Part Four (First Hurt)

~Diantara cinta tidak ada hitam dan putih, karena semua akan terlihat merah muda~ Liza

"Hey... wake up princess we've been up to home" ( Hei... bangun putri kita sudah sampai kerumah) Enrique menepuk pelan pipi kanan Liza yang terasa sangat lembut ditangannya.

Liza mengerjapkan kelopak matanya enggan, namun kemudian melihat sekitar. Ia berada disofa kamar sebuah apartemen yang indah. Liza melongo memperhatikan ruangan yang lebih menyerupai kamar dirumah konglomerat di Indonesia. Ckckck

"Ini apartemen kamu?" Liza bertanya takjub. Ia masih saja menengok kanan, kiri, putar sana, putar sini layaknya anak kecil yang baru dikasih lolipop.

"Tidak sayang, untuk sementara ini apartemen kamu sebelum kita menikah. Setelah kita menikah, kita tinggal di penthouseku dilantai paling atas". Enrique menjelaskan dengan sabar ia menahan senyum melihat kelakuan konyol wanitanya.

"Ohh...my,,Liza kembali melongo. Kebaikan apa yang telah dia lakukan dimasa lalu hingga sekarang bisa berdiri diruangan in.

"Kenapa? Kamu tidak suka?" Enrique bertanya khawatir, menatap wajah bengong Liza.

"Tidak, aku bukannya tidak suka tapi suka banget. Hehe" Liza tersenyum lebar. Ini pertama kalinya liza akan tidur di ruangan yang luas. Dari kecil ia tinggal di panti asuhan dengan satu ranjang besi bertingkat, satu lemari kecil untuk satu orang dan delapan orang untuk satu kamar. Kamar kontrakannyapun terbilang masih kecil.

"Syukurlah kalau begitu, sekarang kamu mandi aja dulu Marry akan merapikan baju-baju kamu. Aku juga mau bersihin diri ke atas, dan ada sedikit kerjaan yang harus aku kerjakan." Enrique berujar sembari beranjak dari duduknya dan mencubit kedua belah pipi Liza gemas.

"Ohh...ya, kode apartemen ini 151012". Enrique berlalu keluar apartemen Liza meninggalkan Liza yang sudah siap ke kamar mandi.

"Iyaa...Liza menyahut sambil lalu. Ia tahu dengan pasti, karena angka tersebut adalah tanggal dimana mereka pertama chatting dan Enrique juga tahu dengan pasti bahwa hanya angka itu yang bisa diingat.

...***...

Setelah selesai mandi liza keluar apartemen dab berkeliling.Liza berhenti ditengah lobby lantai apartemennya, ia memandang sosok lelaki dan wanita yang sedang asyik berdebat. Laki-laki itu adalah Enrique, tapi Liza tidak tahu siapa wanita itu. Ia masih tertegun ditempatnya berdiri. Sama sekali tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang disisinya.

" I have told you how many times valentine, dont run again. You have adult. Stop be a childish!."

Enrique menekankan setiap katanya, ia geram dengan sikap seenaknya valentine keponakkannya ini setiap kali ada masalah ia akan lari dari rumah dan meminta bantuan

"But i need you, can't you help me just for tonight? I have even not bring my wallet"

Valentine memasang wajah memelas hampir menangis.

Enrique mengepalkan tangannya kesal. Walau bagaimanapun keponakannya itu masih 20 tahun, dan berkeliaran tanpa uang sepeserpun bukan bayangan yang akan disukainya.

"Ok fine...just for tonight, but tomorrow i will bring you came back to your home. Deal!" Enrique mendelik kesal.

"Okkay....valentine berjinjit dan mencium pipi kanan Enrique sekilas.

"Stop it valentine!" Enrique berujar keras, tapi Valentine hanya berlalu riang masuk ke lift dan menekan nomor lift paling atas.

Enrique segera mengekor Valentine dengan kesal. Niatnya ingin menemui Liza jadi terlupakan.

Liza yang menyaksikan semua adegan absurd itu sedikit merasakan perih di dadanya. Sebenarnya Enrique suatu waktu pernah bercerita tentang Valentine keponakkannya yang bandel dan suka kabur dari rumah meminta bantuannya.

Liza berbalik dan berjalan lemah kembali ke apartemenya. Tidur adalah apa yang dibutuhkannya saat ini. Ya jam tangan manisnya menunjukkan pukul 22.15 waktu London.

...***...

Liza terbangun, menyerngit memperhatikan sekitar. Oh iya benar. Aku di London. Pikirnya. Kemudian mencari Enrique. Tidak ada!

Pasti ia kembali dengan anak hingusan itu. Pikirnya lagi. Dengan enggan ia pun bangun, mandi dan berjalan ke dapur. Disana terlihat marry sedang sibuk menyiapkan banyak makanan dengan Enrique menunggu sabar dan Valentine dengan mulut manyunnya.

"Hey...Enrique menyapa senang.

"Hey...Liza membalas kikuk sembari menarik kursi kosong di samping Enrique.

Valentine melototinya tidak senang sebelum berdiri dengan tergesa.

"I am not hungry, i just want came back!" Valentine mendengus kesal.

"Ohh come on, Marry has been hardly cooking all this? Then you just want to go? Enrique mulai kesal dengan tingkah aneh keponakkannya ini.

"I want came back now!"Valentine

berjalan mencak mencak sambil lalu.

"Maafkan aku princess, aku akan kembali secepatnya!" Mau tidak mau Enrique terpaksa berdiri dan mengekor Valentine dengan perasaan dongkol ia bahkan belum menyentuh sarapannya.

Sekarang tinggallah Liza sendiri. Ya...pada akhirnya dia bukan siapa-siapa. Pikir Liza. Liza makan dalam diam. Hari ini ia akan mencoba mengunjungi beberapa laboratorium terdekat dan mulai mencari peruntungannya.

*Hey...aku akan pulang jam makan siang. Liza menyerngit melihat pesan Enrique.

*Ya...Liza membalas malas.

*Are you okay? Enrique membalas lagi.

*Fine...its ok! Liza kembali membalas dengan enggan.

*Just wait me princess. Enrique mengakhiri.

... ***...

Liza tersenyum keluar rumah sakit St.Mary's. Pasalnya ia mendapatkan lowongan pekerjaan sebagai lab assistant yang kebetulan sedang mencari karyawan/ti. Dengan hati senang, ia ikut mendaftar dan mengikuti wawancara. Hingga lupa waktu.

Liza pulang naik taksi ia melirik jam tangannya, sudah pukul 14.00 siang. Ia mulai gelisah. Bagaimana kalau Enrique mencarinya. Ia menghidupkan handphone yang sejak tadi di nonaktifkannya saat wawancara. Liza menunggu, tapi tidak ada pesan sama sekali. Syukurlah. Pikirnya walau sebagian hatinya mencelos kecewa. Kamu tidak sepenting itu pikirnya.

Liza berjalan lelah. Dan masuk ke lift dengan malas. Ting! Lift terbuka dan terlihat wajah cemas Enrique ditengah enam bodyguardnya.

"Ohh...my!" Enrique terbelalak melihat Liza kemudian berlari dan memeluk Liza dengan erat.

"I was looking for you everywhere". (Aku sudah mencari kemana-mana) Enrique berujar ditengah nafasnya yang tersengal.

"Where is your phone? Why i can't call you?" (Mana hp mu? Kenapa tidak bisa kupanggil) Enrique memundurkan tubuhnya dan memandang Liza tegas.

"Aku hanya sedang mencari kerja. Dan handphoneku ku nonaktifkan. Tapi saat aku menyalakannya, aku tidak melihat satupun pesan darimu." Jawab Liza kentara dengan nada kecewa.

"Apa?? Aku hampir 100x mengirimu pesan? Tidak adakah satupun pesanku yang sampai?" Enrique terdengar putus asa.

Liza mengambil handphonenya dan menganga melihat mode pesawat pada handphonenya, pantas saja pesan Enrique tidak ada yang masuk.

"Sorry...hanya kata itu yang bisa Liza ucapkan.

"Its ok...yang penting kamu ada disini sekarang". Enrique memeluk Liza lebih erat.

...***...

Enrique kembali kekantor tepat jam 15.00 katanya dia akan pulang jam 17.00 sore setelah menyelesaikan urusannya dikantor.

Liza menunggu Enrique sambil nonton TV yang ia tidak tahu acara apa itu. Sampai beberapa saat kemudian terdengar orang menekan password. Liza tersenyum senang. Tapi kembali kecewa saat yang masuk adalah Marry. Tapi yang lebih mengejutkan dibelakangnya berdiri sosok angkuh Valentine.

"I am sorry, she forced me. Exactly i just want take my phone here. (Maafkan aku dia memaksaku, sebenarnya aku hanya ingin mengambil hp ku disini).

Marry mendekati Liza dan menjelaskan dengan raut wajah bersalah.

"Its ok marry, just take your phone. I will talk with her. (Tidak apa apa Marry, hanya ambil hpmu. Aku akan berbicara dengannya). Liza berjalan mendekati Valentine.

Marry segera kedapur dan mencari handphonenya yang tertinggal.

"Its not Enrique room, if you dont know!" (Ini bukan ruangan Enrique, jika kamu tidak tahu). Liza memulai perbincangan saat Valentine berjalan mendekatinya.

"I just looking for you, not my uncle." Valentine membalas angkuh sembari mengitari Liza.

"Ohh...ya?" Tanpa sadar Liza membalas sikap angkuh Valentine. Dia muak dengan tingkah Valentine.

"I just want you know, you are not mean anything for him. And i know you just want his riches."

Valentine berhenti mengitari Liza dan mendorong Liza kasar.

Liza yang mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu oleng dan jatuh. Kakinya terantuk meja dan tergores sisi meja yang mengakibatkan luka panjang menganga terbentuk.

"Auuu....Liza meringis kesakitan tapi tetap mencoba berdiri dan menatap valentine kesal ia tidak terima diperlakukan seenaknya seperti ini.

"What are you doing!" Liza kesal dan mendorong Valentine balik.

Entah Liza yang terlalu kuat atau valentine yang terlalu lemah. Valentine terjatuh dan tangannya menyentuh vas bunga dibelakangnya yang ikut terjatuh kemudian pecah berserakkan. Tanpa sengaja tangannya teremas pecahan vas bunga itu. Tangan valentine pun berdarah. Marry segera berlari menolong Valentine. Liza tertegun. Ia tidak bermaksud menyakiti Valentine.

Ditengah kebingungan Liza, terdengar langkah tergesa Enrique mendekat.

"What happened?" Enrique mendekati Valentine yang masih terduduk dihadapan Liza. Enrique terkejut melihat darah segar ditangan Valentine.

"She push me!" Valentine hampir berteriak sembari menunjuk Liza kesal. Enrique menatap Liza.

"Oh my...Liza? Why?" Enrique bertanya heran menatap wajah Liza yang terlihat bingung.

"Aku...liza bingung mau menjelaskan apa. Ya dia mendorong Valentine. Tapi ia tidak bermaksud menyakitinya. Tapi nyatanya valentine berdarah didepannya. Akibat perbuatannya.

Enrique membopong Valentine dengan sigap.

"Let me bring you to hospital"Enrique mulai berjalan meninggalkan Liza yang masih tertegun.

Valentine menyunggingkan senyumya menatap Liza. Liza hanya diam menatap Enrique yang membopong Valentine yang diikuti Marry nanar. Hatinya sakit. Ia tahu Enrique menyalahkan dirinya. Ia tahu itu dari tatapan kecewa Enrique.

Liza berjalan tertatih. Kakinya berdarah tapi ia sama sekali tidak mempedulikannya, hatinya lebih sakit. Ternyata orang yang kamu cintai sekalipun tidak akan sepenuhnya mengerti akan dirimu. Saat ini ia hanya butuh menangis. Ia berjalan ketempat tidur dengan diiringi buliran airmata nya.

Sabar Liza, selama ini kamu hanya sendiri. Lalu kenapa sekarang kamu butuh seseorang untuk bersandar? Kamu kuat? Tidakkah kamu lupa itu?

Liza menasehati hatinya sendiri.

...***...

"Hey...Enrique menyapa Liza yang sedang duduk di sofa depan TV melamun.

"Eummhh...Liza menyahut asal.

Enrique duduk disamping Liza. Liza tidak menatap Enrique ia pura-pura sibuk menonton TV. Enrique memegang kedua pipi Liza dan mengarahkan wajah Liza untuk menatapnya.

"Maafkan aku karena sempat berpikiran buruk tentangmu tadi sore. Marry menjelaskan kepadaku semuanya". Enrique terdengar merasa sangat bersalah.

Liza menghembuskan nafas pelan.

"Tidak, aku memang salah". Liza menyahut berusaha tersenyum.

"Tidak, maafkan aku Princess. Aku tau kamu terluka karena aku meragukannmu". Enrique mulai putus asa melihat sikap Liza yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Hentikan Enrique, aku tidak mau membahas itu lagi". Liza melepaskan kedua tangan Enrique lembut.

"Sebaiknya kamu mandi, bersihkan dirimu". Liza menatap Enrique yang kelihatan kacau dan beranjak dari duduknya menuju dapur. Ia butuh air untuk menenangkan hatinya.

Namun baru berapa langkah Liza berjalan.

"Apa yang terjadi dengan kakimu?" Enrique bertanya hampir berteriak dan mencegat Liza segera.

Enrique berlutut dan memperhatikan dengan seksama kaki Liza yang terdapat luka menganga sepanjang 5 cm. Liza berniat memperban lukanya, namun ia tidak dapat menemukan kotak p3k diapartemennya.

"Oh my...princess, kamu terluka? Apakah ini gara-gara Valentine mendorongmu?" Enrique menatap liza dengan pandangan putus asa.

Liza berusaha melepaskan kakinya dari genggaman Enrique.

"Sudahlah Enrique...ini hanya luka kecil ia akan sembuh dengan sendirinya". Liza berujar lelah dan berlalu dari hadapan Enrique.

"Liza!!!" Enrique berteriak keras yang membuat Liza tertegun dan kembali memandang Enrique.

"Berhenti mengatakan seolah kamu tidak apa apa". Enrique berdiri dan berujar tegas.

Liza menghembuskan nafasnya keras, ia lelah dengan semuanya, ia lelah terus disalahkan.

"Lalu apa?? Apa aku harus mengatakan betapa aku kecewanya dengan sikapmu?"

"Apa aku harus bilang hatiku terluka bahkan luka dikakiku ini tidak sebanding dengan sakit hatiku?"

"Apa aku harus menangis didepanmu agar kamu tahu aku terluka? Hahh...!!!" Liza mengeluarkan semua sakitnya dengan terengah-engah. Bulir air mata tak terasa sudah berjatuhan tanpa ia sadari.

Enrique berjalan mendekati Liza kemudian mendekap Liza yang menangis sejadi-jadinya kedalam pelukkannya.

"Shhh....Enrique menenangkan Liza yang justru menangis lebih keras.

"Katakanlah sakit jika itu memang menyakitkan princess, katakanlah kamu kecewa jika memang kamu kecewa denganku, menangislah jika memang kamu tersakiti, jangan menyembunyikannya. Aku masih terlalu bodoh untuk membaca hatimu. Jangan kamu simpan sakitmu sendirian. Percayalah aku lebih sakit saat melihatmu seperti ini". Enrique memeluk erat Liza yang masih sengungukan.

...***...

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

konflik di mulai..

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!