"Maaf mbak. Saya akan tanggung jawab. Mari mba ikut saya kerumah sakit" ucap Arrash pada gadis korban serempet tadi.
"Baiklah" ucap gadis tersebut sambil menatap kearah Arrash, namun tidak berselang lama pandangan tersebut segera diputusnya. Gadis tersebut bernama Syaqilla Azzahra.
Deg.
Meskipun tatapan tersebut tidak berlangsung lama namun mampu membuat jantung Arrash berdetak lebih cepat.
Meski detak jantung yang lebih cepat Arrash segera membantu Syaqilla. Namun baru saja hendak menyentuhnya Syaqilla segera menolak.
"Kenapa?" ucap Arrash dengan kebingungan.
"Saya mau dibantu sama ibu-ibu tadi saja. Bu tolong bantu saya" pinta Syaqilla pada ibu-ibu yang menolongnya tadi.
"Mari mbak saya bantu" ucap ibu tersebut.
Syaqilla pun akhirnya dibantu oleh ibu-ibu tersebut. Walau masih merasa heran Arrash segera membuka pintu mobil dibagian depan sebelah kiri.
"Terimakasih banyak bu" ucap Syaqilla pada ibu-ibu yang membantunya tadi.
"Iyaa sama-sama mbak" jawab ibu itu singkat kemudian pergi.
Setelah Syaqilla masuk kedalam mobil, Arrash segera masuk kebagian kemudi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan standard.
Baru sekitar 10 menit perjalanan menuju rumah sakit, ponsel Arrash kembali berdering.
"Hallo Yog" jawab Arrash segera tanpa melihat nama yang tertera diponselnya.
"Kenapa belum sampai kantor Rash?" tanya Yogi cepat.
"Aku lagi ada masalah Yog, tadi dijalan aku nyerempet pengendara motor. Untuk Meetingnya kamu batalkan saja atur jadwal ulang, aku sedang menuju rumah sakit" ucap Arrash seraya memerintah.
"Baiklah, tapi kamu gak papa kan?" tanya Yogi cemas.
"Aku baik-baik saja" ucap Arrash singkat dan segera memutuskan panggilan telponnya.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit Arrash dan Syaqilla tidak ada yang memulai pembicaraan, suasana didalam mobil pun cukup sunyi sampai akhirnya mereka tiba dirumah sakit.
"Jangan turun, saya ambilkan kursi roda dulu" cegah Arrash kemudian turun menuju teras rumah sakit dan mengambil salah satu kursi roda yang tersedia disana.
Arrash membukakan pintu mobil dan hendak menuntun Syaqilla duduk dikursi roda, namun lagi-lagi ditolak.
"Saya bisa sendiri" ucap Syaqilla sambil perlahan turun dari mobil dan duduk dikursi roda.
Arrash hanya mampu memperhatikan gadis tersebut. Setelah Syaqilla duduk dikursi roda Arrash segera mendorong masuk kedalam rumah sakit. Namun baru sampai dilobi rumah sakit Arrash menghentikan langkahnya.
"Oiya kita belum kenalan. Nama saya Arrash Akbar, biasa dipanggil Arrash" ucap Arrash sembari mengulurkann tanganya.
"Saya Syaqilla Azzahra, panggil saja Qilla" ucap Syaqilla tanpa menyambut uluran tangan Arrash.
Dengan kikuk Arrash menarik kembali tangan yang masih terulur itu. Arrash melanjutkan langkah sampai didepan ruang UGD.
"Dok teman saya baru mengalami kecelakaan bisa segera ditangani?" ucap Arrash kepada salah satu dokter disitu.
"Baik pak, bapak silahkan tunggu diluar dan segera melengkapi administrasinya" ucap dokter tersebut yang bernama dokter Karin.
Arrash menoleh pada Syaqilla yang sedang duduk dikursi roda.
"Boleh saya pinjam KTP mu?" tanya Arrash pada Syaqilla.
Syaqilla hanya mengangguk dan segera meraih tas kecilnya dan mencari dompet lalu mengeluarkan KTP nya.
"Ini" ucap Syaqilla singkat sembari menyerahkan KTP nya pada Arrash.
Arrash pun tak menjawab hanya menerima dan berlalu pergi menuju resepsionis.
"Permisi saya mau mendaftarkan teman saya" ucap Arrash
Resepsionis disitupun menoleh pada Arrash dan terkejut dengan kehadiran Arrash disana. Siapa sih yang tidak tahu Arrash Akbar pria tampan nan mapan yang banyak dikagumi para wanita muda, tapi tidak dengan Syaqilla Azzahra. Syaqilla Azzahra justru tidak tahu kalau pria yang ada dihadapannya itu seorang CEO PT. Jaya Akbar.
"I-iya pak silahkan ini formulirnya". ucap resepsionis tersebut sembari memberikan formulir.
Arrash menerima formulir tersebut, namun saat hendak mengisinya.
Deg.
Jantung Arrash kembali berdetak lebih cepat saat melihat KTP Syaqilla Azzahra tepatnya dibagian foto.
"Cantik" gumam Arrash pelan tidak ada seorangpun yang mendengarnya.
Selama mengisi formulir jantung Arrash terus berdetak lebih kencang.
Setelah selesai mengisi formulir Arrash menarik nafasnya dalam-dalam untuk mengurangi debaran dijantungnya.
Arrash kembali keruang UGD dan bertepatan dengan dokter Karin yang baru keluar dari rungan tersebut
"Gimana keadaanya dok?" tanya Arrash begitu berhadapan dengan dokter karin.
"Keadaannya baik-baik saja, luka-lukanya sudah diobati namun ada sedikit keretakan dikaki kanannya dan harus segera dipasang gips" ucap dokter Karin dengan sedikit penjelasan.
"Lakukan saja yang terbaik dok" ucap Arrash cepat.
"Baiklah. Kalau begitu besok pagi akan dilakukan pemasangan gipsnya, sekarang pasien akan dipindahkan keruang rawat" ucap dokter Karin lagi yang sebelumnya sudah menyesuaikan jadwal operasi pasien lainnya.
"Ya" ucap Arrash singkat.
"Kalau begitu saya permisi" ucap dokter Karin dan hanya diangguki kecil oleh Arrash.
Setelah dokter Karin keluar, branker Syaqilla didorong oleh beberapa perawat dengan keadaan Syaqilla yang masih sadar.
"Pindahkan keruang rawat VVIP" pinta Arrash segera.
Para perawat hanya menganguk dan mendorong branker ke ruang VVIP.
Syaqilla sudah berada dirung rawat tersebut sedang mencari posisi untuk rebahan ketika pintu terbuka.
"Makanlah" pinta Arrash baru datang sambil menyerahkan kotak nasi yang dia beli direstoran sebrang rumah sakit.
"Makasih" ucap Syaqilla singkat. Syaqilla terlihat sekali menjaga jarak dengan Arrash meskipun saat mereka berbicara, Arrash pun merasakan itu.
Merekapun makan bersama meskipun dengan jarak duduk yang berjauhan, Syaqilla duduk dibranker dan Arrash duduk disofa.
Setelah selesai makan Syaqilla baru teringat kalau dia tidak mengabari rektor bahwa dia tidak bisa mengajar. Ya profesi Syaqilla adalah seorang dosen di Jaya Universitas. Syaqilla segera mencari nama rektor Rizki Akbar, sambungan teleponpun terhubung.
"Assalamualaikum Pak Rizki" sapa Syaqilla terlebih dahulu saat sambungan telepon diangkat.
"Waalaikumsallam Syaqilla, apa kamu ada masalah kenapa tidak ngajar dan tidak memberi kabar" ucap pak Rizki disebrang telepon.
"Maaf pak saya baru menghubungi bapak. Saya tidak bisa mengajar, tadi saat diperjalanan hendak kekampus saya mengalami kecelakaan kecil, dan kemungkinan untuk satu minggu kedepan saya belum bisa mengajar" ucap Syaqilla tidak enak.
"Apa keadaan kamu baik-baik saja?" tanya pak Rizki kemudian.
"Iyaa saya baik-baik saja pak" ucap Syaqilla.
"Kalau begitu kamu istirahat saja dan tidak perlu khawatir urusan kampus, biar yang gantikan kamu sementara Fikri" ucap pak Rizki lagi.
"Baik pak, terimakasih. Assalamualaikum" ucap Syaqilla memberi salam penutup.
"Waalaikumsalam" ucap pak rizki sembari menutup teleponnya.
Sedari tadi percakapan yang dilakukan oleh Syaqilla dan pak Rizki bisa didengar oleh Arrash.
"Kamu seorang pengajar?" tanya Arrash penasaran.
"Iya, saya dosen" jawab Syaqilla.
Mendengar jawaban Syaqilla yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dosen, entah kenapa dilubuk hati yang terdalam Arrash mengagumi sosok Syaqilla. Arrash hendak mengajukan pertanyaan lagi kepada Syaqilla, tapi diurungkan karena terdengar suara ponsel Syaqilla berdering.
Syaqilla menoleh pada ponselnya yang masih dia genggam dan terlihat nama diponsel yaitu Mas Fikri. Syaqilla buru-buru mengangkat seraya tersenyum senang.
"Assalamualaikum mas Fikri"
*********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments