Part Five ( Work)

~Karena tidak ada kebetulan yang terlalu kebetulan~ Author

"Bye... See you soon !" Liza melambaikan tangan pada Enrique yang manyun.

Pasalnya hari ini adalah hari pertama Liza bekerja di Laboratorium ST.Mary's, Enrique memaksa ingin mengantarnya tapi Liza bersikeras ingin naik taksi saja ia bukan anak kecil yang harus selalu diperhatikan bukan?

Ya entah keberuntungan dari mana dari sekian banyak freelance yang diwawancara ia dan satu orang lainnya yang lulus sebagai lab assistant.

Liza bersyukur setelah perselisihan tidak penting mereka kemarin, ia bisa lebih terbuka dengan Enrique. Liza mengutarakan apa yang tidak disukainya dari Enrique. Sedangkan Enrique? Ia bilang menyukai segala apapun di diri Liza. Yaa...terdengar gombal, tapi mungkin saja itu kebenarannya pikir Liza sembari tersenyum senang.

...***...

"Hey... let me introduce myself, my name is Liza Tuffahati from Indonesia. Nice to meet you!" ucap lisa sembari menunduk hormat pada patner kerjanya Nicholas andreas Michelo.

"Haii...aku Nicholas andreas Michelo senang berkenalan denganmu". Nicho membalas sembari menahan senyum.

"Hahh? Kamu bisa bahasa indonesia?" Liza bertanya merasa konyol.

"Itu mata kuliah tambahanku di kampus". Nicho membalas bangga.

"Oh...my, Liza melongo mendengarnya.

"But still not perfect like you!" Ucap Nicho merendahkan diri.

...***...

Ternyata bekerja di Lab farmasi sebuah rumah sakit sangat melelahkan, semua orang serius akan pencapaian masing-masing. Liza menjadi lab assistant professor Aitken Jhon Adam. Beliau orang yang ramah, tapi tidak terlalu suka berbicara.

Berbeda dengan Nicho, ia mendapat professor perempuan yang senang berbicara tanpa titik dan koma. Liza menahan senyum melihat Nicho yang geleng-geleng kepala saat berjalan dibelakang Mrs.Joanna yang berbicara sangat lancar tanpa henti.

Sampai pada jam istirahat Nicho menghampiri Liza yang duduk disamping karyawati rumah sakit dan duduk disampingnya sembari menaruh nampan dimeja.

"Hey...hari yang melelahkan bukan?" Nicho bertanya lebih kedirinya sendiri.

"Kamu bertanya padaku?" Liza menahan senyumnya mengejek Nicho.

"Ohh...ayollah, berhenti mengejekku". Nicho pura-pura merajuk.

"Ok baiklah". Liza tersenyum lebar.

Karyawati di samping Liza menyerngit mendengar pembicaraan mereka dan lebih memilih menghabisi makanannya mengacuhkan Liza dan Nicho.

"Jam berapa kamu pulang?" Nicho bertanya sembari melihat jam ditangannya.

"Jam 5 sore, saat pergantian shif". Jawab Liza mengedikkan bahunya.

"Kamu? Jangan bilang kamu kerja lembur dihari pertama?" Liza memasang tampang syok.

"Yaa...begitulah!" Nicho menjawab lelah.

"Aku sedikit curiga. Jangan-jangan Mrs.Joanna menyukaimu, makanya dia mencari alasan agar lebih lama bersamamu". Liza terkikik pelan.

Nicho membelalakkan matanya, kemudian ikut tertawa bersama Liza tanpa bisa ditahan. Untung saja kantin sedang dalam keadaan ramai. Jadi orang-orang tidak ada yang memperhatikan mereka. Hanya saja karyawati disamping Liza sedikit melirik tidak suka kepada mereka.

...***...

"Kamu tidak perlu mengantarku Nicho, nanti kamu dicari Mrs.Joanna". Liza berujar pada Nicho yang berjalan disampingnya.

"Biarkan saja, aku hanya mengantarmu sampai gerbang". Nicho bersikeras.

Sesampainya diluar gerbang Liza berniat menghentikan taksi. Tapi saat ia ingin mengangkat tangan suara bariton yang dikenalnya menghentikan pergerakan tangannya.

"Hey...Enrique menyapa Liza.

"Hey...untuk apa kamu kesini? Liza bertanya heran.

"Aku ingin menjemputmu, apa tidak boleh?" Enrique menyerngit tidak suka.

"Tidak, aku suka sayang. Tapi aku tidak ingin merepotkanmu". Liza menimpali dengan perasaan bersalah. Ia tidak ingin membuat Enrique kecewa.

"Ehemm...terdengar suara bariton lain dibelakangnya.

"Ohh...iya, perkenalkan Nicho teman kerja aku". Liza merasa bersalah mengabaikan Nicho.

Enrique menatap tidak suka pada lelaki yang sedari tadi mengekor wanitanya. Tapi tetap mengulurkan tangan padanya. Ia seperti familiar dengan wajah lelaki itu.

"Enrique Alfaro Leonardo". Enrique menyebutkan namanya singkat.

"Nicholas andreas Michelo". Nicho membalas sopan.

Michelo. Ia seperti familiar dengan nama tersebut. Tapi ia lupa dimana pernah mendengarnya. Pikir Enrique.

"Baiklah, aku duluan ya Nicho...See you later". Liza berjalan mengekor Enrique ke mobilnya. Nicho hanya melambaikan tangannya sesaat sebelum berbalik kembali kedalam gerbang.

...***...

Enrique menghempaskan dirinya disofa ruang tamu Liza.

"Aku tidak suka dengan pria itu!" Enrique berujar sembari menatap Liza yang mengekornya duduk disofa sampingnya.

"Ohh...come on, jangan mulai Enrique. Dia hanya teman kerja tidak lebih". Liza membalas malas. Ia sudah terlalu lelah di lab, dan sekarang diintrogasi seorang Enrique bukan apa yang dibutuhkannya.

"Bukan, aku bukan cemburu dengannya. Hanya saja aku merasa ada yang tidak beres dengannya". Enrique menggumam lebih kepada dirinya sendiri.

"Maksudmu?" Liza bertanya heran.

"Entahlah...hanya saja jangan terlalu dekat dengannya, aku tidak suka!" Enrique berujar tegas.

"Baiklah...Liza menyahut mengakhiri perdebatan mereka.

"Aku akan mengantarmu besok!" Enrique berdiri dari duduknya.

"Aku masuk agak siangan, professor Aitken menyuruhku datang jam makan siang saja, beliau ada acara diluar. Kamu tidak perlu mengantarku". Liza berusaha memberikan pengertian.

"Baiklah...tapi aku akan menyuruh alex untuk mengantarmu". Enrique menyebut asistennya dikantor.

"Ohh...ayolah Enrique, Alex pasti lelah dengan pekerjaannya. Tidak perlu menambah pekerjaannya" Liza mengelak.

"Ok fine...tapi aku akan mencarikan kamu supir setelah ini, jadi kamu tidak perlu naik taksi lagi. Tidak ada penawaran lagi." Enrique mengakhiri ketika Liza berniat membuka mulutnya kembali.

"Aku keatas dulu". Enrique berlalu sembari mencium bibir Liza sekilas.

"Baiklah..." hanya kata itu yang bisa diucapkan Liza. Ia tahu percuma terus berdebat dengan Enrique.

...***...

Tepat jam 22.00 malam Enrique masuk kekamar Liza dan ikut berbaring disampingnya.

"Hey...Enrique memeluk Liza dari belakang. Liza tidak menggubrisnya dan tetap diam.

"Kamu masih marah gara-gara sore tadi?" Enrique bertanya pelan. Ia mengirup wangi Liza dengan rakus.

"Kamu ingin tidur disini?" Liza mengalihkan pembicaraan. Bukankah ia meminta tinggal terpisah? Kalau Enrique selalu tidur dengannya lalu apa bedanya? Pikir Liza.

"Kamu tidak senang?" Enrique menyerngit.

"Tidak, bukan begitu maksudku. Hanya saja aku mungkin suatu waktu butuh sendiri Enrique". Liza berujar pelan berusaha untuk tidak menyinggung perasaannya.

Seperti saat ini ia lelah dan berdebat dengan Enrique bukan apa yang dibutuhkannya. Enrique terlalu mengekangnya. Menentukan apa yang boleh dan tidak boleh untuk Liza. Ayolah...Liza adalah Wanita berumur 24 tahun? Liza bukan dede gemas yang perlu dijaga kemanapun ia pergi.

Enrique tertegun. Liza tidak menginginkannya. Pikirnya. Perasaan sakit yang begitu dalam tiba-tiba saja meluap dihatinya. Bersamaan dengan itu Enrique beranjak dari tempat tidur Liza.

"Hey...Liza bangun seketika dari tidurnya.

"Enrique...aku tidak bermaksud mengusirmu!" Liza panik, ia takut Enrique salah paham.

"Tidak apa-apa Princess. Aku mengerti kamu butuh sendiri bukan? Aku hanya menuruti apa maumu". Enrique menyahut dengan tersenyum singkat.

"Maafkan aku, aku hanya butuh sedikit waktu untuk sendiri". Liza berujar lemah, ia merasa bersalah pada Enrique sekarang. Bukan begini maksudnya.

"Its ok... see you later" Enrique berlalu meninggalkan Liza yang tertegun kembali.

Keesokkan harinya Enrique sama sekali tidak mampir ke apartemen Liza seperti hari sebelumnya. Dia benar-benar menghindarinya.

Liza memulai harinya dengan sedikit semangat yang tersisa. Yaa kalau Enrique menghindarinya ia yang akan menghampirinya. Dengan rencana membuatkan Enrique bekal makan siang, ia memulai hari lebih semangat lagi. Sembari bersiul senang ia masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.

...***...

Liza melongo melihat gedung tinggi didepannya. Apa benar ini perusahaan Enrique? Liza meneguk salivanya dengan sulit. Nyalinya untuk menemui Enrique tiba-tiba lenyap entah kemana. Ia memandang dirinya sendiri dan menyesal karena hanya memakai rok pink selutut dan baju kaos putih garis hitam. Ohh...my. Liza mengatai dirinya bodoh berkali-kali. Ia lebih terlihat seperti anak sekolahan yang sedang kasmaran sekarang. Tapi mau bagaimana lagi?

Dengan sedikit keberanian Liza berjalan melewati security yang berjaga di gerbang depan. Mereka tidak mungkin melarangnya masuk kan? Pikir Liza.

Namun salah satu security memandangnya dengan pandangan curiga. Tapi kemudian mengacuhkan Liza. Tohh kalau memang ia tidak punya kartu pegawai atau izin bertamu tidak akan bisa masuk. Pikir security itu.

Liza berjalan sembari menenteng bekal makan siang Enrique dengan lebih percaya diri.

Ia berjalan perlahan mendekati Lobby.

"Excuse me..!" Liza menyapa ramah.

"Ya...can i help you ms?"

Receptionist cantik itu bertanya dengan sopan.

"Can i meet Mr.Leonardo?"Liza bertanya hati-hati.

"Sorry Ms...but,

Did you have made an appointment before?" Receptionist itu bertanya kembali.

"Ahh, not yet exactly...but i just want give this for him".

Liza bersikeras sembari menunjukkan bekal makan siang Enrique ditangannya.

"I am sorry ms...i cant let you come in without that. Sorry..." Receptionist itu berujar meminta pengertian.

"Ahh...okkay, sorry for disturb you.Thanks...Liza berlalu lesu.

"You are welcome." Receptionist itu merasa kasian dengan Liza, bukannya tidak percaya dengan Liza. Hanya saja sejak tadi pagi sudah sebelas wanita yang ingin bertemu Enrique tanpa janji temu. Bahkan tidak sedikit yang mengaku sebagai pacar bos mereka itu. Dan itu terjadi hampir setiap hari. Tidakkah itu melelahkan?

Pupus sudah harapan Liza memberikan surprise pada Enrique.

Liza berjalan dengan gontai. Tetapi suara bariton Enrique menghentikannya.

"Princess...!!!" Enrique berteriak memanggil Liza. Ia berniat keluar kantor mencari udara segar dan mungkin bisa sebentar pulang melihat Liza. Entah kenapa tidak melihat Liza sebentar saja membuatnya muak melakukan apapun.

Liza berbalik dan tersenyum lebar melihat Enrique menghampirinya. Semua orang menatap penasaran kearahnya. Receptionist yang melayani Liza tadi juga terlihat terkejut.

"Hey....!" Enrique menyapa Liza dengan tersengal, ia berlari untuk menghampiri Liza tidak peduli semua orang memperhatikan mereka.

"Hey...!" Liza membalas semangat.

"Apa yang kamu lakukan disini? Dan kamu ingin pulang?" Enrique melirik daun pintu yang sudah dekat dengan Liza.

"Aku berniat menemuimu dan memberikan ini". Liza menyerahkan bekal makan siang Enrique.

"Ya, lalu?" Enrique senang dengan perhatian Liza.

"Aku tidak boleh masuk?" Hee...Liza cengengesan.

" Kemarilah....Enrique memeluk Liza gemas dengan sebelah tangannya.

"Liza...!" Enrique memanggil receptionist itu yang ternyata bernama Liza juga.

"Namanya Liza?" Liza bertanya heran, menyerngit melihat receptionist yang tergopoh menghampiri mereka.

"Ya...namanya Liza". Enrique tersenyum penuh arti.

Receptionist itu mendekati mereka.

" Yes sir ?" receptionist itu bertanya takut.

"Just listen to me liza...she is Ms.Tuffahati, my fiance"Enrique berujar serius.

"Enrique, jangan kamu salahkah dia...dia bahkan tidak tahu aku" bisik liza.

"I am sorry sir...i dont know her your fiance. " receptionist itu memohon maaf dengan tulus.

"Its ok Liza... but, you must remember her face, dont ever forbid her again meet me, understand?" Enrique berujar serius.

"Yes sir, i am understand " recepcionist itu mengangguk patuh.

"Ok...you can back !" Enrique mengakhiri.

"Thank you sir !"Receptionist itu berbalik meninggalkan Enrique dan Liza.

Enrique berpaling menatap Liza.

"Kamu ingin kekantorku?" Enrique menaikan alisnya sebelah.

"Apakah boleh?" Liza bertanya antusias.

"Tentu saja, siapa yang bisa melarangmu" Enrique memeluk Liza kembali dan menuntunnya masuk ke Lift.

Sesampainya dikantor Enrique. Liza menyajikan bekal makan siang Enrique dimeja. Enrique melahap semuanya dengan senang.

Enrique tidak tahu apa nama makanan yang dimasak Liza untuknya, Liza membentuknya dengan lucu seperti pinguin.

Tapi semuanya terasa enak. Pikir Enrique.

"Kamu masih marah padaku?" Liza bertanya takut setelah Enrique mengahabiskan makanannya.

Enrique menoleh dan menatap wajah Liza lama.

"Aku tidak akan bisa marah padamu princess, aku hanya kecewa dan takut". Enrique berujar pelan.

"Takut?" Liza membeo perkataan Enrique.

"Ya...takut, aku tak tidak diinginkan olehmu". Enrique menjawab sembari menyandarkan kepalanya kebahu Liza.

"Mengapa kamu berpikir seperti itu?" Liza mengusap wajah Enrique sayang.

"Entahlah...hanya saja aku tidak pernah ditolak". Enrique memeluk Liza erat.

"Enrique,...jangan pernah berpikir seperti itu aku hanya milikmu. Percayalah...!" Liza membalas pelukkan Enrique.

"Benarkah?" Enrique menatap wajah Liza serius.

"Iya..." Liza balas menatap Enrique.

"Lalu mengapa kamu tidak mau menikah denganku? Enrique bertanya sedih.

Liza memundurkan wajahnya.

"Dengar, aku tidak menolak untuk menikah denganmu kalau kamu ingat? Aku hanya ingin kita saling mengenal terlebih dahulu" Liza memberikan pengertian.

Enrique beringsut mundur.

"Baiklah, bagaimana kalau kita kerumah orang tuaku nanti malam?" Enrique berkata dengan antusias.

"Apa? Kerumah orang tuamu?" Liza membeo khawatir.

"Ya, kerumah orang tuaku. Apa kamu keberatan?" Enrique bertanya khawatir.

Apa ia keberatan? Tentu saja tidak. Pertanyaan apakah ia siap? Batin Liza ragu.

"Eumhhh...baiklah, Liza berujar pasrah.

Enrique seketika tersenyum lebar mendapati jawaban Liza.

" Terima kasih" Enrique kembali memeluk Liza erat.

Tapi Liza kemudian beranjak dari duduknya tiba-tiba.

"Ada apa?" Enrique bertanya heran.

"Aku harus ke Lab sekarang!!!" Liza mulai sibuk mengambil tasnya dan berjalan tergesa membuka pintu.

"Hey....biar aku antar". Enrique tersadar dan beranjak juga mengikuti Liza.

Enrique mengejar Liza kemudian tertawa dibelakang Liza melihat tingkah aneh wanitanya itu.

"Stop it Enrique". Liza berujar sembari mendelik menatap Enrique yang masih saja menertawakannya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!