BAB 05

05🌹

Di di kantor NA group Pak Wawan yang sudah kembali bertugas itu pun berdiri tidak jauh dari pintu, Kemudian salah satu orang memanggilnya.

" Pak Wawan, Maaf Bapak dipanggil oleh Pak Burhan ke dalam ruangannya." ucap salah satu pegawai yang ada di NA group tersebut.

" Oh ya mbak terima kasih ya Mbak."

" Ya Pak Wawan, sama-sama.." kemudian dia pun melangkah meninggalkan Pak Wawan, Setelah Pak Wawan berbicara dengan security yang lain dia pun langsung melangkah menuju ke arah ruangan Pak bosnya tersebut.

Pak Wawan kepala security di kantor NA group dia bertanggung jawab atas beberapa security yang ada di gedung tersebut, karena dia dipercaya oleh Pak Burhan untuk menjadi kepala bagian security.

Pak Wawan melangkah menuju ke arah ruangan Pak bosnya Dia mengetuk ruangan itu beberapa kali, terdengar dari dalam menyuruh dia masuk, Pak Wawan membuka pintu ruangan Pak bosnya tersebut, dan langsung melangkah masuk ke dalam.

" Maaf Pak, Apakah Bapak memanggil Saya?"

" Oh iya Pak Wawan, silakan duduk ada yang ingin saya bicarakan pada bapak."

Pak Wawan pun kemudian duduk di sofa diajak oleh Pak Burhan, mereka saling berhadap-hadapan.

" Apakah Bapak sudah memberitahukan kepada security yang baru itu? Apakah dia sudah mengetahui kalau besok dia sudah mulai bekerja.?"

" Iya Pak, saya sudah memberitahukannya kepada Anggara."

" Anggara?" ucapnya, seraya tidak asing dengan nama tersebut, pak Burhan memang tidak melihat langsung CV yang dikirimkan Angga padanya, yang dia tahu hanyalah penambahan Security baru.

" Iya Pak, dia Anggara namanya, dia anaknya baik, mempunyai toleransi tinggi, dia juga memiliki sopan santun yang kuat dan dia juga bijaksana dalam segala hal, dia baru saja kehilangan orang disayangnya."

" Siapa pak?"

" Ayahnya."

" Kenapa dengan Ayahnya?"

" Ayahnya meninggal dunia sebulan yang lalu. Sekarang dia menjadi tulang punggung keluarganya, Walaupun dia memiliki gaji pensiun dari ayahnya untuk menopang hidupnya, tapi dia anaknya rajin dia tidak berpangku tangan saja dan dia juga sangat teliti sekali dalam menjalankan tugas ataupun menjalankan perintah dari siapa saja terutama kedua orang tuanya."

Pak Burhan hanya tersenyum.

" Selain saya menanyakan tentang security yang baru, saya ingin mengatakan kepada Pak Wawan terlebih dahulu karena Pak Wawan yang berjaga paling depan, Pak Wawan harus menghandle anak buah Pak Wawan karena ini adalah berita yang penting sekali."

" Berita apa Pak insya Allah saya akan menghandle anak buah saya."

" Bapak bisa mengatakan pada anak buah Bapak, Karena besok mungkin pimpinan yang baru akan masuk, pemimpin di perusahaan saya ini."

" Pimpinan yang baru? memangnya Bapak mau ke mana.?" Ucapnya kaget.

" Nggak usah kaget seperti itu Pak Wawan, pimpinan yang baru itu anak saya sendiri, Sekarang dia sudah berada di tanah air."

" Nona Arumi.?"

" Iya Pak Wawan, dia Saya minta untuk melanjutkan perusahaan saya ini."

" Kalau Nona Arumi jadi pemimpin di perusahaan ini terus Bapak mau ke mana.?"

Pak Burhan menghela nafasnya dengan panjang, kemudian dia tersenyum dan membenarkan posisi duduknya itu.

" Saya ingin istirahat dan ingin menikmati masa tua bersama istri saya, Saya mau memberikan kesempatan untuk Arumi agar bisa menjadi pribadi yang baik dalam memimpin suatu perusahaan, Pak Wawan kan tahu bagaimana sikap Arumi, Pak Wawan kan sudah lama ikut saya, sejak kantor saya berada di samping rumah, sampai saya memiliki kantor pribadi sendiri, bagaimana sikap Arumi sejak kecil sampai sekarang, semoga saja dengan memimpin perusahaan saya yang besar ini dan bergaul dengan banyak pegawai-pegawai yang ada di sini, dia bisa merubah sikapnya." ucap pak Burhan, Pak Wawan hanya menganggukkan kepalanya, karena Pak Wawan memang dari awal semenjak perusahaan NA group dibuka, Pak Wawan sudah menjadi Security pertama, Pak Wawan tidak mau diangkat jadi karyawan yang lain tapi dia menginginkan hanya sebagai Security saja, di samping ketidaktahuan Pak Wawan tentang komputer, laptop dan alat elektronik lainnya, dia juga tidak berpendidikan tinggi, itulah yang membuat dia merasa Security adalah pekerjaan yang pas untuk dirinya.

" Baiklah Pak Wawan, hanya itu saja yang saya katakan kepada bapak."

" Baik Pak."

" Sebelum Angga bekerja besok pagi, saya meminta Angga datang lebih awal, karena saya ingin bertemu dengan Angga bertatap muka terlebih dahulu sebelum dia melaksanakan pekerjaannya sebagai security." ucap pak Burhan sembari tersenyum dianggukan oleh Pak Wawan.

" Baiklah Pak, Saya akan mengatakan pada Anggara."

Pak Burhan hanya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum di wajahnya, Pak Burhan memang terkenal seorang yang arif dan bijaksana, tapi berbeda dengan sikap sang anak, karena anaknya itu terlalu sangat dimanja oleh Bundanya dan ia juga berada di luar negeri pergaulan dan temanlah yang membuat Dia memiliki sikap yang berbeda dari kedua orang tuanya tersebut.

Pak Wawan pun kemudian berpamitan dengan Pak Burhan Dia kemudian melangkah meninggalkan Bosnya itu menuju ke arah luar diiringi dengan pandangan mata pak Burhan sembari tersenyum, Pak Burhan kemudian berdiri kembali dari duduknya dan menuju ke arah meja kerjanya melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, dia harus menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan besok dimulai dengan pekerjaan baru oleh sang anak.

Di kediaman Angga.

Sebuah mobil berhenti di depan rumah Angga, sepasang suami istri turun dari dalam mobil tersebut dan menggedor pintu rumah Angga dengan sedikit kencang sembari berteriak memanggil nama Ibunya Angga.

" Ningsih! buka Ningsih pintu rumahmu ini, cepat Ningsih! Aku tidak mau menunggu lama." ucapnya.

" Astaghfirullahaladzim, Siapa sih itu yang menggedor pintu rumah sangat kencang sekali." ucapnya kemudian melangkah dengan tergesa dari dapur karena saat itu Ibu Ningsih sedang membuat pesanan kue lapis dari ibu RT untuk acara arisan yang diadakan di rumah Pak RT tersebut.

Bu Ningsih kemudian membuka pintunya terlihatlah wajah Ibu Yuni dan suaminya.

" Bu Yuni, Pak Gito, silakan masuk Pak, Bu." ucap Bu Ningsih.

" Heh Ningsih! nggak usah kamu berbicara seperti itu, sok sopan dengan kami, kami tak sudi masuk ke rumah kamu, cepat kamu keluar dari rumah kamu kita bicara di teras aja." ucap ibu Yuni sembari menatap sinisnya ibu Ningsih dengan bersedekap tangannya di dada.

" Ningsih Saya peringatkan pada kamu, bilang pada anak kamu tidak usah lagi mengganggu Ria, karena Ria sudah memiliki kekasih, jangan menjadi orang ketiga di hubungan mereka."

" Maksud ibu saya tidak mengerti.?"

" Kamu tidak mengerti dengan ucapan saya? kalau kamu tidak mengerti panggil Angga keluar sekarang!"

" Angga berangkat kuliah bu."

" Kuliah? sok-sokan kuliah, hello... ujung-ujungnya bayarnya nanti pasti ngutang, Kenapa nggak disuruh kerja aja sih Angga, cuma mengharapkan gaji pensiun gak akan cukup, Oh! saya tahu jangan-jangan kamu yang menyuruh Angga menggoda Ria, agar Ria bisa membiayai Angga untuk kuliah, lelaki macam apa itu, perempuan disuruh membiayai laki-laki." ucap Ibu Yuni dengan ketusnya berbicara pada ibu Ningsih.

" Ibu Yuni, Maafkan Angga, Saya tidak tahu kalau Angga mengganggu Ria, tapi setahu saya Ria yang selalu datang ke rumah kami ini, Ria selalu membawa sesuatu untuk Angga, tapi Angga selalu menolaknya."

" Apa?! Saya tidak percaya apa yang kamu katakan itu, jangan mengada-ngada, bicara tentang Ria, tidak mungkin Ria seperti itu.!"

" Heh! bu Ningsih! nggak mungkin anak saya seperti itu, Angga nya aja mungkin yang selalu menggoda Ria, kalau sekali lagi saya melihat Angga menggoda Ria, Saya tidak segan-segan untuk melaporkan Anda ke pihak yang berwajib."

Ucap pak Gito.

Bu Ningsih terkejut dengan ucapan Pak Gito, dia menatap Pak Gito dengan lekat sembari berucap.

" Tolong Pak, jangan dilaporkan anak saya, saya janji akan menegur anak saya dan saya akan memarahi anak saya kalau seandainya dia memang mengganggu Ria, Saya jamin mulai sekarang Angga tidak akan mengganggu Ria lagi.

"Apa jaminan kamu.?!"

Bu Ningsih terdiam.

" Heh Bu! Jangan diam, saya ini bertanya harus dijawab, jaminan Ibu apa? agar si Angga tidak bisa mengganggu Ria lagi, kalau sampai hubungan Ria dengan Rafael putus ataupun ada pihak ketiga yaitu Angga, Saya tetap tidak segan-segan melaporkan Angga, ingat itu! sok-sok mau menjamin segala, apa yang akan dijaminkan pada keluarga kami, tidak adakan! hidup aja sudah susah! ngomong menjamin segala macam." Ucap Pak Gito.

Bu Ningsih hanya terdiam, dia hanya beristighfar di dalam hatinya, karena melihat sepasang suami istri yang marah-marah dengannya, tanpa permisi pun Pak Gito dan Bu Yuni meninggalkan Bu Nengsih yang berdiri di terasnya sembari memandang kepergian mereka dari hadapan rumahnya tersebut, dia menghela nafasnya dengan panjang dan duduk di depan terasnya rumahnya itu.

" Ya Allah, cobaan apa ini yang telah engkau berikan kepada hamba, semoga saja hamba bisa menjalaninya, hamba yakin anak hamba tidak mengganggu anak orang lain, hamba percaya dengan anak hamba, ya Allah lindungilah anak hamba yang berada di luar pengawasan hamba dimanapun dia berada." ucapnya sembari berdiri dari duduknya dan masuk ke dalam rumahnya kembali sembari menutup pintu rumahnya dan melanjutkan pekerjaan membuat kue yang tertunda gara-gara kedatangan Ibu Yuni dan Pak Gito itu.

Terpopuler

Comments

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

eddalah Bu Yuni masih aja nuduh Angga yg godain ria

2023-03-30

0

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

pak Burhan baik banget tapi ko Arumi orang nya sombong dan angkuh

2023-03-30

0

dede mbo

dede mbo

mak si angga trllu lemah..

2023-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!