BAB. 5 Panggilan dari Nomor Tak Dikenal

"Maaf sebelumnya sudah meminta anda datang kemari" ucap dokter Karin.

"Ada apa ya dok?" tanya Fikri penasaran dan khawatir terjadi sesuatu dengan Syaqilla.

"Begini pak, untuk operasi pemasangan gips yang akan dilakukan besok pagi saya mohon maaf tidak bisa menanganinya saya harus pulang kejogja dan mengambil cuti satu minggu dikarenakan ayah saya baru saja meninggal dunia. Besok dokter Anita yang akan menggantikan saya" ucap dokter Karin menjelaskan.

"Saya turut berduka cita ya dok" ucap Fikri.

"Ya. Terimakasih banyak pak" ucap dokter Karin

"Kalau begitu saya permisi dok" ucap Fikri.

"Silahkan pak" ucap dokter Karin mempersilahkan.

...****************...

Dirumah Arrash.

Setibanya dirumah Arrash langsung disambut oleh kedua orang tuanya yang masih duduk diruang tamu.

"Arrash, cepat sekali makan malamnya?" tanya mamah Novi heran. Keheranan mamah Novi itu bukan tanpa sebab, saat ini baru menunjukan pukul setengah sembilan malam dan Arrash sudah sampai dirumah.

"Iya mah, Arrash masih banyak pekerjaan" ucap Arrash.

"Biarkan Arrash duduk dulu mah, duduk nak!" ucap papah Ridwan dan segera dituruti Arrash.

"Bagaimana acara makan malamnya sayang" tanya mamah Novi yang penasaran.

"Lancar mah, aku dan Nadia makan malam bersama" ucap Aarash.

"Apa makan malamnya membuatmu terkesan?" tanya mama Novi.

"Maaf mah pah Arrash masih banyak pekerjaan, Arrash kekamar dulu" pamit Arrash.

"Tapi mamah be_" ucap mamah Novi terpotong.

"Ya sudah naiklah, selesaikan pekerjaanmu dan cepat istirahat" ucap papah Ridwan.

"Iya pah" ucap Arrash kemudian berlalu.

"Papah ini, mamahkan belum selesai bicara" ucap mamah Novi kesal.

"Jangan terlalu menekan perjodohannya mah, sepertinya Arrash tidak berminat sama sekali" ucap papah Ridwan.

"Justru itu pah karena Arrash tak berminat dengan perjodohan ini maka kita yang harus bergerak" ucap mamah Novi.

"Iya mah tapi kita harus bergerak pelan-pelan, jangan sampai Arrash tidak nyaman dan tertekan dengan perjodohannya" ucap papah Ridwan.

"Iya iya pah. Kalau dengan Nadia tidak berhasil mamah akan mencoba dengan Cyntia, Laura, Tiara, semoga saja salah satunya ada yang cocok dengan Arrash" ucap mamah Novi.

"Mamah atur saja kalau begitu, tapi ingat jangan terlalu menekan Arrash nanti dia merasa tidak nyaman" ucap papah.

"Iya papah" ucap mamah Novi setuju.

...****************...

Dikamar Arrash.

Sesampainya dikamar, Arrash segera mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan, namun disetiap pergerakannya selalu teringat akan Syaqilla. Senyum Syaqilla, suara Syaqilla, wajah cantik Syaqilla, terutama tatapan Syaqilla yang langsung membuatnya jatuh cinta.

'Sepertinya aku sudah benar-benar jatuh cinta dengannya' batin Arrash seraya menyunggingkan bibirnya. Namun sungingan bibirnya pudar saat teringat ucapan Fikri tadi siang "Fikri, calon suami Syaqilla".

"Aku harus segera menemukan wanita yang bisa aku cintai agar cinta yang baru tumbuh ini perlahan pudar. Aku tidak ingin merusak hubungan mereka, mereka terlihat saling mencintai" Gumam Arrash sendirian didalam kamar itu.

Arrash kemudian menghampiri meja kerja yang ada didalam kamarnya, dia mulai mengerjakan pekerjaannya hingga pukul 11 malam.

...****************...

Dirumah sakit.

Setelah dari ruangan dokter Karin, Fikri menghampiri Syaqilla terlebih dahulu.

Ceklek.

Pintu ruangan Syaqilla terbuka.

"Ini makan malamnya" ucap Fikri sembari memberikan kotak nasi.

"Mas Fikri belum makan juga kan. Ini nasinya ada dua, ayo kita makan bersama" ajak Syaqilla.

"Ya ayo kita makan" ucap Fikri.

Fikri dan Syaqilla makan bersama dengan makanannya masing-masing.

Setelah menghabiskan makanan barulah Fikri buka suara.

"Besok yang akan melakukan operasi pemasangan Gips bukan dokter Karin. Dokter Karin ayahnya meninggal jadi dia akan pulang kampung dan cuti selama satu minggu" ucap Fikri.

"Lalu siapa yang menggantikannya mas?" tanya Syaqilla.

"Nama dokternya Anita" ucap Fikri.

"Syukurlah masih dokter perempuan juga" ucap Syaqilla.

"Ya" ucap Fikri lalu terdiam dia ragu untuk membicarakan pertemuannya dengan Alika.

"Kenapa mas?" tanya Syaqilla melihat wajah Fikri yang ragu-ragu.

"Tadi sewaktu diteras rumah sakit aku bertemu dengan Alika mantan istriku. Ternyata Riana sedang sakit dan dirawat dirumah sakit ini sudah tiga hari" ucap Fikri sedih.

"Apa mas Fikri sudah menjenguknya?" tanya Syaqilla.

"Belum" ucap Fikri singkat.

"Kenapa tidak menjenguknya" tanya Syaqilla.

"Tadinya aku hendak menjenguk, tapi takut kedatanganku justru akan membuat keributan didepan Riana" ucap Fikri semakin sedih.

"Mas Fikri coba saja dulu, yang hendak mas jengukan Riana. Niat mas baik Insyaallah tidak akan terjadi apa-apa" ucap Syaqilla meyakinkan Fikri.

"Ya. Aku juga ingin sekali melihatnya langsung. Selama ini hanya bisa melihat diponsel itu juga karna Alika diam-diam menghubungiku tanpa sepengetahuan orang tuanya" ucap Fikri kemudian.

"Iyaa mas, pasti Riana juga sangat merindukan mas Fikri" ucap Syaqilla lagi.

"Kalau begitu aku keluar dulu ya, aku ingin membesuk Riana" ucap Fikri.

"Ya" jawab Syaqilla sembari mengangguk.

Setelah kepergian Fikri Syaqilla termenung.

Jauh dilubuk hatinya terdalam dia mencintai Fikri, namun karena masa lalu Fikri yang rumit itu membuat Syaqilla menunda pernikahannya selain karena ingin fokus dengan kesembuhan sang ayah.

'Apa nanti setelah kita menikah kamu akan memprioritaskan aku mas. Aku tau selama ini masih ada cinta untuk mantan istrimu itu' batin Syaqilla.

Syaqilla tidak tahu saja kalau Fikri sangat mencintainya, dia rela menunggu meski Syaqilla terus menunda pernikahannya.

Semenjak mengenal Syaqilla dua tahun lalu, Fikri berhasil melupakan Alika mantan istrinya.

Fikri sesekali berkomunikasi dengan Alika hanya untuk Riana.

...****************...

Ditempat yang berbeda diruang rawat Riana.

Tok tok tok

Ceklek..

Fikri mengetuk pintu dan Alika membukakannya.

Fikri masuk kerungan itu, namun baru dua langkah ucapan mantan ibu mertuanya berhasil menghentikan langkah kakinya.

"Mau apa kamu kesini" tanya mantan ibu mertuanya dengan sinis.

"Maaf bu saya hanya ingin membesuk Riana" ucap Fikri.

"Tidak perlu kamu besuk, Riana tidak membutuhkan papah sepertimu" ucap mantan ibu mertuanya.

"Saya mohon bu untuk kali ini saja izinkan saya mebesuk Riana, izinkan saya untuk malam ini merawat Riana" ucapkan Fikri memohon.

"Tidak akan pernah" ucap mantan ibu mertuanya dan mendorong Fikri keluar dari ruang rawat Riana.

"Papah" lirih Riana yang sedang sakit sembari menangis.

Alikapun hanya bisa menangisi orang tuanya yang sangat membenci Fikri dikarenakan Fikri bukan orang kaya seperti mereka.

Fikri yang sudah berhasil didorong keluar ruanganpun hanya menangis.

Betapa dia begitu merindukan Riana.

Dia memutuskan untuk tidak kembali keruang rawat Syaqilla, namun dia memilih untuk pergi ketaman rumah sakit.

...****************...

Pagi tiba.

Arrash terbangun pukul enam lewat empat puluh menit.

Semalam dia kesulitan untuk memejamkan matanya karena terus-terusan teringat Syaqilla.

Arrash bangkit dari tempat tidur dan mebuka ponselnya.

Banyak panggilan tak terjawab dan pesan dari nomor tak dikenal. Arrash memilih mengabaikannya karena sudah tahu itu pasti Nadia karena terlihat dari Foto Profil nomor tersebut.

Baru saja Arrash hendak meletakan ponselnya, nomor tersebut kembali menghubunginya.

Arrash dengan malas mengangkatnya.

"Selamat pagi Arrash, apa tidurmu nyenyak?" ucap Nadia disebrang telepon.

"Ya" ucap Arrash singkat.

"Arrash aku ada dirumahmu, ini sedang bersama tante Novi menyiapkan sarapan" ucap Nadia.

Arrash terkejut mengetahui kedatangan gadis itu.

'Mau apa dia datang kemari' batin Arrash.

...****************...

Episodes
Episodes

Updated 45 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!