Raja Untuk Rani
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
🌸
Di sebuah ladang sawah yang terhampar luas, tertata rapi tanaman padi yang sudah matang dan sudah waktunya untuk di panen. Beberapa pekerja sedang bekerja paruh membantu pemilik sawah mengolah pertanian tersebut.
"Selamat pagi tuan ... Apa kabar anda?."
"Selamat pagi Pak Jaka, kabarku baik bagaimana denganmu?."
"Kabarku baik juga. Tuan aku kesini ingin memberikan undangan pernikahan anak tuan tanah pak Radi. Mereka mengundang tuan sekeluarga untuk menghadiri pesta pernikahannya."
"Oh ya baiklah. Ini akan di adakan minggu depan. Tolong sampaikan pada pak Radi, kami semua akan hadir di pesta pernikahan anak mereka."
"Baik tuan, saya permisi."
Seorang kurir pengantar paket menghampiri beberapa orang yang sedang duduk di ladang pertanian. Mereka adalah keluarga tuan tanah paling kaya di desa tersebut.
Tuan tanah itu bernama Pak Roji, keluarga terpandang yang memiliki harta berlimpah secara turun temurun. Pak Roji memiliki seorang adik yang bernama Pak Candra dan seorang adik perempuan bernama Madu. Mereka tinggal dalam satu rumah karena ukuran rumah mereka yang sangat luas.
___
Di kediaman Candra terlihat keluarga besar itu sedang berkumpul juga terdapat dua anak kecil laki-laki yang sangat lucu, yaitu anak dari Candra dan Roji dan di samping mereka ada Madu, adik bungsu dari keluarga itu yang masih berstatus lajang.
"Mas ... Ini kopinya, minumlah...."
Rima istri dari Candra menyuguhkan kopi panas kesukaan suaminya itu. Lalu dengan enaknya Candra menyeruput kopi yang harum menggugah selera.
Candra duduk di teras rumahnya di desa dan membicarakan bisnis kainnya di kota kepada kakaknya, Roji. Candra menceritakan tentang bisnis kainnya yang sedang berkembang pesat dan menghasilkan keuntungan yang besar.
"Kak, bisnis kainku semakin sukses. Aku sudah memiliki banyak pelanggan dan permintaan terus meningkat setiap bulannya," ujar Candra dengan bangga.
Roji mengangguk-anggukkan kepalanya, "Wow, itu luar biasa, Candra. Aku senang mendengarnya. Tapi kamu akan tetap berbisnis di kota, kan?"
Candra menjawab, "Ya, aku ingin membangun bisnis kainku di kota dan meninggalkan desa ini. Aku ingin mencapai lebih banyak pelanggan dan memperluas jangkauan bisnisku."
Roji mengernyitkan keningnya, "Tapi, Candra, desa ini adalah tempat kelahiran kita. Bagaimana dengan keluarga kita dan teman-teman kita di sini?."
Candra tersenyum, "Aku tahu itu sulit, Kak. Tapi aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan besar untukku. Aku ingin sukses dalam bisnisku dan aku yakin aku bisa melakukan itu di kota."
Roji terdiam sejenak, lalu berkata, "Baiklah, Candra. Aku mengerti. Aku akan selalu mendukungmu, apa pun yang kamu lakukan."
Candra tersenyum senang, "Terima kasih, Kak. Aku sangat menghargainya."
Kemudian, mereka berbicara tentang bisnis kain dan rencana Candra untuk mengembangkan bisnisnya di kota. Setelah itu, mereka mengobrol tentang hal-hal lain dan menikmati sore yang indah di desa mereka.
"Kakak ... Bagaimana kalau kakak juga pindah ke kota?."
Madu yang mendengar percakapan kedua kakaknya tersebut merasa tidak setuju dan berkata,
"Tidak kakak... Kami tidak ingin pergi ke kota. Aku sangat suka tinggal disini."
"He he he he tenang saja Madu kita akan tetap tinggal disini dan tidak akan kemana-mana." timpal Roji.
Mereka tertawa karena sikap adik bungsunya itu.
"Oh ya Candra, sudah lama kita tidak berburu di hutan. Kapan kita akan berburu lagi? bagaimana kalau akhir pekan ini?."
"Kakak lupa ya akhir pekan ini kan kita harus menghadiri pesta pernikahan anak pak Radi di desa sebelah."
"Oh iya, aku hampir lupa. A ha ha..."
"Kakak anak pak Radi yang akan menikah itu mahasiswa yang lulusan dari kota itu ya? Namanya Ruslan, betul tidak?."
"Iya betul, dia anak sulung pak Radi. Kamu atur keberangkatan kita kesana ya."
Madu terkesiap mendengar nama laki-laki yang akan menikah tersebut.
____
Di kediaman Radi, para penghuni rumah sedang berkumpul di ruang keluarga untuk membahas acara pernikahan anak pertama di keluarga mereka. Radi juga turut hadir di antara mereka.
"Kami sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Semua undangan sudah terkirim dan kami juga sudah mengatur konsumsiannya," kata ibu nya Ruslan.
"Baiklah, aku akan mengirimkan hadiah pernikahan untuk pasangan pengantin. Saya juga akan memberikan banyak sekali hadiah sebagai tanda kasih sayang." sambung Radi.
" Ibu, lihatlah ... Bukankah kalung ini terlihat bagus?." ibu Ruslan meminta pendapat ibu mertuanya
"Iya bagus sekali, ini juga harus di masukan ke barang yang akan dikirim ke keluarga pengantin perempuan."
"Baiklah ...."
Di tengah perkumpulan orang tua itu terdapat seorang anak gadis yang masih kecil dan berparas cantik.
"Ibu ... Ibu ... Nanti kalau aku sudah besar, aku juga mau memakai perhiasan ini ya bu. Juga lipstik ini."
Penuturan Rani dengan suara has anak kecil yang imut.
Rani adalah anak bungsu dari Radi sekaligus adik kandung Ruslan. Mereka hanya dua bersaudara yang hidup dengan serba berkecukupan.
" Ibu lihatlah, kalung berlian ini. Aku suka dengan permata nya." sahut Ruslan.
"Diamlah! Kami tidak meminta pendapat calon pengantin pria. Ha ha ha." Ucap nenek Ruslan.
Keluarga besar itu terus mengolok Ruslan yang sebentar lagi akan menikah.
"Berhentilah tertawa, bukankah kita harus memilih pakaian dan perhiasan ini." Ucap sang nenek.
"Oh ya Ruslan, ada beberapa pakaian di mobil coba kamu suruh pelayan untuk membawanya kemari."
"Baik ayah."
Ruslan memangku semua pakaian yang ada di mobilnya dan meminta pelayan untuk membawanya ke rumah. Di seberang jalan, Ruslan sedang berjalan lalu tiba-tiba Madu mendatanginya dengan wajah yang serius.
"Madu??."
Lalu Ruslan menghampiri Madu dan melihat sekitar, dia takut ada orang yang melihat keberadaan Madu.
"Madu, apa yang kamu lakukan disini?."
"Ruslan, aku butuh bicara denganmu sekarang juga. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus kita bicarakan."
"Tentu, ada apa?."
"Aku baru saja mendapat kabar bahwa kamu akan menikahi gadis lain. Apakah itu benar?."
"Maaf Madu, aku tidak ingin membuatmu kecewa, tapi itu benar."
"Tapi Ruslan, bagaimana dengan kita? Apa yang akan terjadi pada anak kita yang sedang dalam kandungan?."
"Kamu, tolong dengarkan aku dulu. Ayo ikutlah denganku."
Ruslan meraih tangan Madu dan memintanya untuk mengikutinya, tapi di tolak oleh Madu.
"Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku hanya ingin jawabanmu Ruslan."
"Madu kamu jangan seperti ini. Nanti ada orang yang melihat kita."
"Memangnya kenapa Ruslan?."
Nenek Ruslan yang sedang berada di dapur mendengar keributan di jalan depan rumahnya. Lalu nenek Ruslan mendekati asal suara keributan itu.
"Aku akan manjawabnya, ayo kemarilah. Ayo kesini."
Ruslan mengajak Madu ke belakang rumahnya dan mencoba menjelaskan sesuatu.
"Madu, pernikahan ini semua terjadi tidak sesuai dengan keinginanku. Keluargaku mengetahui kalau aku hanya mencintaimu. Tapi mereka menjodohkanku dan ingin menikahkanku dengan orang lain."
"Tapi jika benar kamu tidak setuju, kamu harus berani untuk menolaknya."
"Madu mereka tidak akan setuju. Pernikahanku tinggal menghitung hari. Mereka sudah menyiapkan semuanya. Jika aku menggagalkan rencana mereka, itu semua akan sia-sia. Cobalah mengerti Madu."
"Bahkan kalau mereka mengetahui kalau bayi dalam kandunganku ini adalah anakmu?."
"Aku tahu ini sangat sulit untuk dipahami, tapi aku merasa sudah bertanggung jawab untuk mengambil keputusan ini. Dan aku juga sudah memikirkan tentang anak kita. Aku akan memberikan dukungan finansial dan bertanggung jawab atas anak kita. Madu, aku tau aku sudah membuatmu merasa terikat. Tapi aku tidak punya pilihan lain."
"Ada Ruslan, ada pilihan lain. Aku akan meminum racun dan mati. Jadi kamu bisa menikahi gadis lain."
"Tidak Madu, kamu jangan seperti itu. Madu aku punya ide."
"Apa?."
"Aku ingin kamu dan kakak mu pindah ke kota. Aku punya seorang teman dokter di sana. Aku akan berbicara pada temanku. Kamu datanglah malam hari dan pergi dari sana pagi-pagi buta. Temanku akan membantumu menggugurkan kandunganmu."
"Hah! Apa?!."
"Dengar Madu, ini aku akan memberimu uang untuk biayanya. Ini untuk bekalmu."
Ruslan memerikan sejumlah uang dari sakunya. Lalu Madu mengambilnya sambil menangis.
"Ruslan aku tau sekarang, ternyata kamu seorang pengecut! Juga seorang bajingan. Aku baru menyadari semua itu hari ini hiks hiks...."
Madu melempar uang yang di berikan Ruslan padanya tepat ke wajah Ruslan lalu pergi berlari meninggalkan Ruslan yang berdiri kebingungan.
" Madu! Madu!."
Ruslan berteriak memanggil Madu tapi tidak dihiraukan. Lalu melihat sekitar takut ada orang lain yang mengetahui tentang mereka. Di rasa aman Ruslan akhirnya masuk kembali ke rumahnya. Tanpa dia sadari neneknya berada di dapur menyaksikan semua kejadian memalukan itu.
Madu pulang ke rumah dengan keadaan kacau dan menangis dengan sejadi jadinya. Semua keluarga yang berada di ruang keluarga heran melihat tingkah adik bungsunya itu. Lalu kedua kakak iparnya mencoba menenangkan dan bertanya apa yang sebenernya terjadi. Tapi Madu hanya menangis tiada henti.
****
Jangan lupa kasih like, vote, favorit, hadiah juga, komentar terbaik ny ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
ꪶꫝ✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻N༄🥑⃟💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
bener,stdknya desa tmpt kita lahir jngn sampai ditinggalkan hanya karena usaha makin sukses,mnding bangun di desa kita jngn mlupakan desa tmpt kita lahir
2023-05-25
1
Erarefo Alfin Artharizki
tinggalin jejak dulu kak, semangat nulisnya ya
2023-04-29
0
Kokoro No Tomo✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻
jejak
2023-04-18
0