Tak Mungkin (4)

Kenapa dari tadi Al selalu memanggil ku dengan nama Nona, bukan kah aku ini hanya temannya kenapa dia seakan terlalu sungkan dengan ku, hais kenapa juga aku bisa melupakan hal ini jika aku ini Fania pasti dia tidak akan mengatakan hal yang terlalu formal tapi kan ini aku berada di dalam tubuh orang lain. Tapi bukan kah seharusnya dia mengenali tingkah konyol ku. Tapi, apakah aku malah mengingatkan dirinya pada sosok ku yang dulu? Hah jadi serba salah aku!!!

" Bisakah kamu jangan memanggil ku dengan Nona, terlalu menghormati ku tahu?"

Nih Nona bagaimana sih, bagaimana aku tidak menghormati dirinya dan dia adalah bos ku sendiri, mana berani nanti potong gaji bagaimana coba?

" Maafkan saya Non, saya tidak bisa memanggil non dengan nama, karena itu sama halnya saya tidak sopan dengan Non."Fania tersenyum, rupanya Al sudah berubah tidak seperti dahulu lagi, padahal dulu apa yang dia bicarakan selalu saja ngasal dan tidak memiliki sopan santun. Dan kini Al menjadi sosok yang tidak ia kenal. Menjadi lebih sopan dan tahu batasan.

" Sudahlah apa mau mu saja. " Pekik Fania yang masih heran, apakah dulu Al bersikap dewasa dan sopan hanya pada dirinya dan bersikap layaknya anak kecil itu hanya di depan dirinya. Dan Fania juga terlupa jika ini kan bukan tubuhnya jadi mungkin karena tidak ingin di bilang pengacau jadi dia bertindak sangat sopan.

" Tapi aku ingin bertanya padamu, apa pekerjaan mu?" tanya Fania.

" Tangan kanan mu Non, hah masa Non lupa jika yang menyuruh saya untuk menjadi tangan kanan Non kan karena ayah dan ibu Non. Karena "

" Karena tidak ingin terjadi apa apa dengan ku karena kelakuan dari Iwan yang sangat jahat itu kan?" Al mengangguk seharusnya Non Fania itu sadar dari awal jika memang benar Tuan Iwan itu bukan lah laki-laki yang baik, jadi karena kekhawatiran ibu dan ayah maka Al datang dan menyamar sebagai orang yang melindungi Fania.

" Seharusnya Non sadar dari awal. " Pekik Al dengan rada jengkel karena apa memang dari awal Al yang selalu mengatakan pada Fania jika Iwan itu hanya ingin memanfaatkan dia saja dan tidak ada cinta di dalam hatinya.

" Dan Non harus tahu jika Tuan Iwan itu seharusnya bukan dan tidak pantas berada di dalam hati Non. Dan Non itu harusnya marah, marah karena Tuan Iwan membawa selingkuhannya untuk ikut menyerang Non. " Fania juga tahu akan hal itu tapi..... Bagaimana caranya, bagaimana caranya membalas pria yang tidak tahu diri itu, semakin dia membiarkan ini pasti Iwan akan semakin seenaknya saja.

Fania juga tahu wanita dan pria itu bukan orang yang baik, dan mungkin mereka berdua harus diberikan pelajaran tapi apa???

" Al bagaimana jika kamu membantu diriku?" Al tertegun.

" Membantu? Apa yang bisa saya bantu Non?" Tanya Al kebingungan biasanya Non Rahma tidak ingin diajak kerja sama. Pasti selama ini Non Rahma memang mempunyai rencana yang jelas dia pun tidak tahu rencana nya apa. Tapi setidaknya Non sudah berubah tidak seperti Rahma yang dulu, yang lemah.

Apakah mungkin selama ini Non Rahma memang bersandiwara???? Dia Terima Terima saja sebelum akhirnya Non Rahma balas dendam. Apapun yang terjadi Al akan tetap ada bersama dirinya karena ada satu urusan dan perjanjian kerja yang tidak bisa Al tinggalkan dan demi kelangsungan hidupnya setelah kejadian itu.

Fania meminta Al untuk mendekat dan mengatakan tentang rencana, Dan mendengar apa yang Non Rahma bisikkan dia pun membuatkan matanya, apakah benar apa yang dia dengar ini, tidak mungkin Non akan mau melakukan itu? Terlebih lagi Non Rahma kan paling menyayangi Tuan Iwan.

" Apakah Non serius?? Bukankah Non sangat sayang pada Tuan Iwan. " Al mencoba untuk bertanya sekali lagi pada Non Rahma tentang ini semua, dan Al ingin tahu juga apakah Non Rahma akan berubah pikiran???

"Kenapa? Apakah kamu tidak mempercayai diriku??? " Al dilema, apakah Al harus percaya Al tahu jika Non akan berubah pikiran jika melihat Iwan dan memanipulasi Non Rahma lagi.

"Maaf sebelumnya Non, bukan maksud saya tidak percaya dengan Non, tapi apakah Non ini akan luluh jika sudah berada di dekat Tuan Iwan soalnya Non pasti akan berubah pikiran nanti. Terakhir kali juga seperti itu...... " Fania tidak tahu bagaimana caranya agar Al ini percaya dengan dirinya. Sangat susah meyakinkan Al terlebih jika dia bahkan bisa mengatasi pria kurang ajar itu. Bisa bisanya dia main kasar dengan istrinya sendiri, sudah tidak punya hati apa gimana tuh orang.

" Baiklah, kali ini aku buktikan jika aku serius dengan ucapan ku. " Al mengangguk rasanya tidak akan mungkin jika Nona tidak akan berubah pikiran, tempo hari saja susah lain cerita apa lagi kali ini. Pasti akan sama saja.

Pria itu datang dengan tatapan mata sinis, karena apa? Dia dan kekasihnya gagal mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Entah mengapa Fania tidak suka dengan kedatangan laki-laki dan perempuan dengan tatapan mata seperti laki laki itu. Sangat sinis dan mungkin tidak ingin diajak kerja sama.

"RAHMA!!! KAU GILA!!! MENGAPA KAU TIDAK MENANDATANGANI SURAT KUASA ITU? " Dengan nada yang sedikit mengancam wanita yang masih terbaring di tempat tidurnya tanpa berpaling.

Fania terkekeh, apa hak pria sinting ini? Memerintah sesuka hati, memang harta siapa yang akan dia kuasai?

"MENGAPA AKU HARUS MENANDATANGANI SURAT ITU?? " tanya Fania dengan nada ketus bahkan Eren saja sampai di buat bingung, mengapa wanita ini berani melawan. Biasanya dia akan menurut dan tidak akan membantah.

"DAN MENGAPA KALIAN BERDUA MEMAKSA DIRIKU? DAN MEMANG NYA KALIAN MEMILIKI HAK ATAS APA YANG KALIAN INGINKAN, KALIAN ITU HANYA TIKUS PENGERAT SAJA. " Lanjut Fania membuat Iwan segera menampar pipi Fania dengan kuatnya.

"Kau menampar diriku? Jangan mengira aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, KAU HARUS INGAT KAU DATANG PADAMU HANYA MODAL BAJU SAJA, DAN MENGAPA KAU MARAH? YANG SEHARUSNYA MARAH ITU AKU!!! " lanjut Fania tanpa henti menyerang keduanya yang semakin keterlaluan.

Ingin menampar Rahma untuk yang kedua kali namu kali ini Rahma berhasil menepis tangan Iwan membuat Iwan membuatkan mata, bahkan Rahma begitu keras memegang tangan Iwan tidak seperti yang Iwan kenal, tenaganya jauh lebih kuat dari kemarin.

Plak

Satu tamparan kembali mendapat di pipi Rahma, kali ini Eren yang sudah tidak tahan ingin menghajar Rahma pun menampar Rahma. Sudah tidak tahu diri malah ngelunjak.

Dan Rahma tiba-tiba membalikkan tamparan ke wajah Eren membuat Eren terkejut karena wanita ini sangat kuat menamparnya hingga dia pun jatuh ke lantai.

"KAU!!!" Iwan merasa sangat marah, tidak biasanya wanita yang lemah ini melawan mereka sampai seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!