Part Three ( London)

~ Jangan pernah katakan tidak, karena aku tidak akan mengartikannya sebagai penolakan~

Enrique

Dilain ruangan...

Leya sedang mengetuk-ngetuk sepatunya kelantai, tanda ia tak sabar. Apa yang dilakukan sahabatnya itu bersama orang itu dikamar Liza? Liza memang bukan tipe wanita gampangan yang akan dengan sudi digerayangi pria manapun, tapi bagaimana kalau pria itu ternyata orang jahat.

Hampir saja Leya mengetuk pinta kamar Liza, kalau saja Liza tidak segera keluar dengan Enrique.

"Hey...Liza menyengirkan senyumnya melihat wajah masam Leya.

"Apa yang kalian bicarakan?" Leya berbisik mengiring Liza yang mengekor Enrique dan pengawalnya keluar kontrakkan Liza.

"Shh...nanti ku ceritakan!" Liza mendelik kepada sahabatnya itu.

Enrique dan pengawalnya keluar kontrakkan Liza. Rencananya Enrique akan bermalam dihotel sementara menunggu urusan Liza dikantor selesai.

"See you later...Enrique berujar serak.

"Yaa...Liza melambaikan tangannya saat Enrique masuk kemobil.

Baru saja Enrique berlalu beberapa detik...

"Lizaaaa!" Leya berteriak nyaring ditelinga Liza.

Liza otomatis menutup telinganya.

"Ya ampunn leee...iyaaaaa apaaaan !" Liza balas teriak kesal.

"Kamu tu kebangetan yaa liz ya, kalau mau nunjukkin cowo itu yaa nggak kekantor kita sekalian juga kali za. Di apartemen aja kek napa?" Leya sewot pake banget.

"Lhaa aku juga nggak tau Leya sayangg sabahatku yang lagi bunting tapi marah-marah mulu. Liza mendelik sembari menunjuk perut bunting Leya.

"Ehh..iyaa, nggak kok dede...mama nggak marah, barusan tes suara...unchh...unchh. Leya mengusap perutnya sayang.

"Plakk...Liza menepok jidatnya sebal.

Adaaa coba manusia kaya gini? Langka! Liza geleng-geleng kepala.

"Back to your problem yaa za ya, lha terus kalau bukan kamu yang nyuruh dia kekantor kita darimana dia tau coba kantor kita? Lagian yaa za ya dia dari london? Ngebet banget emang mau ketemu kamu?" Leya berfatwa panjang masih mengusap perutnya.

"Kamu tuh ya le, giliran dia nongol kamu bilang ngebet, giliran dia nggak nongol-nongol kamu bilang macem-macem. Sebenarnya kamu tu suka apa nggak sih dia nongol?" Tanya Liza menyelidik.

"Iya juga yahh...giliran dia nongol kok aku sewot? Leya menggerutu sendiri.

"Lha itu dia pertanyaanya...Liza kembali memojokkan.

"Ahh...tau ah, kamu yang pacaran kok aku yang ribet. Leya menggerutu lagi.

"Nahh...tu bener !" Liza kembali mengejek Leya, yang diejek cuman bisa manyun selebor. Ckckck

"Ehh..tapi Le, Besok aku mesti ikut Enrique ke London. Katanya biar kita bisa dekat dan nggak mungkin dong dia yang disini? Jadi terpaksa aku yang kesana, lagian aku capek kali le LDRan mulu." Liza berujar sembari menatap wajah Leya cemas.

"Apaaa??? Jadi besok kamu mau pergi ke London? Tinggalin aku? Terus dede bayi gemes nggak punya aunti dong....aaaaa Lizaaaa kok jahat banget??? Kamu kesal yaa aku ceramahin terus? Kamu kesal karena aku bunting? Kamu kesal aku nikah duluan? Yaa ampunn Liz....kamu tega gitu tinggalin sahabat kamu yang cantik ini???" Aaaa....tiba-tiba Leya menangis kejer.

Liza hanya bisa melongo melihat kelakuan sahabat anehnya itu, tapi Liza berbaik sangka saja...mungkin itu bawaan dede gemesnya aja. Pikir Liza maklum. Kalau nggak hamil udah aku cemplungin kekolam ikan...xixixi

***

Kantor Bryan...

"Kamu serius Liz mau Resign?" Bryan bertanya entah untuk yang kesekian.

"Iya Bryan, aku serius". Liza pun mengatakan hal yang sama.

"Baiklah kalau itu yang kamu inginkan". Bryan pun menandatangani surat pengunduran Liza dengan berat hati. Dia bisa apa?

Walau sebesar apapun ia mencintai Liza, ia tidak ada hak untuk terus menahan Liza diperusahaannya. Ia tahu pasti kalau semua ini ada hubungannya dengan bule kesasar tadi pagi. Apa benar orang itu adalah pacar Liza? Pikirnya.

Bryan berdiri dari kursinya dan mendekati Liza yang masih duduk dikursi depan Bryan.

"Please...jangan pernah lupakan aku". Bryan mengucapkan kalimat tersebut dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Pasti Bryan..."Liza berujar tulus.

Bryan berlutut dihadapan Liza.

"Bryan, kamu ngapain kaya gini?" Liza mulai gugup bercampur cemas, pasalnya hanya ada mereka di ruangan itu.

"Shhh...Bryan memegang kedua tangan Liza sedikit meremasnya.

"Kamu tahu dengan pasti bagaimana perasaanku padamu?" Bryan memulai kalimatnya sembari menatap manik hitam mata Liza, Liza mengangguk tak kentara.

"Kamu tahu bagaimana aku sangat mencintaimu, walau tak pernah ku ucap dengan jelas?" Bryan melanjutkan dan Liza mengangguk lagi.

"Dan aku juga tahu dengan pasti kamu tidak pernah menganggapku lebih dari seorang atasan?" Bryan berujar lagi, Liza kembali mengangguk merasa sangat bersalah pada lelaki didepannya.

Bryan lebih mendekat dan mencium kening Liza dengan tulus.

"Maka biarkanlah begitu adanya!" Bryan berujar lagi kemudian memeluk Liza dengan erat.

Liza hanya bisa tertegun, ia merasakan ada buliran air mata di tengkuknya. Liza hanya membiarkan Bryan memeluknya tanpa perlawanan juga tanpa balasan.

Beberapa detik berlalu, Bryan melepaskan pelukannya.

"Just let it go Princess, find your dreams!" Bryan tersenyum lemah.

"Thanks...hanya kata itu yang bisa Liza ucapkan setelah beberapa kalimat yang Bryan ucapkan padanya.

Sekarang semua masalah sudah teratasi. Hanya saja benarkah keputusannya ini ? Sepadan kah semuanya ini dengan seorang Enrique? Liza bertanya kepada hatinya sendiri.

***

Keesokan harinya Enrique dan Liza beserta pengawalnya pulang menggunakan Jet Pribadi Enrique sebagaimana ia datang ke Indonesia.

"Hey...why you are dreamy!" Enrique menghentikan lamunan Liza.

"Its ok, nothing...Liza berusaha tersenyum lemah.

"Apa kamu menyesal ikut bersamaku?" Enrique bertanya takut.

Liza menghembuskan napas kentara dan memandang wajah Enrique.

"Tidak, aku hanya tidak menyangka ini semua akan terjadi. Maksudku, aku hanya Liza biasa yang kemudian bisa bersamamu yang luar biasa. Apa itu tidak membingungkan?" Liza tersenyum hambar.

"Shh...Enrique beringsut pelan dan berpindah duduk kesamping Liza kemudian memeluknya sayang.

"You are my everything...you know what? ( Kamu adalah segalanya bagiku, kamu tahu?) Because you are mine...just mine" (Karena kamu milikku, hanya milikku). Enrique memeluk Liza lebih erat dan menenggelamkan Liza ke dadanya.

"Dont ever think like that again, because you are more than incredible, you are my imagination" (Jangan pernah berpikiran seperti itu lagi, karena kamu lebih dari luar biasa, kamu adalah khayalku) Enrique mengusap punggung Liza dengan sayang berulang ulang layaknya menimang bayi, Liza pun terlelap tenang.

"I love you my little Princess more and more" Bisik Enrique.

Enrique memandang wajah pulas Liza saat tidur. Sampai detik ini ia tidak percaya bisa dalam keadaan seperti ini. Bertemu dengan Liza adalah mimpinya setiap hari. Ia tidak berharap wanitanya akan secantik putri tidur disampingnya sekarang. Bukannya tidak ada yang lebih cantik dari Liza dinegaranya. Semua wanita dinegaranya cantik, sangat cantik malah. Tapi tidak ada yang seindah Liza. Batinnya.

Ia pikir walau sudah lima tahun mengenal Liza lewat Whatapps pasti saat bertemu akan terasa canggung. Namun dugaannya salah. Justru ia merasa sudah seperti mengenal Liza dari kecil. Takdir itu memang aneh. Tapi jika kamu mau bersabar menantinya, semuanya akan terasa terbayarkan. Ya, setelah perjalanan cinta sesaatnya dengan banyak wanita. Pada akhirnya wanita inilah yang menggenggam hatiku. Batin Enrique.

Setelah puas memandangi wajah lucu Liza saat tidur, iapun memutuskan untuk tidur. Enrique merebahkan kepalanya dibahu Liza kemudian memejamkan mata. Selang beberapa lama iapun ikut tertidur.

Yang menentukan jodoh adalah kita sendiri. Tuhan hanya merestui.

...***...

Terpopuler

Comments

nandayue

nandayue

beneran kak? 🤔🤔🤔

2023-04-03

0

Vie

Vie

ciee yg mau ke london

2023-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!