BAB 5

❤️Kenyataan❤️

Edwin membawa laju mobil yang Daffin dan Freya tumpangi sesuai alamat yang di beritahukan Freya.

Hampir satu jam perjalanan akhirnya Freya, Daffin, dan Edwin, telah sampai di tempat tujuan mereka, yaitu rumah mewah keluarga Nenek Liliana Yee, yang tak lain adalah Ibu kandung dari mommynya Freya yang bernama Amanda Yee.

Mereka bertiga turun dari dalam mobil, dan  melihat dengan detail suasana rumah mewah dua tingkat tersebut, rumah itu terlihat tak berpenghuni, dan terlihat sedikit menyeramkan, dengan keadaan yang sedikit berantakan, rumah mewah dua tingkat itu berada di samping perkebunan yang cukup luas.

Ya karena nenek Liliana Yee adalah wanita yang memiliki perkebunan yang cukup luas yang dia kelola sendiri setelah Suaminya meninggal dunia dan mewariskan semua hartanya dan perkebunannya pada nenek liliana Yee, dan mommynya Amanda Yee, tapi karena mommy Amanda harus tinggal di Belgia alhasil dia tidak bisa membantu nenek liliana untuk mengurus semua perkebunan milik mereka, tapi nenek liliana tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, dia sudah sangat bahagia dengan melihat Amanda dan keluarga kecilnya bahagia.

"Apa ini benar rumahnya?" tanya Daffin.

Freya hanya mengangguk sambil menahan air matanya yang berusaha dia bendung, Freya berjalan terlebih dahulu masuk ke dalam rumah neneknya dan dapat dilihatnya rumah itu sudah sangat berantakan dan semua benda sudah tidak pada tempatnya.

Freya kembali berjalan masuk kedalam ruang keluarga yang menjadi tempat sekaligus sakasi bisu di mana kedua orang tuanya dan neneknya di bunuh dengan begitu sadis.

Bruggg...

Kaki Freya mendadak lemas, air matanya mengalir deras, tubuhnya bergetar hebat, melihat ruang keluarga yang sudah kosong hanya tersisa bekas darah yang mengering, dan menghasilkan bau anyir yang cukup menyengat di indra penciuman dari dalam ruangan tersebut.

"Hiks.. Hiks..." Suara isak tangis Freya yang berusaha dia tahan kini pecahlah sudah dari bibir Freya yang tipis, suara tersebut keluar dengan cukup keras dari bibir tipis Freya.

Daffin dan Edwin yang sejak tadi mengikuti ke manapun Freya pergi, langsung kaget bukan kepalang, melihat begitu banyaknya darah yang sudah mengering di lantai ruang keluarga tersebut.

"Freya tenanglah" ucap Daffin yang melihat Freya menangis tersedu-sedu.

"Mommy, Daddy, nenek kalian di mana? Hiks... Hik... " Ucap Freya sambil mengis.

"Harusnya mereka ada di sini, kemana mereka? Apa mungkin para penjahat itu membuang jasad keluargaku?" Tanya Freya

"........." Daffin dan Edwin hanya diam tak menjawab karena mereka sendiri tidak tau akan hal itu.

"Ah......" Freya berteriak keras,

Daffin mencoba menenangkan Freya, "Tenanglah mereka pasti ada di sini, aku yakin, kita akan mencarinya" ucap Daffin mencoba menengakan Freya.

Namun emosi Freya sudah tak terkendali, dia menangis sejadi-jadinya, dengan refleks Daffin menarik Freya ke dalam pelukannya tangan kanan Daffin mengulur lembut mengelus punggung Freya mencoba menyalurkan rasa aman berharap Freya bisa lebih tenang.

Edwin hanya mematung tak bergeming karena dia sendiri merasa iba dengan keadaan Freya saat ini, tapi hal yang paling mengusik hati Edwin adalah dia bingung harus melakukan apa untuk bisa membantu gadis itu.

"Nona Freya?" ucap seseorang secara tiba-tiba yang mengagetkan Daffin, Freya, dan juga Edwin.

Mereka bertiga langsung menoleh ke sumber suara.

"Non Freya?" tanya laki-laki itu lagi.

Freya pun berusaha berdiri dengan di bantu Daffin.

"Saya Pak Hasan, salah satu pegawai dari Ibu liliana" ucap Pak Hasan memperkenalkan diri.

"Pak hasan?" panggil Freya.

"Apa bapak tahu di mana Mommy, Daddy dan nenek saya? Hiks.. Hiks.. " Tanya Freya sambil menangis.

"Maaf non, saya dan para pekerja... Sudah menemukan semua keluarga non dalam keadaan sudah meninggal dunia" ucap Pak Hasan sambil menunduk.

"DEG.."

Walaupun Freya tahu kalau orang tua dan neneknya sudah meninggal dunia tapi mendengarnya lagi dari orang lain masih begitu sangat menyakitkan bagi Freya.

"Pak Hasan tahu di mana jasad orang tua dan  nenek saya sekarang?" tanya Freya getir.

"Iya non saya tahu, karena saya dan para pekerja lainnya, yang memakamkan keluarga non Freya" jawab pak hasan.

"Benarkah, di mana mereka sekarang?" tanya Freya tak sabar.

"Kami memakamkan keluarga non Freya di belakang rumah non" ucap pak Hasan.

"Benarkah, terimakasih" ucap Freya sambil berlari ke arah belakang rumah neneknya.

Daffin, Edwin dan Pak Hasan juga ikut berlari mengejar Freya yang lebih dulu pergi ke belakang rumah.

"Bruggg.."

Freya menjatuhkan diri dengan kasarnya dan terduduk lemas di antara makam mommy dan Daddynya.

"Ahhhhhh... Mommy, Daddyn, Nenek Ahhhh ... Hiks... Hiks.." Jerit Freya memanggil dengan suara cukup keras namun terdengar begitu pilu dan sengsara,

Ada sebuah luka yang sangat besar di hati Freya yang masih begitu basah, dan entah bagaimana menyembuhkannya.

"Mommy, Daddy bagun, Freya mohon mom, dad, Freya takut sendirian mom, Freya takut, mom... Tolong bangun mom please bangun ahhh.... Huuuuu."

"Dad bangun, Daddy masih punya janji sama Freya, dan Daddy harus tepatin itu, jadi Daddy  harus bangun Dad."

"Nenek, lihat kebun nenek sebentar lagi siap panen, bukankah nenek sudah janji akan mengajak Freya memanen semua buah-buahan milik nenek, jadi nenek harus bangun" pinta Freya dengan suara yang terdengar putus asa.

"Ahhh... Kenapa semua terjadi padaku, kenapa, harus aku Ahhh... Hiks.. Hiks.. " ucap Freya getir.

Semakin lama suara isak tangis Freya bagaikan sebilah pisau yang tanpa Freya tahu, suara tangisannya juga membuat orang lain yang mendengarnya jadi ikut teriris sakit dan perih.

Berkali-kali Daffin, Edwin dan juga Pak Hasan menyeka air mata mereka karena ikut juga merasakan sakit dan prihatin atas keadaan Freya.

Daffin menghampiri Freya yang terbaring sambil duduk bersimpuh di samping makam Daddynya.

"Freya, ikhlaskan Daddy, Mommy dan Nenekmu, biarkan mereka pergi dengan tenang" ucap Daffin.

Tapi Freya tidak menjabawab dan malah semakin menangis tersedu-sedu.

"Freya?" tanya Daffin lagi.

"Tenangkan dirimu" pinta Daffin sambil memberanikan diri mengelus punggung Freya lembut.

Lambat laun isak tangis Freya mulai melemah, Daffin yang menyadari itu jadi begitu sangat panik.

"Freya, apa kau bisa mendengarku?" tanya Daffin.

"Freya?" tanya Daffin yang mulai panik sambil mengguncangkan tubuh Freya pelan.

Daffin memberanikan diri membalikkan tubuh Freya, dan betapa kagetnya Daffin ternyata Freya sudah pingsan.

"Freya, Freya bangunlah" ucap Daffin sambil menepuk-nepuk pipi Freya pelan.

Edwin langsung menghampiri Daffin dan Freya, "Daf, Freya kenapa?" tanya Edwin.

"Sepertinya dia pingsan, aku akan membawanya ke dalam" ucap Daffin sambil memangku tubuh Freya kembali masuk ke dalam rumah.

Daffin membawa Freya ke dalam kamar tamu yang ada di lantai satu, di rebahkannya tubuh Freya di atas kasur dengan begitu hati-hati.

"Tolong carikan minyak angin" pinta Daffin.

"Ah iya saya akan carikan kotak obat" ucap Pak Hasan.

"Ed tolong ambilkan minum yang ada di dalam mobil" pinta Daffin.

"Baiklah" ucap Edwin dan langsung berlari ke keluar rumah dan mengambil minum yang tersedia di dalam mobil Daffin.

"Den, ini minyak anginnya" ucap Pak Hasan.

"Terimakasih pak" ucap Daffin dan langsung mengoleskannya di area Dahi dan hidung Freya.

"Daf ini minumnya" ucap Edwin sambil menyerah satu botol berisi air mineral.

"Ah iya terimakasih Ed" ucap Daffin sambil menuangkan sedikit air tersebut di tangannya dan memercikkannya sedikit di wajah Freya.

Freya mengerjapkan matanya dan mulai tersadar dari pingsannya.

"Di mana ini, ini hanya mimpikan?" tanya Freya.

"Kau sudah sadar, aku mohon tenagalah dulu" pinta Daffin.

"Ini... Ini bukan mimpi ini kenyataan, kenyataan ahh... Huuu..." Freya sambil kembali mengisi.

"Freya tenangkan dirimu, dan ikhlaskan kepergian keluargamu" pinta Daffin lembut.

"Tidak aku tidak bisa" tolak Freya.

"Kau bisa Freya, apa kau ingin melihat Keluagamu bahagia?" tanya Daffin lagi dan Freya pun mengangguk.

"Kalau begitu ikhlaskan meraka dan biarkan meraka pergi dengan tenang dan damai, kau harus tunjukkan pada mereka kalau kau pun akan bahagia dan akan menjadi kuat untuk mereka" ujar Daffin.

"Hiks... Hiks...." Freya hanya menjawabnya dengan suara tangis yang cukup pelan.

Terpopuler

Comments

Winarti Amiuna

Winarti Amiuna

ikut sedih bacanya

2023-03-30

0

itanungcik

itanungcik

semangat besti

2023-03-29

0

Pujiastuti

Pujiastuti

lanjut kak semangat 💪💪💪💪

2023-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!