Di ruang tengah yang sangat luas dan megah itu, seorang gadis sedang terduduk termenung bertopang dagu. Dari wajahnya tersirat perasaan risau, memikirkan seseorang yang tak kunjung pulang.
Ibu Kenzo datang membawakan segelas jus jeruk dengan salad buah. Eleanor meneguk dan memakannya sebagai basa-basi karena telah direpotkan.
"Mama, udah menyuruh orang untuk mencari Kenzo." Mama berkata pelan, memandang wajah Eleanor yang risau.
"Elen takut kak Kenzo kenapa-kenapa, Mah. Elen takut terjadi sesuatu padanya."
Mama menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Eleanor, wanita paruh baya itu mengelus lembut punggungnya.
"Dia pasti akan baik-baik saja." Mama berusaha menenangkan Eleanor yang begitu cemas memikirkan Kenzo.
Tak berapa lama terdengar suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. Itu adalah mobil Kenzo. Pria itu turun dari mobilnya. Security yang bertugas membukakan pintu gerbang tadi memberikan hormat kepadanya.
"Selamat pagi tuan muda." Sapa security memberi hormat kepada tuan mudanya.
Kenzo tidak menggubrisnya. Dia menyenonoh begitu saja. melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah besar lagi megah bak istana itu.
Kenzo menghembuskan napas dengan kasar, memasang wajah tidak ramah ketika mendapati sepasang mata memandang ke arahnya.
"Dari mana saja kamu?! Mama dengan Elen sangat mengkhawatirkanmu." Kata Mama dengan intonasi meninggi, raut wajahnya tampak serius memandang wajah putra satu-satunya.
"Kakak.." Eleanor yang melihat ke muncullah Kenzo, orang yang sangat di cintainya langsung menghambur, memeluknya.
Kenzo menghempas tubuh Eleanor dengan kasar hingga gadis itu terjatuh di lantai.
"Aku peringatkan untuk menjaga jarak denganku!" Katanya tegas.
"Kenzo.." Teriak Mama marah.
"Jaga sikapmu terdapat Elen, dia calon istrimu." Katanya, segera menghampiri Eleanor dan membantunya berdiri.
"Terserah.." Dia langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya.
"Kenzo berhenti! Kau belum menjawab perkataan Mama. Kau habis dari mana?!" Tanyanya kembali. Kini Mama benar-benar naik pitam dengan kelakuan Kenzo yang seenaknya sendiri.
Kenzo berhenti melangkah. Berbalik, melihat wajah sang Mama.
"Mah, aku ini udah gede. Udah bisa jaga diri. Jadi, aku tidak harus melaporkan ke Mama aku pergi ke mana pun."
"Kenzo, Mama tahu kamu sudah gede. Tapi ya namanya juga Mama-Mama ya jelas mengkhawatirkan anaknya apalagi ini anak satu-satunya..."
"Dan satu lagi, Mama paling tidak suka kamu pergi tempat haram itu ya. Apa kamu ke sana lagi, hah?" Mama bertanya. Matanya memicing, menyelidiki wajah Kenzo.
"Aku juga butuh hiburan Mah. Aku capek mengurus kerjaan di kantor." Kata Kenzo menyenonoh pergi begitu saja. Dia malas berdebat dengan Mamanya lagi. Beberapa kali Mamanya memanggil, Kenzo tetap menghiraukan, terus berjalan menuju kamarnya.
"Dasar anak durhaka kau Kenzo." Pekik Mama marah. Mengelus-ngelus dadanya tanpa henti.
"Sepertinya aku harus menyerah saja Mah." Kata Eleanor pasrah sambil menundukkan kepalanya.
Mendengar itu Mama kaget. "Apa maksudmu sayang?" Tanyanya tak mengerti.
"Aku akan mengatakan pada kedua orang tuaku, karena sepertinya Kak Ken tidak mencintaiku Mah." Kata Eleanor sendu.
"Jangan.." Kata Mama tegas, tidak terima dengan perkataan yang di lontarkan oleh Eleanor.
"Kenzo memang seperti itu sifatnya sayang. Mama akan membuat Kenzo tetap mau menikahimu." Kata Mama dengan sungguh-sungguh.
"Bagaimana caranya, Mah?" Eleanor bertanya.
"Sudah tentu ada banyak caranya sayang. Sekarang kamu tenangkan diri kamu dulu. Kamu sendirikan yang bilang kalau kamu sangat mencintai Kenzo." Kata Mama tersenyum menatap Eleanor.
Eleanor mengangguk kepalanya takjub, "Iya, Ma. Aku benar-benar mencintai Kak Ken." Jawabnya mantap.
"Nah gitu dong." Mama Berkata, memeluk Eleanor. Gadis itu pun membalas pelukan darinya.
******
Kenzo berbaring terlentang, bertumpukan lengan di atas kepalanya, menatap langit-langit kamar. Entah mengapa pikirannya selalu saja terbayang oleh wanita itu. Dia sepertinya bukan Ja lang, dan bahkan dia tidak mau mengambil cek darinya.
"Siapa wanita itu?" Kenzo bergumam.
"Apa dia masih Virgin?" Kenzo sempat melihat sebecek darah di kasur putih kamar haram itu sebelum pergi meninggalkannya.
"Sialan!" Umpat Kenzo, bangkit dari tempat tidurnya. Dia berjalan menuju cermin besar di kamarnya. Menatap dirinya sendiri di balik cermin itu.
"Apa aku sudah meniduri seorang gadis perawan?!" Kenzo mengacak-ngacak rambutnya di depan cermin, kenapa dia lepas kontrol seperti ini? Kenapa harus wanita itu yang di tidurinya? Kenapa dirinya jadi merasa bersalah seperti begini? Padahal biasanya Kenzo tidak pernah merasa tergoda dengan wanita ja lang di luar sana yang merayunya, sedikit pun tidak pernah.
"Shitt.." Umpat Kenzo kala mengingatnya.
"Mungkin ada sesuatu yang di masukan di minumanku hingga aku lepas kontrol?! Dasar ja lang." Kenzo meninju tembok di samping kaca besarnya dengan emosi.
Memang meskipun sebandelnya seorang Kenzo yang tiap pikirannya kacau pasti pergi ke klub. Tapi dia tidak pernah meniduri seorang wanita sebelumnya. Tak pernah membawa mereka ke ranjang. Dan sekarang kenapa hal ini bisa terjadi?
"Siapa wanita itu? Kenapa dia membuatku menjadi merasa bersalah sekaligus penasaran seperti ini?!"
"Ahhhh..." Kenzo menarik-narik rambutnya frustrasi
"Lebih baik aku mandi untuk menyegarkan pikiranku." Kenzo langsung masuk ke dalam kamar mandinya.
°
°
°
°
°
Bersambung...
Jangan Lupa vote dan komentarnya ya, dan masukin cerita ini di rak favorit kalian biar banyak yang baca.
Sekian dulu ya.
Sampai jumpa di part selanjutnya.
Bye.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments