4. Pandangan pertama

💞😍

"Raja, kenapa rumah kita gelap? Apakah mati lampu?."

"Aku juga tidak tau Sam. Lebih baik kita masuk saja.

Candra berhenti sejenak dan bertanya,

" Raj... Benarkah ini rumah kita?."

Saat keluar dari penjara, Candra tidak langsung pulang ke rumah mereka di kota tapi langsung ke kampus tempat Raja kuliah, jadi dia belum mengetahui keberadaan rumahnya.

"Benar ayah... Ayo masuk. Sam, coba kamu periksa dulu ke dalam dan tanyakan pada orang rumah sebenarnya apa yang terjadi."

"Baiklah Raj."

Perlahan pintu rumah yang berukuran besar itu di buka dan saat pintunya di tutup...

Triiingg!

"Selamat datang di rumah kita... Selamat kembali...!."

Tiba-tiba lampu rumah menyala dan terlihat bermacam-macam hiasan terpasang di rumah itu. Raja dan seluruh keluarga sengaja membuat kejutan dan pesta untuk menyambut kedatangan Candra.

Raja sudah mempersiapkan dari jauh-jauh hari dan lampu mati pun termasuk rencana yang Raja buat.

"Selamat datang adikku...."

Roji menyambut kedatangan Candra dengan antusias. Walaupun tadi dia sudah bertemu saat penjemputan, hanya dia turut bahagia dengan kejutan yang Raja siapkan ini.

"Kakak... Kenapa kamu repot-repot membuat acara penyambutan ini?."

"Candra... Aku sudah terlalu tua untuk merencanakan hal-hal seperti ini. Semua ini anak muda seperti merekalah yang melakukannya. Aku hanya mendukung mereka saja. A ha ha ha."

Candra melihat anak semata wayangnya itu dengan bangga. Lalu Rima segera menghampiri Candra dan memeluknya.

" Mas... Bagaimana kabarmu? Hiks hiks hisk...."

"Rima, kabarku baik dan sehat, bagaimana denganmu?."

"Aku juga baik Mas...."

"Rima... maafkan aku, selama ini aku sudah membuatmu menderita. Aku sudah membuatmu menanggung nya dan mengasuhnya sendiri. Anak kita... Lihatlah anak kita sekarang sudah dewasa."

"Iya Mas...."

Raja menghampiri kedua orang tuanya itu dan mengajak mereka untuk ke depan dan memotong kue yang sudah di siapkan.

"Ayah... Ibu... Kemarilah, cepat potong kue nya. Aku sudah lapar...."

"Benar Paman, kami belum makan apapun setelah acara di kampus."

"Baiklah... Baiklah... Ha ha."

Candra dan Rima perlahan memotong kue coklat yang besar itu secara perlahan, lalu memberikan potongan kue pertama kepada Raja dan menyuapinya. Potongan kue yang kedua di berikan kepada kakak tercintanya yaitu Roji.

"Kakak... Kue ini aku berikan spesial untukmu. Terima kasih, selama ini kakak sudah merawat anak dan istriku. Aku tidak tau harus membalas budimu bagaimana hiks hiks hiks...."

"Sudahlah Candra, kamu jangan menangis seperti ini. Apakah kamu tidak malu air matamu terlihat oleh kedua anak muda ini. Bagaimana kalau nanti mereka jadi cengeng sepertimu ha ha ha...."

"Kakak...."

"Kemarilah adikku."

Roji memeluk adiknya itu dengan penuh kasih sayang meskipun usia kedua orang tua itu sudah tak lagi muda, tapi mereka tetap menjaga keharmonisan dan kasih sayang antara keluarga.

"Candra... Raja adalah anakku juga. Sudah menjadi kewajibanku untuk mengurusi dan mendidik dia. Lihatlah, putramu sekarang sudah sangat besar ... dia sudah melebihi tinggi kita ... Kelak mereka berdua akan tumbuh dan menjadi putra kebanggaan kita yang membela keluarga kita."

Candra dan Roji memperteguh keyakinan mereka dengan saling mengepalkan tangan dan mengacungkannya ke atas.

" Yeeee...!."

Perpisahan yang sudah lama menjadikan rasa kasih sayang di antara keluarga Candra semakin besar. Perpindahan mereka ke kota terhindar dari gosip sehingga asal keberadaan Candra tidak dipertanyakan tetangga ataupun masyarakat tempat mereka tinggal sekarang.

"Candra... Hari ini kita harus ke Desa untuk menguruskan surat tanah kita yang masih belum beres."

"Bukannya semuanya sudah beres kakak?."

"Proses nya sudah beres, kita hanya perlu mengambil suratnya saja."

"Selamat pagi ayah, paman...."

Raja dan Sam yang baru datang setelah selesai olah raga di minta ikut bergabung berbincang dengan ayah dan paman nya itu.

"Kakak... Kalau hanya untuk mengambil suratnya saja, bukankah lebih mereka saja yang mengambilnya?."

Roji melihat kedua pemuda yang sedang bergurau sambil mengunyah makanan sarapan yang tersimpan di piring.

"Benar juga, kalau mereka yang pergi tidak akan ada orang sana yang mengenali bahwa Raja dan Sam anak dari keluarga kita."

Setelah kesepakatan bersama siang hari Raja dan Sam bersiap-siap untuk pergi ke Desa. Beberapa pakaian sudah di masukan ke koper karena mereka berencana untuk tinggal beberapa hari disana.

" Nak... Kalian jangan lama-lama berada disana. Setelah surat itu di terima kalian langsung pulang saja, mengerti?."

"Baik ayah...."

"Dan ingat, kalian harus bisa menghindari keluarga Radi. Ayah tidak ingin kalian sampai bertemu dengan mereka."

"Baiklah... Aku berangkat dulu ayah."

Dengan membawa mobil, Raja yang di temani Sam menempuh perjalanan nya kurang lebih sekitar 4 jam, perjalanan yang lumayan melelahkan.

Perjalanan mereka sudah memasuki perbatasan kota dan hampir sampai di desa tempat mereka tinggal dulu. Raja memarkirkan mobilnya ke pinggir jalan saat melihat sekumpulan orang yang sedang melakukan pertunjukan satu permainan.

Permainan desa yang biasa di tunjukan untuk hiburan anak-anak. Penonton nya pun kebanyakan anak-anak dan mereka tertawa bahagia melihat setiap pertunjukan yang di mainkan oleh seorang ahlinya.

Saat asyik mengikuti permainan... Dari sebrang jalan Raja melihat seorang gadis yang sangat cantik. Gadis itu menaiki kuda di hamparan tanah merah bukan di jalan aspal karena disana masih suasana pedesaan yang asri, dan menungganginya dengan cekatan dan lihai.

Raja melihatnya dengan seksama dan terpesona lalu berkata,

"Cantiknya...."

Salah satu warga desa yang berada di sana juga mendengar perkataan Raja berkata,

"Dia itu anak juragan tanah disini anak muda, namanya Nona Rani."

Raja senang mendengar dan mengetahui nama gadis yang baru saja dia lihat dan hampir mencuri hatinya itu, sambil mengulang menyebut namanya,

"RA-ni."

Di barengi satu senyuman manisnya.

"Raja... Aku harap kamu tidak berpikir macam-macam tentang apapun di desa ini."

Sam mengingatkan sepupunya itu, bahwa tujuan mereka kesana hanya untuk mengambil surat saja. Dan Raja pun mengiyakannya, tapi sambil sesekali dia menoleh lagi dan lagi siapa tau bisa melihat gadis itu lagi.

Mereka menyewa sebuah penginapan yang tidak terlalu jauh dari perbatasan agar bisa dengan mudah ke kantor akte tanah. Penginapan yang biasa tapi bagi warga disana itu adalah penginapan yang paling mahal.

Pagi hari mereka keluar dari kantor akte tanah, tapi belum mendapatkan suratnya karena beberapa kendala.

"Sepertinya kita harus tinggal beberapa hari lagi disini, Sam."

"Iya, tapi aku takut bertemu dengan keluarga Pak Radi Raj."

"Jangan khawatir... mereka kan tidak mengenali kita, santai saja."

Tiba-tiba seseorang datang dari arah belakang dan mengajak mereka berbincang.

"Sepertinya kalian dari kota ya? Aku belum pernah melihat kalian disini."

"Oh... Iya Pak, kami sedang liburan disini. Kami permisi."

Raja menjawab bapak paruh baya tersebut dengan sopan dan langsung berpamitan.

"Kamu kenapa Sam? Seperti sudah di kejar singa saja."

"Raja, aku tidak mau tinggal lama-lama disini. Orang-orang disini sangat membuatku takut, mereka seolah akan bersiap menelan kita."

"A ha ha ha... Kamu ini."

🥀Bersambung...

Terpopuler

Comments

Viin

Viin

pasti banyak uangnya😁

2023-04-25

0

Zhu Yun💫

Zhu Yun💫

lanjut kakak

2023-04-05

0

capita@™™™™™

capita@™™™™™

Seru thor ceritanya 😘

2023-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!