Perjalanan Waktu

Seiring waktu berjalan 2 Minggu telah berlalu.

Siang itu udara terasa panas, matahari bersinar terik, seakan ingin membakar bumi. Angin pun tiada berhembus menambah udara terasa kering dan hangat.

Liany berjalan tergesa, menuju rumah sahabatnya yang bernama Ratih, setelah selesai dia mengambil bahan jahitan yang harus di selesaikan minggu ini.

Liany menyempatkan mampir ke rumah Ratih.

Setelah masuk di halaman rumah. Ratih sahabatnya sedang sibuk membersihkan halaman yang penuh daun - daun kering yang berserakan kemana - mana karena terpaan angin di musim panas.

Saat dia tahu siapa yang datang,

Ratih sangat senang.

Terlihat olehnya wanita cantik dengan rambut panjang dan beriris mata coklat, berhidung mancung serta warna kulit kuning langsat yang membuat Liany semakin cantik.

Pantas saja banyak kaum adam yang terpesona olehnya. Walau keliatan perut Liany mulai membuncit tapi tak mengurangi kecantikannya karena sekarang kehamilan Liany memasuki hampir 2 bulan.

Berputar ingatan Liany saat Ratih sebulan  yang lalu menyarankan dirinya untuk menikah kontrak dengan sahabatnya Bian.

Karena Ratih tau kalau Liany membutuhkan seorang lelaki untuk bayi yang dalam rahimnya setelah Denny mencampakkannya.

Flashback on

Hari itu senja telah tiba saat Liany sampai di kediamannya di desa Randu tempat dia tinggal.

Setelah perjalanannya mencari Denny, namun hanya kekecewaan yang ia dapatkan.

Walau terasa sangat lelah perjananannya ke kota dari pagi hingga senja,  tetapi bagi Liany hatinya lebih lelah dari pada fisiknya walaupun saat ini dia tengah hamil muda.

Sebuah rumah kecil dan sederhana bercat putih yang selama ini memberikan kehangatan baginya.

Tapi sejak ayah dan ibunya mengalami kecelakaan yang menewaskan keduanya, akhirnya Liany hidup seorang diri.

Pikiran dan hati Liany kacau setelah pertemuannya dengan Denny tadi siang.

Luka hati yang tidak berdarah lebih sakit dari luka sebuah pisau.

Selain rasa sedih yang menyiksanya, Liany juga bingung dengan kehamilannya.

Pertanyaannya sekarang dengan siapa dia akan menikah untuk menutupi aibnya.

Karena dia tidak mungkin menggugurkan kandungannya. Bagaimana pun Liany juga menyayangi anak dalam rahimnya, karena sesungguhnya cinta Liany sangatlah tulus kepada Denny.

Walau endingnya Denny mencampakan dirinya.

" Cukup.. cukup aku tidak boleh memikirkan pria itu lagi.

Kamu kejam Den, teganya dirimu melukai perasaanku begini hebatnya, padahal aku sangat mencintaimu."batin Liany pilu, kemudian Liany meraih ponsel yang terselip di kantong tasnya.

"Mungkin curhat ke sahabatku Ratih akan ada solusi bagi masalahku yang pelik ini" batin Liany perih, dan dia berharap Ratih dapat mendukungnya dalam keputuasaannya.

Tak lama Liany membuka WA yang di ada hp nya.

Liany:

Hai Tih, bisa bantu aku? Tolonglah datang ke rumahku sekarang. Aku membutuhkanmu sekali, aku ada masalah berat, Denny ternyata sudah bertunangan dengan gadis lain.

Liany :

Tolong segera jawab Tih, darurat menunggu, please tolong ,Tih.

Setelah mengetik pesan itu, Liany masih membayangkan Denny mengandeng mesra Vanesa saat di pesta tadi siang itu. Liany bergidik ngeri dan sedih, ingin rasanya dia menampar ke dua orang itu.

Dttt dtttdtt

Hp Liany bunyi.

Dan nampak di layar hp itu balasan dari Ratih.

Ratih:

Hah?? Apa yang terjadi,Lian?Kenapa Denny jadi seperti itu? Dasar pria tak tahu diri !!

Balas chat  Ratih kemudian.

Terus bagaimana dengan kandunganmu?

Siapa nanti yang jadi bapaknya?

Bagaimana kalau kamu kawin kontrak saja dulu sampai anakmu lahir?

Liany:

Kawin kontrak kepalamu, Tih. Enak saja chatmu kalo ngomong.

Ratih:

Sabar ya Lian, sebentar lagi aku datang, pas kebetulan  ada Bian, dia lagi main di rumahku.

Sebentar lagi aku minta tolong agar dianterin ke rumahmu.

Masih inget Bian gak? Sahabat kita waktu SMA dulu.

Liany:

Iya masih ingat kok sama Bian.

Ya sudah aku tunggu,Tih.

Gak pake lama ya.

Setelah membaca dan membalas  chat dari Ratih. Pikiran Liany tambah kacau. Liany menghela nafas panjang, mengapa sekarang dia merasa begitu sakit dan tidak berharga lagi. Apalagi saran Ratih untuk kawin kontrak.

Selang 30 menit suara mobil terdengar sedang berhenti di halaman rumah Liany.

Langkah Ratih dan Bian terdengar memasuki halaman rumah.

Liany berjalan ke arah pintu beranda, menyambut sahabat tercintanya.

Setelah sampai Ratih memeluk sahabatnya.

Liany hanya mengangguk menatap Ratih dan Bian. Bian adalah teman mereka waktu SMA dulu.

" Hai Tih. Hai juga Bian." Sapa Liana lirih.

Liany menundukkan kepalanya karena ingin menyembunyikan kesedihannya.

Juga Liany sangat malu dengan keadaannya yang memiliki aib.

Tapi gagal total saat Ratih menatapnya intens.

" Hai juga, Lian. Gimana keadaanmu." Balas Bian acuh.

Tapi Liany hanya tersenyum dingin.

" Ada apa Lian? Apa yang terjadi denganmu dan Denny?"

Tanya Ratih membuka keheningan, karena dari tadi Liany hanya duduk dengan kepala menunduk.

" Dia sudah pergi. Jangan bicarakan dia lagi."ucap Liany yang tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Bahkan karenanya bola matanya menjadi panas juga terasa basah.

Ratihpun memeluk sahabatnya dengan rasa sayang.

" Ya sudah yang kita pikirkan sekarang bagaimana dengan calon anakmu, Lian." Ucap Ratih dengan sabar.

Kemudian mereka bertiga  duduk di teras. Ratih duduk di sebelah Bian.

Mata Bian tak lepas menatap Liany.

Sedangkan Liany hanya menunduk, matanya terlihat sayu dan lelah.

" Kalau menurutku, Lian. Bagaimana  jika kamu dan Bian kawin kontrak saja, sampai anak kalian lahir. Jika diantara kalian berdua tidak saling mencintai, iya sudah cerai saja   bukankah hanya kawin kontrak." Saran Ratih dengan wajah serius dengan matanya menatap kami berdua saling bergantian.

" Kepalamu tuh, Tih. Enaknya kalau kamu ngomong." Ucap Liany  kikuk dan kesal dengan saran Ratih, apalagi Bian menatapnya dengan penuh selidik.

" Bukan begitu, Lian. Ini untuk kebaikanmu dan bayimu.Trus  kalau kamu bagaimana  pendapatmu, Bi? Aku harap kamu memikirkan Liany, bukankah sejak SMA kamu naksir Liany." Lanjut Ratih dengan menyenggol lengan Bian yang duduk disampingnya.

Mata Bian melotot ke arah Ratih. Tapi terlihat Bian menjadi bingung dan ragu dengan pertanyaan Ratih yang sudah menyudutkannya.

" Hmm entahlah, tiba tiba saja kalian menyeretku masuk dalam masalah kalian." Jawab Bian dengan menggedekan bahunya. Kemudian Bian berdiri, menggeser duduknya di sebelah Liany.

" Juga kalau Lian sudah tidak ada jalan keluarnya, harus bagaimana lagi. Aku juga tidak keberatan untuk menolong, Lian."  Ucap Bian kembali dengan wajah datar. Tapi kemudian terlihat senyuman tipis di ujung bibirnya.

Sejenak suasana menjadi hening dan canggung setelah jawaban Bian.

Kepala Liany semakin pusing dengan posisinya yang sulit dengan kehamilannya.

Ratihpun juga berpikir keras untuk mengambil keputusan buat sahabatnya.

Karena bagi Ratih, Liany lebih dari sahabat mungkin layak sebagai saudara.

Senyap menyelimuti kebersamaan itu hingga 20 menit. Hingga akhirnya Liany mengalah dan memutuskan walau dengan hati ragu.

Bagaimana mungkin dia akan menikahi orang yang tidak dicintai dan mencintainya.

" Ratih dan Bian apa kalian tidak punya solusi lagi? Selain nikah kontrak ini. Bagaimana Bi? Apa mungkin kita akan mempermainkan pernikahan?" Tanya Liany dengan bingung.

" Apalagi aku tidak mencintaimu juga sebaliknya." Ucapnya kembali.

Karena Liany tidak pernah tahu kalau selama ini Bian menaruh rasa cinta untuknya, walau dulu Bian pernah mengungkapkannya tapi Liany anggap Bian hanya bergurau.

Liany merasa semesta sudah menghakiminya. Seakan dia menjadi peran utama dalam sebuah drama kehidupan yang entah kapan akan selesai. Dan dia  selalu menjadi pelaku utama yang penuh dengan konflik permasalahan hidup yang rumit.

Bian kembali menatap Liany dengan lebih lembut, karena sesungguhnya Bian sudah lama memendam rasa cinta ke Liany.

Tapi cinta hanya sepihak karena Liany lebih memilih Denny untuk menjadi kekasihnya.

Hingga waktu tahun - tahun berlalu, Bian selalu sabar menunggu.

Bagi Bian takdir begitu indahnya, hingga tanpa sengaja takdir pun akan mempersatukan mereka berdua.

" Aku terserah kamu, Lian. Jika kita menikahpun aku juga akan menyayangi anakmu seperti anakku sendiri. Semoga saat perjalanan waktu dalam pernikahan nanti, kamu bisa mencintaiku, dan melupakan pria itu, hingga pernikahan akan langgeng tidak hanya sesaat saja." Ucap Bian penuh keseriusan, agar Liany mau memikirkan dirinya, dan menerima saran dari Ratih.

Di sisi lain Liany menghembuskan nafas panjang.

Seakan di teras rumah tidak ada oksigen untuk bernafas baginya.

Liany menatap Ratih dan mereka saling berpandangan dengan pikiran mereka masing - masing yang berkelana entah kemana.

Sebagaimana bingungnya pikiran mereka untuk mengambil keputusan yang tersulit selama hidupnya.

___________

Jadi ikutan bingung nih dengan keputusan mereka. Ikuti cerita selanjutnya ya!

Jangan lupa like dan comment yaaa! 😘💕❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!