4. Kota OZ

Koza OZ adalah kota yang terletak tidak jauh dari kerajaan Noa, kota ini sering dipanggil kota para pelaut dan pelayan karena letaknya yang berdekatan dengan lautan. Saat ini Leonardo dan Lily telah menginjakan kakinya di kota itu. 

Matahari berada tepat di kepala mereka, situasi terasa gerah, rumah-rumah pun terlihat berjejeran dan sederhana.

Di sana para pelaut dan nelayan telah mempersiapkan diri untuk melanjutkan aktivitasnya, di manapun Leonardo menatap isinya hanya para pelaut dan nelayan yang berjalan membawa ikan-ikan.

Menciptakan aroma yang amis, tapi meskipun begitu sebagian besar penduduk berkerumunan untuk membeli ikan itu.

Para anak kecil bermain kejar-kejaran di kerumunan tersebut. Benar-benar kota yang damai, itulah yang terlintas di otak Leonardo.

Tak berhenti di kerumunan itu, banyak orang-orang yang terlihat kaya dan seperti orang penting berjalan di kerumunan ini, mungkin mereka adalah para turis atau semacamnya. Meskipun sebenarnya mereka bukan penduduk asli kota ini, tapi mereka semua terlihat sangat menikmati keramaian ini.

Bibir Leonardo terangkat saat melihat mereka.

"Ini kota yang sangat damai ya." 

Lily tidak merespon perkataannya, gadis ini malah bersembunyi di belakang Leonardo, dia terlihat ketakutan dan terus memegang erat tangan Leonardo. Dia benar-benar tidak ingin wajahnya ditatap oleh kalangan umum.

"Kota ini tidak damai sama sekali Leo, kamu hanya melihat sisi terang kota ini. Kamu tidak melihat bagian gelap di kota ini."

Suara Lily terdengar terbata-bata, dia masih bersembunyi di balik badan Leonardo. Tapi pria ini tidak paham apa yang dimaksud oleh Lily. 

"Apa yang kau maksud dengan sisi gelap?"

Leonardo menanyakan hal ini tanpa menoleh ke arah Lily yang ketakutan. Dia sendiri saja bingung meskipun ingatanya hilang, tapi dia sangat yakin kalau Lily tidak pernah setakut ini.

Lily membuka paksa mulutnya yang berat, dia menatap ke depan.

"Itu karena-

"Tidak! siapapun tolong!"

Ucapan Lily terpotong oleh suara yang bergema di keramaian ini, suara tersebut berasal dari seorang gadis kecil berambut merah yang berlari. Wajahnya terlihat penuh luka, dia hanya mengenakan baju coklat tanpa celana, kedua tangan dan kakinya diborgol oleh rantai. Membuat dia terjatuh saat berlari.

Seorang pria paruh baya yang terlihat emosi terus mengejar gadis berambut merah itu, di tangannya membawa pisau belati, yang berlumuran darah. Dia terus berlari hingga sampai di depan gadis itu, sesampainya disana, pria itu menarik rambut merah gadis itu dan terus mengancamnya, dia berkata bahwa akan membunuhnya jika melawan, dia bahkan sudah menendang perut gadis yang tergeletak itu. 

Tapi anehnya para penduduk mengabaikan gadis itu, mereka masih asyik sendiri dengan aktivitas mereka. Meskipun sebagian orang ada yang ingin membantu, tapi mereka seperti kelihatan ketakutan.

Pria itu terus menendang perut gadis itu, hingga dia muntah darah. Tapi seolah tidak peduli pria ini masih menendang perutnya.

"Maaf! Maaf! Maaf! Aku akan melakukan apa yang anda mau.. J.. Jadi maafkan saya!" Gadis itu terus merengek dan menangis, dia berusaha melindungi tubuhnya.

"Diam!! Dasar sampah! Budak sepertimu jangan seenaknya memerintah!" Pria ini tidak menunjukan satu pun rasa kasihan dia terus menendang perut gadis itu.

 Leonardo mulai geram, dia benar-benar ingin menonjok pria paruh baya itu. saat dia hendak berjalan selangkah, tangannya di hentikan oleh Lily. "Cukup Leonardo! Jangan ikut campur!"

Leonardo emosi, dia menatap tajam ke arah Lily. "Apa yang kau katakan?! Mana mungkin aku-"

"Cukup! Matilah dasar budak bodoh!!" Teriakan keluar dari Pria itu, spontan Leo menghentikan ucapannya dan menoleh ke arah sumber suara tersebut.

Leonardo sangat terkejut, karena kepala gadis itu pecah dan meledak, darahnya pun muncrat sangat banyak. setelah pria paruh baya itu berkata 'Matilah!' Gadis tanpa nama itu benar-benar mati, kepalanya meledak begitu saja bagaikan terkena sihir.

Pria itu terus emosi karena bajunya ternodai oleh darahnya, dia terus menatap jengkel ke arah mayat tanpa kepala itu, bahkan dia menendang mayat itu sekali lagi kemudian pergi dari keramaian. Para penduduk seperti biasa saja dengan apa yang terjadi, mereka terlihat sangat tidak peduli dan melanjutkan aktivitas membeli ikan itu.

Leonardo membeku, dia tidak bisa berkata-kata. Di otaknya penuh akan kejadian dari meledaknya kepala gadis itu, memori itu terus berulang dan terulang tidak akan bisa menghilang, nafas pria ini menjadi berantakan dan pandangannya menjadi kabur kapanpun bahkan dia bisa pingsan. Seolah menyadari kondisinya Lily memeluk tubuh Leonardo dari belakang dan terus mengucapkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Setelah Leonardo sedikit tenang dia menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, Lily hanya terdiam. Dia memegang tangan Leonardo dan membawanya ke suatu tempat. Mereka melewati gang kecil yang tidak berpenghuni, bahkan sampah tergeletak di sepanjang jalan. Di gang itu terdapat tangga bawah tanah. Mereka berdua melangkah ke arah itu.

Tempat bawah tanah itu berbentuk lingkaran seperti stadion sepak bola, semua lampu dimatikan hingga menciptakan suasana yang gelap, bau area ini hanya ada rokok dan alkohol.

Para pengunjungnya adalah orang-orang elite di dunia ini, mereka semua duduk dan berkerumunan menunggu acara dimulai.

Banyak yang menunggu sembari minum dan mabuk, apa pun itu, semua orang yang di sini seperti sampah. Sedangkan LIly dan Leonardo hanya berdiam diri di pojok keramain, mengisolasikan diri mereka agar tidak diketahui keberadaanya.

Di keramaian ini Lily bergetar ketakutan, dia benar-benar benci tempat ini. Karena sebelumnya dia memiliki ingatan buruk disini. Leonardo memegang tangan gadis yang berada di samping berusaha untuk sedikit menenangkan.

Semua lampu mendadak bersinar, menandakan acara telah dimulai. Seseorang berjalan di bawah stadion, wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup oleh topeng. Dia berjalan membawa sesuatu, ya. Yang dia bawa adalah para manusia.

Tidak hanya satu, dia membawa banyak sekali manusia, di bantu oleh anak buahnya yang masing-masing menyeret paksa manusia itu. Sama seperti gadis yang sebelumnya, mereka semua di borgol di tangan dan kakinya. Baju yang mereka kenakan berwarna coklat, rata-rata dari manusia itu adalah wanita.

"Baiklah, Terima kasih karena telah menunggu, saya Edward sebagai pemimpin di sini akan memperkenalkan anda dengan budak baru kami." Pria bertopeng itu menundukan kepala sebagai tanda hormat.

Kemudian dia mengangkat kepala tersebut dan melangkah ke arah salah satu budak yang ada di dekatnya. Budak itu adalah wanita berambut hijau. Wajahnya sangat sayu dan lemas. 

"Pertama-tama saya akan memperkenalkan kepada gadis ini, dia tidak memiliki nama. Dia hanya budak bodoh, tapi dia berguna untuk meluapkan emosi dan nafsu kalian, dia sangat penakut dan .." Pria itu memukul wajah perempuan itu hingga terjatuh.

"Dia adalah samsak terbaik, kalian bisa melakukan apapun sesuka kalian. Lagi pula dia hanya boneka. Dan yang paling menarik dari gadis ini adalah, dia terus dihantui kenangan suaminya, saat anda ingin memainkan tubuh cantiknya dia akan terus melindungi tubuhnya dan berkata seperti ini. 'Tolong jangan! Apapun asal jangan tubuhku!! Aku masih cinta dengan suamiku.'"

Edward mengejek dengan wajah bodohnya. Dia berakting seolah-olah menjadi gadis. Para penonton tertawa sangat keras bahkan ada yang melempar botol alkohol dan sampah ke wajah gadis itu, mereka terus mengolok oloknya.

"Dan apa kalian tahu yang paling lucu? Sebenarnya suaminya sudah kubunuh tepat di depan matanya, saat itu benar-benar luar biasa." Edward menendang perut gadis itu. "Sampah ini terus merengek dan menangis benar-benar situasi yang terbaik."

Para penonton sekali lagi tertawa, melihat kelakuan dari Edward. sedangkan Lily dan Leonardo yang berdiri di pojok hanya bisa memukul tembok. "Dasar monster! Apa yang lucu?" Ucap Leonardo, dia terus memukul tembok yang digunakan untuk sandaran.

"Jadi untuk budak pelampias nafsu yang terbaik ini, aku akan menaruh harga sekitar 100 emas."

Edward menarik rambu hijau gadis itu. Dia menunjukan wajah penuh luka untuk para penonton.

Sekitar 10 orang penonton mengangkat tangan.  

"Saya ambil dengan 120 emas." 

"Kalau begitu saya 160 emas."

"TIdak kalau begitu saya ambil 200 emas."

10 orang tersebut saling beradu harga, hingga seseorang lelaki yang terlihat kaya menyatakan bahwa ia ingin membeli gadis itu dengan harga 500 emas. Tidak ada yang mau menambah harta lagi, dan pria itu tersenyum seolah telah menang.

"Baiklah 500 emas, budak ini adalah milik anda."

"Yes! Akhirnya aku bisa melampiaskan nafsu dan emosiku, bersiaplah untuk nanti malam, budakku!" Teriakan dari pria itu, gadis rambut hijau itu hanya bisa pasrah dan mengeluarkan air mata.

"Baiklah aku akan melanjutkan budak selanjutnya .."

Acara terus berulang, memperlihat banyak budak yang diperlakukan buruk, di situ bahkan ada anak kecil yang dipukuli dan dipermainkan, kakek- kakek pun juga, hampir rata-rata dari mereka dipukuli dan tidak diperlakukan seperti manusia.

Dan entah kenapa penonton menikmati hal itu dan tertawa, mereka masing-masing membeli budak itu dengan harga 200-500 emas. Waktu terus berjalan, semua budak telah dipermainkan dan laku terjual. Para penonton menyeret budak yang baru mereka beli dan pergi meninggalkan stadiun itu.

Sedangkan Leonardo, emosinya telah meledak-ledak, sedari tadi dia ingin mengacau acara, tapi dihentikan oleh Lilya, dia terus memeluknya dari belakang berusaha agar Leonardo bisa tenang. Akhirnya Leonardo telah tenang, mereka berdua pergi stadiun busuk ini. Sekarang Leonardo paham bahwa kota OZ ini adalah kota yang busuk.

Malam telah tiba, Leonardo dan Lily mencari penginapan dengan harga yang relatif murah, setelah menghabiskan waktu akhirnya mereka menemukan satu penginapan yang menarik.

Tanpa banyak omong mereka memasuki penginapan tersebut. Di dalam terlihat sederhana dengan lorong yang cukup panjang dan bangunan dari kayu. Setiap lorong memiliki kamar masing-masing.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" Seorang nenek tua yang duduk di meja kasir penginapan itu menatap Leonardo dan Lily, yang masih terdiam di depan pintu. Lily berkata bahwa kami sedang membutuhkan penginapan, dan untungnya nenek itu menerima mereka berdua hanya dengan sekitar 2 Perak. Lily merogoh sakunya dan membayar itu.

Nenek tersebut menyerahkan kunci yang tertulis angka 232. Nenek itu menjelaskan kalau itu adalah kamar Leonardo dan Lily. Dengan senyuman terima kasih mereka berdua mencari kamar dan beristirahat di sana.

Lily telah tertidur pulas di kasur, sedangkan Leonardo masih duduk di pojok ruangan, dia terus memikirkan dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Dia benar-benar merasa jengkel dengan orang bernama Edward itu, jika dia bertemu dengannya lagi Leonardo berjanji akan memukul wajah pria itu hingga topengnya pecah.

Terpopuler

Comments

Firenia

Firenia

apa dulu Lily juga budak?

2023-06-04

0

Firenia

Firenia

gimana meledaknya 😅

2023-06-04

0

Firenia

Firenia

kasihan sekali anak itu 😢

2023-06-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!