Berdebat..

"Masa depan yang cerah... Hahaha itu bagi bunda tidak bagi ku karena aku tidak menyukai pria cupu itu!!". Gerutu Alya dalam hati.

"Maaf bunda tapi ini tentang hidup ku, dan ini juga adalah hal ku, aku tidak ingin menghabiskan waktu ku untuk orang yang tidak aku sukai".

"Lalu apa... Kau ingin menghabiskan waktu mu dengan cowok gelandangan yang tidak berpendidikan serta miskin hah! Kau mau hidup mu miskin dan melarat!!, tidak ada orang tua yang mau hidup anaknya menjadi suram Alya..". Maki Bu Nensy.

"bukan begitu bund..."

"Alla.. kau sangat tidak tau diri, kau tidak memikirkan masa depan mu dan masa depan keluarga kita, kau tau jika kau menikah dan hidup bersama Aldy maka secara langsung kau akan menjadi istri tuan muda, hidup mewah dan juga tidak berkekurangan, apa lagi yang ingin membebani hidup mu, Aldy juga pria baik-baik, bunda salah jika mengenalkan mu pada pria brengsek, tapi ini.. entahlah kau sangat tidak tau di untung!!."

"Bukankah itu hanya pandangan bunda, di dalamnya kita tidak ada yang tau bund keluarga seperti apa mereka, bagaimana mereka di rumahnya... Bagaimana jika setelah menikah aku tidak bahagia...".

"Cukup Alya, bunda tidak mau kau banyak memikirkan hal yang tidak masuk akal, bunda mau besok kau sudah harus mengambil keputusan untuk menikah dengan Aldy!, Ingat cinta itu tumbuh dengan sendirinya ketika ekonomi tercukupi!.. ".

"Aku tidak mau bunda!!!". Teriak Alya berdiri.

Ini merupakan kali pertama Alya meneriaki Bu Nensy .

"Plakkkk". Saking kagetnya Bu Nensy reflek menampar Alya, ini juga yang pertama Alya mendapat tamparan walaupun selama ini perkataan Bu Nensy selalu menamparnya.

"Ini hidup ku bunda, aku yang akan menjalaninya bukan bunda, aku berhak atas hidup ku...".

"Cukup Alya!! Jika kau tidak lagi ingin mendengarkan bunda kemasi barang-barang mu dan pergi dari sini!". Ucap Bu Nensy yang di pikirnya hanya ancaman.

Alya tersenyum miring "Oke!". hatinya sedari tadi sudah sangat panas..

Alya menyeka air matanya kemudian bergegas menarik kopir lalu membuka lemarinya.

"Ada apa ini!!". Pak Roy masuk dengan tatapan tajam.

"Tanyakan saja pada anak mu yang ingin masa depannya suram!! Sia-sia saja menyekolahkannya tinggi-tinggi ". Bu Nensy segera keluar dari dalam kamar, kekesalannya mungkin sudah sampai ke ubun-ubun..

"Ayah.." Alya menangis di depan kopernya yang sudah ia buka

Melihat putrinya menangis pak Roy menjadi ibah sejujurnya ia tahu perasaan anaknya, dia juga sadar keputusannya dan istrinya sangat egois.

"Mengapa mengemasi barang-barang hmm?". Pak Roy mendekat sembari duduk di samping Alya..

"Aku tidak ingin tinggal lagi disini hiksss... Aku.. aku capek dengan aturan rumah yang tidak adil!, aku berhak atas hidup ku sendiri..". Kesalnya

"Bunda ingin yang terbaik untuk mu nak.. dia".

"Cukup ayah!, Ayah dari dulu selalu membela bunda, pernahkah ayah memikirkan perasaan ku hah! Aku ini anak kandung ayah tapi ayah bahkan tidak mau membela ku!!". Jawab Alya dengan nada tinggi.

Lama pak Roy terdiam..

"Pergi dari rumah bukan lah hal yang bagus nak.. kita masih bisa bicara baik-baik".

"Tidak... Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan baik-baik ayah! Bagaimana pun aku menolak keputusan kalian, aku bersikap keras pun tetap kalian lah yang akan menang ! Selama ini aku selalu menuruti keinginan orang di rumah, aku tidak pernah membantah sedikit pun tapi kali ini aku benar-benar kecewa! Aku tidak ingin menjadi boneka terus-terusan hiksss..". Alya menangis sembari mengemasi barang-barangnya.

"Ayah tidak akan memaksa mu jika ini keputusan mu, tapi tolong jangan pergi dari rumah nak.. ". Pak Roy memohon sembari menggenggam tangan Alya.

Alya menatap ayahnya yang sedih.. wajah yang jarang sekali ia lihat secara dekat setelah beberapa tahun yang lalu.

"Aku tidak bisa tinggal terus-menerus di rumah ini ayah, jika aku tinggal bunda pasti akan tetap menjodohkan ku dengan Aldy hikss.. aku masih ingin menikmati masa muda ku". Jawab Alya

Setelah pak Roy pikir-pikir ucapan Alya memang benar, selama ini istrinya selalu menang, entahlah apa karena malas berdebat ataukah memang pak Roy yang selalu menuruti keinginan istrinya sehingga keluarganya menjadi seperti ini...

Alya yang selalu tertekan di rumah sementara Owen yang juga jarang ada di rumah karena tidak ada kenyamanan.

"Baiklah ayah paham... Ayah tidak akan memaksakan kehendak, jika sudah waktunya pulanglah ke rumah, rumah selalu terbuka lebar untuk anak gadis ayah". Pak Roy memeluk erat Alya yang masih menangis.

"Terimakasih ayah".

"Hmm sebentar ini kartu kredit ayah, isinya tidak banyak, tapi itu mungkin bisa membantu mu mencari tempat tinggal sementara yang layak di luar sana.. Oyah ayah lupa, ayah punya kenalan yang memiliki apartemen mungkin dia bisa membantu". Pak Roy memberikan kartu kredit miliknya yang menyisakan 25jt di sana karena kartu yang lain di pegang oleh Bu Nensy.

"Terimakasih ayah, tapi aku akan mencari penginapan sendiri, ayah tidak perlu khawatir". Jawab Alya.

Maksud Alya berbicara seperti itu ialah agar Bu Nensy tidak mengetahui dimana keberadaannya, sungguh Alya ingin sekali hidup tenang tanpa gangguan lagi.

"Tapi..."

"Hmm biar Owen yang urus yah". Owen tiba-tiba sudah berada di depan pintu sembari bersandar dengan tangan terlipat di dada

Pak Roy melihat Owen sejenak.

"Baiklah.. jaga diri mu baik-baik nak". Pak Roy mencium kening Alya lalu bangkit dengan perasaan bersalah, kemudian keluar dari kamar

Owen pun masuk ke dalam kamar...

"Jadi ini serius mau keluar dari rumah.. bukannya tadi bilang..."

"Ssstttt.... Setelah di pikir-pikir ini memang jalan yang terbaik!". Alya segera memotong, dia tau Owen akan menggodanya lagi

"Nah gitu dong, akhirnya burung malang yang sudah lama terjebak dalam sangkar bebas juga ha-ha-ha.." entah mengapa Owen malah merasa sangat senang dengan keputusan Alya yang ingin keluar dari rumah.

"Dasar aneh". Alya menggelengkan kepala.

Selanjutnya Owen membantu Alya mengemasi barang-barangnya.

Disisi lain Bu Nensy dan pak Roy sedang bertengkar hebat...

"Kau membiarkan anak mu pergi dari rumah hah!!!". Bentak Bu Nensy.

Awalnya Bu Nensy berpikir bahwa suaminya akan membujuk Alya untuk tetap tinggal di rumah dan mengikuti saja apa yang ia katakan namun ternyata dia salah besar, suaminya malah tidak keberatan jika anak gadisnya pergi dari rumah.

"Bukan kah kau yang mengusirnya!". Pak Roy juga marah.

"Aku hanya mengancamnya, ku pikir kau akan mencegahnya, orang tua macam apa kau tega membiarkan anak perempuannya pergi dari rumah!".

Bersambung. . .

Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!