
Denny meminta ijin ke teman - temannya dan tamu yang lain untuk mundur sebentar.
" Sayang kamu lanjutkan dulu menemani tamu - tamu kita, aku akan memeriksa keadaan di depan rumah kita." Ucap Denny ke Vanesa.
" So sweet banget calon suamimu, Nesa. Beruntung sekali kamu mendapatkan calon suami seperti dia. Sudah ganteng, kaya dan pintar" Komentar salah seorang teman mereka.
" Yah tentu saja, takdir baik selalu berpihak padaku." Jawab Vanesa dengan tersenyum arogan.
Denny bergegas melewati banyak tamu yang menyapanya.
Langkahnya lebar seakan ingin tahu siapa yang di bicarakan oleh satpam itu.
Sementara itu di pos satpam Liany sudah sadarkan diri.
Dia hanya duduk termenung dengan pandangan yang kosong tanpa harapan.
Bagaimana mungkin seorang Denny yang menjadi kekasihnya dan calon ayah dari anaknya, hari ini bertunangan dengan wanita lain.
" Sakit banget Den, pisau yang kau goreskan di hatiku ini. Dimana janjimu Den, untuk selalu menjagaku dan anak kita". sesal Liany dalam hati terasa ngilu dan perih.
Tak lama kemudian di depan pintu muncul Denny dengan memakai pakaian kemeja batik, terlihat begitu tampan dan berwibawa.
Saat Denny melihat gadis lusuh di depannya, langkah Denny mundur, dia sangat terkejut bahwa gadis itu adalah Liany.
Begitu juga dengan Liany, tidak kalah terkejutnya saat dia melihat pria yang datang di depannya.
Pria tampan yang selalu dia rindukan selama ini untuk bersamanya.
Tapi hari ini pria itu memilih wanita lain menjadi pendampingnya.
" Denny...." Suara Liany seakan berhenti di tenggorokan. Hati dan bibirnya terasa kelu seperti tersayat sembilu.
Hanya air mata yang berlinang di pipinya yang halus.
" Tidak kusangka kamu telah pergi dari diriku, padahal aku telah mengandung anakmu, Den. Aku mengira kamu sungguh mencintaiku dengan tulus". ucap Liany pelan hampir tak terdengar.
" Bagaimana kamu tahu rumah ini".
Tanya Denny tanpa penyesalan.
" Siapa kamu hingga kamu berhak
akan membatalkan pertunangan ini?" Teriak Denny dengan marah tapi juga bingung..dia hanya ingin menutupi perasaannya yang kacau dan malu, karena banyak tamu yang datang di situ.
"Den, kamu lupa denganku? Satu bulan kamu pergi dariku, setelah kamu mereguk semuanya dari tubuhku. Dan kamu berjanji untuk menjagaku. Tapi mana??" Ketus Liany dengan marah.
" Tidak mengapa Den, kalau kamu ingin meninggalkan aku dan anakmu. Aku akan membesarkan anak ini sendiri tanpa seorang ayah, seorang ayah yang tidak mau mengakuinya." Ucap Liany kembali dengan perasaan yang sangat kecewa terhadap Denny.
"Anak? Kamu mengandung anakku? Jangan menghalu." Ucap Denny dengan wajah merah menahan malu dan marah.
"Pak ! Bawa wanita ini keluar dari rumah ini, acara ini jangan sampai terganggu oleh wanita ini." Teriak Denny ke satpam itu dengan nada marah.
Liany melangkah maju mendekat ke arah Denny dan berkata pelan.
"Jangan takut aku menganggumu Den, aku akan pergi dari hidupmu selamanya, dan tidak perlu capek - capek satpam itu mengusirku. Aku bisa pergi sendiri." Ucap Liany dengan tegas.
" Aku harap kamu tidak pernah menyesal telah membuangku dan anakmu yang aku kandung ini." Gumam Liany seraya dia melangkah pergi menjauh dari Denny dan meninggalkan rumah itu.
Denny tidak bisa berkata apapun. Tangannya gemetar dan pikirannya menjadi kalut.
Dia hanya bisa menatap punggung Liany yang pergi meninggalkanya.
Yang ada di pikiran Denny sekarang hanya teman - temannya dan Vanesa calon istrinya.
"Tutup pintu pagarnya dan kunci jangan biarkan sembarangan orang masuk ke rumah ini." Perintahnya ke satpam dengan gaya cuek dan angkuh.
Akhirnya Denny pun menuntaskan acara pertunangannya hingga selesai, seperti tidak pernah terjadi apa apa.
___________
Gimana ya dengan nasib Liany? Ikuti cerita selanjutnya ya!
Jangan lupa like dan comment yaaa! 😘💕❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments