Setelah panggilan telepon dengan Syaqilla berakhir, ruangan pak Rizki diketuk oleh seseorang.
Tok tok tok
"Masuk" saut pak Rizki mempersilahkan.
Ceklek..
Pintu tersebut dibuka dan muncul lah sesosok pria tampan disana, dia adalah Ahmad Fikri dosen yang menggantikan Syaqilla mengajar.
"Kebetulan sekali kesini" ucap pak Rizki santai.
"Ada apa ya pak?" tanya Fikri, sebenarnya dia datang hanya mengembalikan buku yang dipinjamnya untuk menggantikan Syaqilla mengajar.
"Apa kamu belum tau kalau Syaqilla mengalami kecelakaan?" tanya pak Rizki sambil memperhatikan raut wajah Fikri.
Deg.
Fikri terkejut mendengar kabar tersebut. Keterkejutannya terlihat jelas diraut wajahnya.
"Apa Syaqilla tidak mengabarimu?" tanya pak Rizki lagi.
"Tidak pak" ucap Fikri.
"Jadi untuk sementara kamu yang menggantikan Syaqilla mengajar, kemungkinan hingga seminggu kedepan" ucap pak Rizki.
"Baik pak. Apa boleh saya izin sekarang pak, saya ingin memastikan keadaan Syaqilla baik-baik saja" ucap Fikri meminta izin.
"Tentu, silahkan" ucap pak Rizki memberi izin.
"Terimakasih pak, Assalamualaikum" Ucap Fikri bangkit kemudian berjalan kearah pintu.
"Waalaikumsalam" jawab pak Rizki.
Setibanya diluar ruangan pak Rizki, Fikri langsung menghubungi Syaqilla, karena memang tadi pagi panggilan teleponnya tidak diangkat oleh gadis Cantik itu.
Tut tut tut
Panggilan telepon diangkat.
"Assalamualaikum mas Fikri" ucap Syaqilla disebrang telepon.
"Waalaikumsalam Qilla. Kenapa tadi panggilan teleponku tidak diangkat?" tanya Fikri.
"Tadi aku ada kecelakaan kecil mas, dan tidak mendengar suara ponsel" ucap Syaqilla menjelaskan.
"Ya, aku mendengar kabar kamu kecelakaan dari pak Rizki. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Fikri lagi.
"Ya, aku baik-baik saja mas. Ini aku di rumah sakit Jaya Medika" ucap Syaqilla.
"Oke, aku segera kesana. Assalamualaikum" ucap Fikri memberi salam penutup.
"Waalaikumsalam" jawab Syaqilla sembari menutup panggilan teleponnya.
Lagi-lagi saat Syaqilla berinteraksi dengan lawan bicaranya disambungan telepon Arrash selalu memperhatikan gadis cantik itu.
'Ada apa dengan diriku, kenapa aku selalu memperhatikannya' batin Arrash.
Arrash memperhatikan raut wajah Syaqilla yang terlihat ceria dengan senyum manis dibibir saat menerima panggilan teleponnya.
"Maaf boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Arrash hati-hati.
Syaqilla yang masih tersenyum itu pun menoleh.
"Iya, apa yang ingin kamu tanyakan?" jawab Syaqilla.
"Dimana tempat kamu mengajar?" tanya Arrash kemudian.
Syaqilla mengerutkan keningnya merasa heran dengan pertanyaan Arrash itu.
"Di Jaya Universitas" jawab Syaqilla.
Arrashpun menganggukan kepalanya.
"Apa sudah lama mengajar disana?" tanya Arrash lagi.
Syaqilla semakin mengerutkan keningnya tanda heran dengan pertanyaan yang diajukan oleh Arrash, meski heran tapi tetap Syaqilla jawab.
"2 tahun terakhir ini" jawab Syaqilla.
Setelahnya tidak ada percakapan lagi diantara mereka, hingga suara pintu terbuka mengalihkan perhatian kedua orang itu.
Ceklek..
Munculah Fikri dari balik pintu yang terbuka dengan wajah yang khawatir. Namun setelah masuk, langkahnya terhenti raut wajah khawatirnya berubah jadi tatapan tajam saat melihat Arrash duduk di sofa.
Syaqilla merasakan perubahan itu, buru-buru dia buka suara.
"Ini Arrash mas, orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang aku alami" ucap Syaqilla memperkenalkan sekaligus menjelaskan.
Kedua pria itu berhadapan.
"Arrash" ucap Arrash sambil mengulurkan tangannya.
"Fikri, calon suami Syaqilla" ucap Fikri menyambut uluran tangan Arrash.
Mendengar kalimat yang diucapkan Fikri entah kenapa ada rasa sesak didada Arrash.
"Berhubung keluarga Syaqilla sudah datang, saya pamit dan akan kembali besok pagi jam 9 sebelum pemasangan gips dilakukan" ucap Arrash seraya pamit.
"Ya" ucap Syaqilla dan Fikri bersamaan.
Arrashpun keluar dan menuju parkiran rumah sakit untuk mengambil mobilnya dan melanjutkan perjalanannya keperusahaan.
Sepanjang perjalan Arrash selalu memikirkan kalimat yang diucapkan Fikri.
Jam 2 siang Arrash baru tiba dikantornya.
"Pertemuan dengan pak Rudy aku jadwalkan ulang lusa besok Rash" ucap Yogi sahabat sekaligus sekretarisnya.
Hah..
Arrash menghela nafasnya.
"Ada apa?, bukankah masalah kecelakan tadi sudah selesai" tanya Yogi penasaran.
"Entahlah Yog, kepalaku sakit sekali" ucap Arrash seraya memijat kecil keningnya.
"Cerita saja Rash" ucap Yogi.
"Tadi pagi papah mamah menyuruhku segera menikah, karena aku tidak punya kekasih jadi aku akan dijodohkan nantinya" ucap Arrash tak bersemangat.
"Kalau kamu keberatan kenapa tidak nolak Rash" saut Yogi.
"Aku tidak bisa nolak permintaan orang tuaku Yog, aku tidak mau mereka kecewa dengan penolakanku" ucap Arrash.
"Kamu dari dulu tidak pernah berubah selalu patuh dengan orang tuamu" ucap Yogi.
Arrash hanya mengangguk.
"Yog, itukan kalau aku tidak punya kekasih maka akan dijodohkan, berarti kalau aku punya kekasih aku tidak akan dijodohkan" ucap Arrash baru terpikirkan.
"Ya kalau begitu kamu harus punya kekasih Rash kalau tidak mau dijodohkan" timpal Yogi.
"Masalahnya sejak dulu aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun" ucap Arrash lagi.
"Tidak usah khawatir Rash, siapapun wanita yang kamu mau kamu bisa mendapatkannya. Kamu coba saja perhatikan wanita-wanita dikantor ini banyak yang menyukaimu atau teman-teman sekolah kita dulu" ucap Yogi.
"Apa aku perlu mencobanya? Tapi kalau tidak ada yang membuatku berdebar gimana?" tanya Arrash pada Yogi.
"Itukan hanya saran aku saja, bisa juga kamu coba saran dari orang tuamu" ucap Yogi.
Tok tok tok
Pembicaraan mereka terputus saat terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk" ucap Yogi.
Ceklek..
Rahayu manager HRD masuk memberikan laporan.
"Ini pak laporan jumlah seluruh karyawan kita lengkap beserta masa kerja dan biodatanya" Ucap Rahayu sopan.
Arrash dan Yogi saling pandang kemudian tersenyum bersamaan.
"Kenapa pak?" ucap Rahayu heran melihat tingkah kedua bosnya itu.
"Ehem.. Apa kamu ada waktu yu akhir pekan ini?" tanya Arrash.
"Maksud bapak?" tanya Rahayu tidak paham.
"Saya mau mengajak kamu menikmati akhir pekan bersama" ucap Arrash.
"Bersama siapa" tanya Rahayu.
"Bersama saya" jawab Arrash.
"Iya pak, saya ada waktu" ucap Rahayu cepat.
"Berikan nomor ponselmu dan siapkan dirimu" ucap Arrash.
Rahayu memberikan nomor ponselnya kepada Arrash.
"Kalau begitu saya pamit keluar pak" pamit Rahayu yang hanya diangguki oleh Arrash.
Yogi yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya pun buka suara.
"Secepat itu" tanya Yogi yang merasa heran dengan Arrash.
"Lebih cepat lebih baik, bukannya ini ide kamu?" jawab Arrash yang malah balik bertanya.
"Aku kira kamu tidak akan menuruti saran dariku" ucap Yogi.
Arrash hanya diam, sebenarnya dia juga tidak yakin dengan keputusannya ini, tapi mengingat tentang gadis tadi pagi yang dia serempet membuat jantungnya berdebar dan ucapan Fikri bahwa dia calon suami gadis itu.
Arrash sepertinya sudah jatuh cinta dengan gadis itu cinta pada pandangan pertama, meski sudah berkali-kali ditepis olehnya namun perasaan itu justru semakin tumbuh.
Sebelum cinta itu tumbuh lebih besar Arrash ingin segera menghapusnya, mengingat bahwa sang wanita sudah memiliki calon suami.
********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments