Berbeda dengan Cindy dan Sara yang tidak bisa tidur karena penasaran malam itu. John tersenyum di dalam apartementnya yang tak jauh dari taman kota itu, pikirannya melayang ke musim dingin pada dua belas tahun yang lalu.
Kota Terrace, Kanada, terletak di dikelilingi oleh pegunungan yang disebut Ganeeks Laxha dan dilalui oleh sungai Skeena yang bermuara di Samudra Pasifik yang jaraknya sekitar 70 mil dari pusat kota. Kota Terrace merupakan pusat ritel dan layanan regional wilayah barat laut untuk perusahaan penerbangan British Columbia Kanada saat ini.
Hutan yang lebat masih banyak di sekitar wilayah Terrace, nama Terrace sendiri diambil dari endapan sedimen gletser ribuan tahun yang menghasilkan “teras alami” yang terdapat hampir di sebagian wilayah Terrace. Kota Terrace juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Kanada, disamping kayu cedar sebagai komoditi utama sejak dahulu.
Di bawah puncak Treston di sebelah utara kota Terrace, terdapat sebuah kuil kuno bersejarah yang tinggal reruntuhannya. Di belakang reruntuhan kuil itu terdapat sebuah pohon tua yang sangat besar dengan batangnya yang masih dipenuhi oleh daun yang lebat dihiasi juntaian akar tanaman parasit yang tumbuh di dahannya.
Pohon itu berdiri kokoh menjulang tinggi meneduhi area di sekitar kuil tersebut. Tidak diketahui pasti usia pohon tersebut, namun beberapa ahli memperkirakan usianya lebih dari 3000an tahun.
John berjalan perlahan mendekati pohon tua tersebut. Pandangannya berkeliling mengamati reruntuhan bangunan
kuil hingga akhirnya tertuju kepada pohon tua tersebut.
Angin sepoi dingin bertiup menyibak rambut panjang John memperlihatkan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya. John berhenti di bawah pohon tua dan matanya menatap pohon tua yang dipenuhi oleh lapisan usia yang terkelupas dibeberapa bagian batangnya.
John berdiri termenung mengamati pohon tua, pikirannya melayang akan kenangan masa lalunya yang memunculkan bayangan dua anak kecil berumur sekitar belasan tahun berlatih pedang kayu dibawah pohon tua tersebut. Kedua anak kecil itu, Khaga dan Araga tampak serius berlatih dalam memainkan pedang mereka, sesekali mereka beristirahat dan berteduh di bawah rindang dedaunan pohon tersebut.
Wuzzz…
Kembali angin bertiup membuyarkan kenangan John. Kemudian John berjalan mengitari pohon tua itu seolah-olah mencari sesuatu diantara batang pohon tersebut. Tangannya meraba batang pohon itu dan matanya meneliti setiap lekuk batang pohon berharap menemukan apa yang dia cari.
Langkahnya terhenti, saat matanya tertuju pada guratan yang samar-samar berada pada pertengahan batang pohon itu. Walaupun guratan itu tampak sudah memudar ditutupi usia pohon, namun John masih bisa melihat sisa guratan tersebut. Tangannya berusaha membersihkan sekitar guratan itu agar terlihat lebih jelas. Tampak samar huruf K & A yang hanya bisa terbaca olehnya.
Senyuman kembali menghiasi bibirnya mengenang masa kecilnya yang bahagia bersama Khaga bermain di bawah
pohon sambil menorehkan huruf pada batang pohon tua tersebut. “Khaga dan Araga selamanya” masih terngiang jelas kata-kata Khaga saat menorehkan huruf pada batang pohon tersebut.
Entah berapa lama dia terpaku berdiri mengamati guratan huruf itu, terlalu banyak kenangan bahagia masa
kecilnya bersama Khaga ditempat itu. Kemudian tanpa dia sadari seorang anak kecil mendekatinya dan menyapa, “Paman sedang apa disini?”.
John lalu menoleh ke arah datangnya suara anak itu dan melihat seorang anak perempuan berumur sekitar sembilan tahunan berdiri di belakangnya. Wajah anak perempuan itu putih bersih dengan senyum manis yang menghiasi bibirnya.
Sekejap John terkejut menatap wajah anak perempuan itu, hatinya tertegun seolah-olah merasakan sesuatu tentang anak perempuan itu. Dia merasa familiar dengan wajah anak kecil itu.
Anak itu mengenakan pakaian musim dingin yang tebal menutupi badannya dengan syal berwarna merah muda menghiasi lehernya. Anak itu menggenggam permen gula ditangannya sambil menatap John dengan wajah
penasaran.
John pun tersenyum dan menjawab, “Paman sedang mengamati pohon ini. Ternyata pohon ini masih kokoh
berdiri disini”
“Apakah paman pernah ke tempat ini?” tanya anak perempuan itu kembali dengan rasa ingin tahu.
“Iya, tapi sudah lama sekali” jawab John sambil menatap langit seolah-olah berusaha mengingat masa lalunya
kembali.
“Apakah paman masih punya keluarga di kota ini?” tanya anak itu sambil penasaran
“Paman sedang mencari kenalan lama yang berada di kota ini” jawab John kembali sambil menoleh kearah anak
kecil itu. “Ah, Kamu terlalu banyak bertanya nak. Siapa namamu nak?” John balik bertanya sambil tersenyum menggoda anak itu.
“Sara!”
“Kamu bicara dengan siapa nak?” tiba-tiba terdengar suara memecah percakapan mereka.
Tampak seorang lelaki tua datang menghampiri mereka berdua.
“Kakek” kata anak perempuan yang dipanggil Sara itu sambil bergegas mendekati lelaki tua itu.
Lelaki yang dipanggil kakek oleh Sara pun tersenyum pada cucunya lalu memandang John dan berkata “Maafkan
cucuku nak atas ketidaksopanannya. Perkenalkan nama ku Gary Newman”. Lalu kakek Sara menjulurkan tangannya pada John
John menjabat tangan lelaki tua tersebut lalu memandangnya, dia menyipitkan matanya seolah-olah mencari
ingatan akan wajah lelaki itu dalam pikirannya. Gary Newman, nama yang tidak asing dalam benaknya.
“Ah, tidak apa-apa kek” jawab John sambil tersenyum.
Saat John tersenyum, kakek Sara terkejut. Dia seolah-olah melihat wajah orang yang telah lama dia kenal. “Siapa
namamu nak?” tanya kakek Sara.
“Oh maaf, saya lupa mengenalkan diri. Saya John. John Araga” jawab John sambil tersenyum kembali.
“Araga!” gumam Gary sambil meneliti wajah John, dia berusaha mencari nama tersebut dalam ingatan tua nya.
“Kakek, paman ini sedang mencari kenalannya di kota ini” sahut Sara membuyarkan lamunan kakeknya dari mencari ingatan tersebut.
“Oh, Terrace ini kota yang kecil. Kalau boleh tahu siapa yang kamu cari disini nak Mungkin aku mengenalnya”
tanya Gary selanjutnya
John terdiam, dia merasa ragu untuk menceritakan orang yang dia cari kepada Gary. Kemudian dia berkata “Saya
belum ingat pasti namanya kek, jadi saya akan mencarinya sendiri ke kota nanti sambil mengingatnya”
“Baiklah, mampirlah ke kedai kami jika kamu ke kota. Jika membutuhkan bantuanku, kamu bisa menghubungiku” lanjut Gary memahami pikiran John yang ragu untuk menceritakannya. Gary menyerahkan kartu namanya kepada John. Kartu nama yang sederhana dengan kop nama Kedai Newman, nama Gary Newman, nomor telepon dan
alamat di tertulis pada kartu tersebut.
“Terima kasih kek. Saya pasti akan menghubungi kakek apabila membutuhkan sesuatu” lanjut John sambil membungkukkan badannya.
“Ok. Kami tunggu kedatanganmu mampir ke kedai kami. Kalau begitu, kami pergi dulu” lanjut Gary sambil menggandeng tangan Sara cucu tersayangnya untuk pergi.
“Jangan lupa mampir ya paman” teriak Sara sambil melambaikan tangannya
Gary tersenyum melihat cucunya yang periang dan bersemangat seperti itu. Lalu menoleh dan tersenyum ke arah John sebelum berlalu. John pun melihat punggung kakek dan cucunya yang berlalu sambil tersenyum.
“Kamu masih tetap baik Gary, tidak salah aku menilaimu” kata John di dalam hatinya yang telah mengenali kakek tersebut.
Kemudian John pun terlelap dalam tidurnya sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Rick
iyah. setelah umur 20an menemukan buah yang membuatnya abadi.
2023-04-24
0
lil'sky
wah berarti umur John stuck di 20an
2023-04-24
1
Nuhume
keknya smua anak prnh kek gini di kehidupan nyata, hahaha
2023-04-06
1