BAB 3

❤️Siuman❤️

Setelah menunggu lama akhirnya Edwin datang dengan membawa baju ganti dan sebungkus nasi goreng untuk makan malam Daffin.

"Tok tok tok...." Suara ketukan pintu.

"Ceklek...." pintu di buka.

"Assalamualaikum." Ucap Edwin pelan.

"Waalaikum salam. " Jawab Daffin dengan wajah yang menahan kantuk.

"Lama banget sih, lo kemana aja baru dateng?" gerutu Daffin kesal.

"Maaf... Maaf tadi gue beliin lo Nasi Goreng dulu, terus tadi tukang nasi gorengnya lama banget bikinnya." Jawab Edwin beralasan.

"CEK" Daffin hanya berdecak lidah karena dia tau kalau Edwin sedang berbohong pada dirinya.

"Ni nasi gorengnya mau di makan sekarang apa nanti?" tanya Edwin mengalihkan pembicaraan karena dia tau betul kalau Daffin tidak akan percaya perkataannya tadi, karena nyatanya dia memang berleha-leha terlebih dahulu di rumahnya sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali kerumah sakit.

"Nanti saja, gue mau mandi dulu" Jawab Daffin.

"Ed lo udah cerita semuanya sama ibu?" Tanya Daffin sambil mengambil baju dan handuk dari dalam tas.

"Belum, tadi pas gue pulang ibu sudah tidur, ini aja tadi gue beli nasi goreng buat lo, karena gue gak mau bangunin ibu, soalnya tadi gue liat ibu sudah tidur nyenyak." Jawab Edwin jujur.

"Bagus sebaiknya jangan katakan apapun sama ibu lo, gue juga gak akan ngasih tahu kejadian ini sama Ambu geu, kita rahasiakan soal ini dari mereka, supaya mereka tidak khawatir." Ucap Daffin.

"Em bisa aja, tapi gimana dengan wanita itu?" Tanya Edwin.

"Setelah dia sadar kita akan membantunya untuk kembali pada keluarganya" jawab Daffin.

"Baiklah gue ikut apa kata lo aja." Ucap Edwin.

"Hem gue mandi dulu, dan satu lagi besok lo cari ponsel baru buat kita, soalnya gue mau pergi ke dealer mobil buat ngurus mobil gue yang kemarin di begel." Ucap Daffin.

"Siap Bos." Jawab Edwin.

Daffin pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sepuluh menit kemudian Daffin sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan keadaan segar bugar.

Lalu setelah itu di bukanya sebungkus nasi goreng miliknya dan di makan dengan lahap, karena Daffin memang sudah begitu sangat lapar.

Setelah kenyang Daffin pun merebahkan tubuhnya, dia ikut berbaring di sofa dalam ruang rawat inap tersebut menyusul Edwin yang sudah tertidur sejak tadi.

Pukul 04.44 Daffin terbangun dari tidurnya, di lihatnya waktu yang sudah memasuki waktu subuh, Daffin langsung masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah selesai Daffin langsung membangunkan Edwin yang masih lelap dengan tidurnya.

"Ed lo bangun ayo kita Sholat dulu." Ucap Daffin tapi Edwin belum kunjung bangun juga.

"Ed, Bangun gak lo, atau gue siram pakai air mau?" ancam Daffin.

"Isttt.. Iya iya gue bangun" Jawab Edwin menggerutu.

Dengan keadaan yang masih mengantuk berat Edwin pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengambil Wudhu, setalah selesai Daffin dan Edwin pun melaksanakan Sholat berjamaah bersama dengan di pimpin Daffin sebagai imamnya.

Saat Daffin sedang melantunkan Surat Alfatihah, Wanita bule itu mulai perlahan siuman, dia mengerjapkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan cahaya yang terasa menusuk di pelupuk matanya.

Setelah mendapatkan kesadarannya Wanita itu melihat dua pemuda yang sedang melaksanakan Sholat berjamaah, hingga mereka selesai Sholat dan berdoa.

Edwin berniat untuk kembali tidur karena masih merasakan kantuk di matanya, dia berdiri dan melangkahkan kakinya, akan tetapi pada saat dia sudah berbalik, Edwin melihat wanita bule tersebut sudah siuman dan menatapnya.

"Daf... Daf.." Ucap Edwin kaget.

"Kenapa?" Tanya Daffin bingung.

"I.. Itu." Ucap Edwin sambil menunjuk ke arah gadis bule tersebut.

Daffin pun berdiri dan melihat Wanita tersebut sudah sadarkan diri.

"Ed.. Panggilan dokter." Pinta Daffin.

"Cepat panggil Dokter." Ucap Daffin lagi karena melihat Edwin masih diam terpaku.

"Hah iya... gue panggil dokter dulu." Jawab Edwin sambil melangkah keluar kamar inap.

Setelah Edwin keluar untuk mencari dokter Daffin menghampiri wanita itu dan bertanya.

"Kamu sudah sadar?" tanya Daffin

Dan wanita itu hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan dari Daffin.

Daffin dibuat bingung melihatnya.

"Terimakasih." Ucap Wanita tersebut setelah beberapa saat membisu.

Lalu Edwin pun kembali dengan satu Dokter di belakangnya.

"Permisi boleh saya periksa dulu?" pinta sang Dokter.

"Silahkan Dok." Jawab Daffin.

Dokter pun melakukan serangkaian pemeriksaan pada wanita tersebut hingga selesai.

"Syukurlah Keadaannya sudah berangsur membaik, akan tetapi mengingat luka jahitan di perut pasien masih belum kering, maka dari itu pasien di harapkan untuk jangan terlalu banyak bergerak untuk sementara waktu, agar jahitan di perut pasien bisa cepat kering." Ucap Dokter menjelaskan.

"Dan ini resep obat yang harus di tebus untuk pasien." Pinta Dokter lagi.

Daffin pun mengambilnya, "Terimakasih Dokter." Ucap Daffin lega.

"Sama-sama saya permisi, semoga cepat sembuh nona." Ucap dokter lalu pergi.

"Ed lo bawa uangkan? Nah lo tebus resep obatnya ya" pinta Daffin.

"Iya deh, padahal kan tadinya gue mau tidur lagi sebelum berangkat kerja." keluh Edwin.

"Udah jangan banyakan ngeluh sana cepet pergi." Ucap Daffin.

"Okh Bos" jawab Edwin pasrah.

Setelah Edwin pergi wanita itu bersuara.

"Air...Air.." Pinta wanita tersebut.

Daffin yang mendengar hal itupun langsung bereaksi dia melangkah menuju tempat dispenser di simpan, lalu menuangkan air putih ke dalam gelas yang tersedia, tak lupa Daffin pun mengambil satu sedotan yang tersedia untuk membantu wanita tersebut bisa minum.

"Ini minumlah." Ucap Daffin, seraya membatu wanita itu untuk minum.

Wanita itu meminum air tersebut hingga habis tak tersisa.

"Bagaimana sudah lebih baik?" tanya Daffin.

Wanita itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Terimakasih." Jawabnya pelan.

Daffin mendudukkan dirinya di kursi dekat bankar milik gadis itu.

Suasana terasa hening untuk sesaat hingga akhirnya Daffin berusaha bertanya tentang gadis tersebut.

"Maaf sebelumnya...." Daffin menjeda ucapannya "Boleh saya tahu kenapa anda bisa ada di dalam sebuah kantong kresek besar?" tanya Daffin berusaha bertanya baik-baik.

"Hiks.. Hiks..." Bukannya menjawab Wanita itu malah menangis membuat Daffin jadi bingung dan merasa bersalah.

"Tenanglah, jika anda belum siap untuk mengatakannya tidak apa-apa" ucap Daffin lembut.

Dan wanita itu hanya mengangguk sambil menangis, "Hiks... hiks.." suara isak tangis wanita tersebut semakin kencang, membuat Daffin semakin bingung saja.

"Tenanglah dulu mbak jangan menangis, anda baru saja siuman, sebaiknya istirahatkan dirimu supaya anda bisa cepat pulih, aku akan duduk di sofa, hem.. " ucap Daffin berusaha menenangkan, sambil melangkahkan kakinya ke arah sofa dan mendudukan dirinya di atas sofa sembari menunggu Edwin kembali.

Gadis tersebut terus menerus menangis membuat Daffin sedikit dibuat kesal olehnya, tapi setalah lama gadis itu kembali tidur, mungkin karena terlalu lelah mangis.

Ceklek...

Suara pintu terbuka nampaklah Edwin baru kembali dari menebus obat.

"Lama banget sih lo" keluh Daffin kesal.

"Iya maaf, tadi tuh antriannya cukup panjang ya jadinya lama deh." Ucap Edwin.

Kita harus berangkat ke kantor tapi siapa yang akan menjaganya di sini?" tanya Daffin sambil menunjuk wanita itu dengan ekor matanya.

"Hem minta perawat saja yang menjaganya." Jawab Edwin.

"Baiklah ayo cari perawat, lalu kita minta dia untuk menjaga gadis itu." Ucap Daffin lagi.

Daffin dan Edwin pun melangkah pergi keluar dari dalam kamar inap tersebut lalu menemui Perawat di meja resepsionis.

"Mba, kami titip pasien yang ada di kamar 112 ya, soalnya kami harus pergi untuk bekerja." Ucap Daffin.

"Memang tidak ada keluarga lain yang bisa menemani mas?" tanya perawat tersebut ramah.

"Kalau ada, kita gak mungkin minta Mba buat menjaga pasien itu." Jawab Daffin kesal.

"Sutt ... Daf lo kok ngomong gitu sih, maafin teman saya ya mba?" ucap Edwin dengan senyum jenakanya.

"Iya mas tidak apa-apa, kami akan menjaga pasien dengan baik, silahkan isi no tlpn masnya di sini, supaya kami bisa dengan mudah memberi kabar pada masnya." Jawab perawat tersebut.

"Mba kita kemarin mengalami musibah, ada beberapa orang yang membegal kami dan ponsel serta mobil kami diambil mereka, untuk saat ini kami lagi mau mengurus semuanya jadi kami belum bisa memberikan nomer hp kami, maaf ya mba." Ucap Edwin.

"Atau gini aja deh Mba boleh saya minta nomer hp Mbanya nanti setelah kami membeli ponsel baru saya langsung menghubungi Mba, gimana?" ucap Edwin lagi penuh maksud.

"Boleh Mas silahkan ini nomer tlpn rumah sakit ini" Jawab perawat tersebut ramah.

"Kok no rumah sakit si mbak, kenapa gak mo mbak nya aja." tanya Edwin masih berusaha.

"Terimakasih mba." Ucap Daffin memotong pembicaraan.

"Sama-sama mas." Jawab perawat ramah.

Edwin ternganga melihat Daffin yang dengan implusip menggagalkan aksi PDKT nya dengan perawat rumah sakit.

"Isst...Daf lu tu ya" keluh Edwin pelan.

"Udah ayo pergi" ajak Daffin memaksa.

Daffin dan Edwin pun pergi keluar dari dalam rumah sakit.

"Apaan si lo gara-gara lo gagal deh gue dapat No hp si mba nya." Ucap Edwin kesal.

"Emang cepet lo ya kalau soal cewe haha.. " Ucap Daffin sambil tertawa.

"Edwin gituhloh hahah... " Jawab Edwin berbangga diri yang juga sambil tertawa.

Terpopuler

Comments

itanungcik

itanungcik

semangat 💪💪💪💪 n lanjut bestie

2023-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!