Tuan Muda Menyebalkan
Hari masih begitu gelap, Seperti biasa Alya sudah bangun untuk melakukan rutinitasnya membersihkan rumah, mencuci pakaian, memasak hingga semua pekerjaan rumah Alya yang kerjakan.
Sebenarnya keluarganya memiliki cukup uang apabila ingin menggaji asisten rumah tangga, namun sayang ibu Nensy selaku ibu tirinya tidak ingin mempekerjakan asisten rumah tangga di rumah mereka dengan begitu banyak alasan, entah kah itu takut kecurian, takut di racun dan segala macam alasan yang ia gunakan untuk membujuk suaminya agar tidak mempekerjakan asisten rumah tangga.
Padahal maksud dan niat ibu Nensy melakukan itu agar ia bisa sesuka hati menyuruh Alya bekerja.
Sebenarnya Alya sudah menyampaikan keluh kesahnya kepada sang Ayah akibat pekerjaan rumah yang tiada habisnya di tambah lagi saat itu Alya masih duduk di bangku pendidikan.. namun sayang ayahnya tidak mendengar sama sekali dan lebih mempercayai istrinya yang berucap..
"bukankah tidak salah jika anak gadis melakukan pekerjaan rumah, lagi pula pekerjaan rumah tidak terlalu berat bukan, jangan menjadi anak manja, kehidupan ini keras".
Semenjak saat itu Alya lebih sering diam akibat tidak ada yang ingin mendengarkan keluh kesahnya, ia berharap dalam sehari waktu bisa berputar cepat saja hingga kontrak hidupnya di dunia segera berakhir..
Alya bahkan pernah berdoa kepada Tuhan agar ia diberikan penyakit ganas untuk merenggut hidupnya, karena baginya hidup di dunia ini hanya percuma tidak ada kasih sayang dari orang tua, bahkan tidak ada orang yang bisa ia ajak bercerita selain instastory di ig nya, meskipun Alya memiliki kakak tiri yang baik namun dia juga jarang ada waktu di rumah.
Usai melakukan pekerjaan rumah Alya segera siap-siap dan mengambil motornya untuk segera pergi ke Laundry tempatnya bekerja setelah ia menyelesaikan S1 nya, sembari menunggu panggilan kerjanya di salah satu perusahaan ternama.
Bukan hanya perusahaan tersebut, Alya mengirim lamaran kerjanya di banyak tempat berharap dari perusahaan tersebut ada yang merekrutnya..
"CK..CK..CK.. lihat itu anak mu, makin hari makin tidak ada saja sopan santunnya terhadap orang tua". Gerutu ibu Nensy menyaksikan dari jendela kepergian Alya.
Maksud ibu Nensy berbicara seperti itu sebab Alya kebiasaan sudah tidak pernah pamit ketika pergi dan pulang ke rumah saat malam hari, bahkan jam kepulangan-nya pun tidak menentu.
"Mungkin dia buru-buru". Jawab pak Roy selaku ayah kandung Alya.
"Kau selalu memaklumi Sikap kurang ajarnya!". Kesal Bu Nensy.
"Sudah lah ini masih pagi, Oyah bangunkan Owin untuk ikut sarapan bersama, hmm.. mungkin hari ini aku lambat pulang, ada lembur di kantor ". pak Roy
"Ya ya...". Menjawab dengan malas sembari berjalan ke arah kamar Owin anak kandung Bu Nensy, yang adalah kakak tiri Alya tampan, masa bodoh tapi memiliki hati yang baik.
Di laundry...
"Sebanyak ini". Gumam Alya merasa lelah.
padahal hari masih pagi
Alya sedang fokus melihat daftar nama dan alamat orang yang akan ia antarkan pakaian yang sudah di laundry karena tugas Alya adalah sebagai kurir di laundry.
"Cukup segitu saja kok". ucap Lea teman Alya Sambil tertawa mengejek.
"Aku tidak sanggup ". Jawab Alya seraya bersandar ke kursi lalu mendongak sembari memejamkan mata, membayangkan rasa lelah sehabis ini.
"Di sanggupi ajalah, bay the way Minggu depan udah gajian hihihi".
"Gajian... ". Gumam Alya pelan,
Gaji yang tidak seberapa dengan pekerjaan Alya tidak juga membuatnya semangat, jika saja Alya masih mendapat uang jajan dari ayahnya mungkin ia tidak akan melakukan perjalanan ini, namun semenjak selesai kuliah Alya tidak mempunyai hak itu lagi.
"Semangat yuk.. masih banyak cobaan yang belum di cobain heheh". Lea tertawa lalu pergi ke belakang untuk mencuci pakaian customer karena bagiannya adalah mencuci dan setrika.
Nasibnya hampir sama dengan Alya hanya saja Lea lebih beruntung di kehidupan keluarganya, Lea kurang beruntung di ekonomi, sehingga ia hanya bisa lulus SMA, itu pun berkat bantuan pemerintah.
"Ya sudah lah semangat hati yang patah..." gumamnya,
Dengan lesuh Alya bangkit berdiri, mengambil beberapa pakaian yang akan di antarkan, lalu pergi.
Hari ini ia harus ekstra bolak balik ke laundry karena pengantaran yang membludak.
12 rumah telah berhasil Alya kunjungi sekarang menuju ke apartemen mewah yang berada di atas lantai ke 20.
Apartemen elit yang di huni oleh kalangan orang-orang kaya, Alya sudah terbiasa mengantar pakaian para customer kesana, jadi tidak asing baginya untuk masuk ke dalam apartemen untuk mengantar pakaian.
Resepsionis juga tidak asing lagi melihat Alya sehingga ia boleh-boleh saja masuk sesuka hati tanpa harus di tanyai lagi, apa lagi di tangan Alya sudah jelas ada tentengan plastik yang berlebel laundry.
"Ting tong". Alya menekan Bell.
Biasanya kamar itu akan di buka oleh seorang pria yang hanya mengulurkan tangannya saja tanpa harus memperlihatkan mukanya.
"Buka saja pintunya tidak di kunci". Ucap seorang pria dari dalam.
"Oh baiklah..". Segera Alya masuk tanpa ragu-ragu.
"Dimana saya harus meletakkan pakaian anda tuan?". Tanya Alya dengan sopan.
"Taruh saja di sana". Jawab pria itu sembari berbalik badan, di tangannya ada secangkir kopi pahit, kebiasannya yang tidak suka minuman manis.
Alya terperanga dalam hati ia berkata "bukannya pria ini yang memimpin perusahaan PT.Indra jaya Company" .
salah satu Perusahaan dimana Alya memasukan lamaran kerjanya.
Alya tentu tau karena sebelumnya Alya sudah banyak mencari tahu informasi mengenai perusahaan tersebut, termasuk pemimpin dan asal usul perusahaan itu.
"Ehmmm..." Seketika Alya tersentak dengan suara pria itu.
"Emm maaf tuan". Alya buru-buru meletakkan pakaian tersebut.
"Sa.saya permisi tuan". Gerak gerik Alya menjadi sedikit aneh, salting yah benar Alya salting.
Ingin rasanya Alya mengatakan kepada Indra bahwa dia membutuhkan pekerjaan di kantornya, namun rasa malu sekaligus takut juga menyelimutinya.
"Jangan lupa untuk mengunci pintunya". ucap pria itu, kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya.
"Ba..baik tuan". Alya segera keluar dari dalam kamar apartemen tersebut.
"Duh bego banget sih, kenapa nggak basa-basi dulu baru keluar, se-enggaknya perkenalan atau apalah, pendekatan kek apa kek biar bisa keterima di perusahaannya". Alya kesal pada dirinya sendiri.
Rasa menggebu-gebu untuk bekerja di perusahaan itu teramat sangat besar, banyak orang masuk disana menggunakan kenalan, orang dalam dan keluarga..
Sementara Alya hahaha teman saja dia tidak punya, bagaimana dia akan masuk, apa lagi otaknya yang pas pasan.
Alya melanjutkan perjalanannya untuk mengantar pakaian ke customer, namun pertemuan tadi tidak pernah lepas dari pandangannya.
"Ah sial, bagaimana ya caranya aku bisa berjumpa lagi dengannya". Keluh Alya seraya duduk dengan lemas di laundry begitu ia pulang beristirahat.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tiana
kasihan
2023-10-06
0
Silvia Putri Salsabilla
yahhhhhhh bersambung
2023-04-20
1