Burung-burung saling beterbangan di langit yang biru, angin berhembus kencang membuat seorang pria yang bersenderan di pepohonan terus menatap ke arah langit. Di dalam pikirannya penuh dengan tanda tanya, dia sangat bingung di mana dia sekarang? Apa yang terjadi? Dan siapa gadis pirang yang berdiri tepat di depannya.
Bahkan dia lupa dengan identitas dirinya sendiri. Tapi setidaknya pria itu ingat bahwa dia bernama Leonardo karena gadis pirang itu terus menyebutnya seperti itu.
"Leonardo!"
"Leonardo!"
Leonardo yang fokus memandang langit, mengubah pandangannya ke gadis pirang yang dia tidak tahu namanya. Gadis pirang itu memiliki rambut terurai dengan panjang sebahu dan pita rambut berwarna putih.
Dia juga menggunakan gaun putih, menambahkan nilai keanggunannya. Leonardo terus menatap kearah gadis itu, berharap dapat mengingat sesuatu, tapi percuma dia tetap tidak mengingat apapun.
"Apa yang kau lihat?! Dasar mesum!" Tegur Gadis itu, memeluk tubuhnya sendiri. Dia sepertinya salah paham.
Leonardo menggelengkan kepala, dia lantas berdiri dari tempat duduknya dan berjalan melewati gadis itu. Sejujurnya Leonardo ingin meniggalkan gadis itu sendiri di tengah hutan, tapi karena alasan yang dia tidak ketahui Leonardo merasa memiliki keinginan dan sebuah misi untuk melindungi gadis yang bahkan dia tidak tahu namanya.
Perasaan itu terlukis sangat kuat di hatinya. Dia sangat menyadari jika gadis ini mati dia akan sangat menyesal selamanya.
Jika ingin melindungi gadis ini maka jawabanya hanya satu, yaitu menuju suatu kota dan mencari informasi, tidak ada pilihan selain itu. Dengan pikiran seperti itulah dia menghentikan langkahnya dan menjulurkan tangan ke arah gadis itu. Leonardo mengajak dia untuk berjalan menuju suatu kota.
"Apa kau bodoh? Kita tidak tahu keberadaan kotanya makanya kita beristirahat di hutan bukan? Apa yang membuatmu tiba-tiba lupa?" ejek Gadis itu ketika menatap Leonardo menjulurkan tangan.
"Dasar anak sialan! cukup diam dan pegang aku! Jika aku tidak punya misi untuk melindungimu mungkin kau sudah kupukul." gumam Leonardo. Dia benar-benar sudah dibuat emosi oleh gadis pirang itu.
Gadis itu menatap Leonardo untuk sesaat, kemudian bibirnya tersenyum. Dia lantas memegang tangan Leonardo. "Tapi.. Baiklah akan kupegang tanganmu. Terima kasih atas perhatiannya."
Tanpa membalas senyuman gadis itu Leonardo mulai berjalan. Terus berjalan dan terus berjalan, sudah tidak tahu berapa jam yang telah meraka lalui untuk berjalan tanpa arah. Di sepanjang jalan Gadis itu terus merengek, berkata bahwa ingin sedikit berisitirahat, tapi Leonardo mengabaikannya dia terus menyeret gadis itu.
Di tengah perjalanan Leo menatap sebuah gua yang dipenuhi oleh lumut, istingnya berkata bahwa sesuatu ada di situ. Tanpa keraguan Leonardo berjalan santai menuju ke gua itu. Dia juga berencana beristirahat karena gadis yang ia geret sedari tadi terus merengek membuatnya jengkel.
Gua itu memiliki genangan air yang jernih bahkan seperti layak untuk diminum, cahaya matahari sedikit menerangi gua itu, sepanjang jalan terdapat bebatuan berlumut.
Dengan lorong yang entah seberapa panjang Leonardo terus melangkah memasuki gua itu, tanpa tau tujuan dan berharap ujung akan berada di situ.
"Mau sampai kapan kita akan berjalan tanpa arah?" Ketus gadis yang sedari tadi Leonardo seret.
"Diam dan teruslah berjalan!"
"Hah, ada apa denganmu hari ini? Kau sangat berbeda dari biasanya Leonardo. Kau jadi agak lebih bodoh," Ejek gadis itu sembari tertawa kekeh.
Leonardo tidak membalas ejekan itu dan terus berjalan. Tapi tiba-tiba terlintas ide, dia berpikir bahwa mungkin ini kesempatan yang tepat untuk memberitahu kebenaran bahwa dia lupa ingatan. Dengan pikiran seperti itu, Leonardo menghentikan langkahnya mendadak.
Membuat gadis yang berjalan di belakang berpikir bahwa ada sesuatu yang buruk terjadi, dia menjadi waspada dan menoleh ke segala arah.
"Kalau boleh jujur aku-"
Ucapan Leonardo terpotong ketika melihat hal yang sangat membuatnya ketakutan, keringatnya bercucuran, nafasnya menjadi berantakan. Tepat dibelakang gadis ini terlihat mahluk yang menyerupai manusia.
Sekilas bentuknya memang seperti manusia, tapi ini sedikit berbeda. Di punggung terdapat dua tangan seolah membentuk sayap dan mahluk itu berwarna hitam tanpa wajah. masing-masing tangan di punggungnya membawa kapak. Apapun itu ini pertama kalinya dia melihat mahluk seperti itu.
Tanpa menunggu lama Leonardo kembali memegang tangan gadis itu dan berlari menjauhi mahluk itu. Dia terus berlari, membuat gadis berambut pirang itu kebingungan, padahal biasanya dia sering membasmi mahluk seperti itu.
Leonardo juga sempat mengajarinya cara bertarung, melihat sikapnya yang berubah drastis membuat gadis itu semakin curiga bahwa ada yang salah dengan Pria yang menyeret dia.
"Woi! Leonardo. Apa yang sebenarnya kau lakukan?"
"Dasar bodoh! Tentu saja aku berlari," Sahut Leonardo dengan panik.
"Lari dari apa?" Tanya gadis pirang itu. Dia berusaha sedikit mengintrogasi Leonardo, karena sifatnya sangat berbeda.
"Matamu normal? Tentu saja dari mahluk itu."
"Oh, maksudmu Rukh ya, bukankah kita biasa melawan yang seperti itu." tutur gadis itu.
Rukh? Ketika mendengar nama itu, Ingatan Leonardo penuh dengan gambaran seorang yang tidak dia kenal. Atau lebih tepatnya bayangan seseorang yang telah dia lupakan.
Di dalam ingatan itu dia bisa melihat dengan jelas, seseorang pria berambut coklat, menggunakan topi dan selalu membawa tas kecil di bahunya telah terbunuh tepat di depan matanya.
Leonardo tidak tahu siapa dia, tapi ketika ingatan kecil itu kembali. Leonardo sangat yakin bahwa pria itu juga harus ia selamatkan.
Gadis berambut pirang itu menatap ke mahluk yang sedari tadi mengejar mereka berdua, tapi dia tidak ketakutan sama sekali. Dia sudah sering melihat mahluk seperti itu bahkan dia dan Leonardo dulu sering melawan yang lebih berbahaya.
Melihat pria yang dulunya kuat dan bisa diandalkan mendadak menjadi pecundang, membuat gadis ini merasa ada yang salah dengan Leonardo.
'Sebenarnya ada apa dengan dia?' Batin gadis berambut pirang itu.
Karena sudah muak gadis berambut pirang itu langsung menanyakan segalanya yang membuat dia kebingungan.
"Sebenarnya kamu siapa? Kamu bukan Leonardo yang kukenal."
"Aku melupakan segalanya. Ini semua bermula saat aku terbangun di pagi hari, saat kita di hutan itu. Semua kejanggalan bermula di sana, aku memang melupakan segalanya. Tapi ada satu hal yang tidak bisa kulupakan yaitu keinginan untuk melindungi kamu." Jelas Leonardo panjang lebar. Dia masih terus berlari membuat rambut silver dan syal coklatnya bergoyang.
'Melupakan segalanya? Apa yang sebenarnya dia katakan?hal seperti itu tidak mungkin terjadi.' Pikir gadis itu.
"Ini memang sulit dipercaya, tapi inilah kenyataanya." kata Leonardo, dia meningkatkan kecepatan larinya karena mahluk itu mulai mendekat.
Mereka terus berlari hingga sebuah batu besar memblokir perjalanan mereka. Jika ingin melewatinya mereka harus menghancurkannya. Namun batu itu terlalu besar tidak mungkin manusia normal bisa menghancurkan itu.
Gadis pirang itu sebenarnya masih ragu dengan perkataan Leonardo. Tapi satu hal yang pasti, Leonardo masih terlihat baik, meskipun sifatnya berubah. Namun dia masih sama seperti Leonardo yang menolong dia saat kecil.
"Leonardo. Jangan bilang kau lupa dengan hubungan kita?"
Dengan rasa bersalah Leonardo menganggukkan kepalanya, membuat gadis pirang itu sedikit berdesis kesal. Bagaimana tidak mereka telah mengenal sejak kecil, dimulai dari Leo yang menyelamatkannya dari penjara dan Leo yang mengajarinya bertarung. Jika membayangkan pria melupakan semuanya sejujurnya membuat hati gadis itu sedikit terluka.
"Leonardo lepaskan genggaman! Aku bisa mengalahkan Rukh itu dengan mudah lagi pula Rukh itu berada di tingkat paling rendah." Seru gadis pirang itu.
Leonardo tentu menolak, tapi gadis itu memaksa hingga akhirnya Leo mengalah. Dia melepaskan genggamannya, membuat gadis itu tersenyum seperti baru saja menang di game.
"Seseorang yang lupa ingatan sepertimu pasti akan terkejut melihat ini, tapi perhatikan dengan baik. Bagaimana cara bertahan di dunia ini." Ucap gadis membelakangi Leonardo.
Leonardo menelan ludah seakan tidak sabar melihat hal luar biasa apa yang akan terjadi. Hanya memikirkannya saja membuat Leonardo menjadi bersemangat.
Mahluk disebut Rukh itu berlari kencang ke arah gadis berambut pirang, mahluk itu terlihat seperti ingin mengayunkan kapak ke arah dia. Leonardo yang khawatir menjerit histeris, tapi gadis pirang itu berlagak seolah ini hal yang wajar dan merentangkan tangannya ke depan dia menutup matanya.
"Wahai Raphael sosok gelap dalam hatiku dengan ini penuhila panggilanku! Berikan semua yang kau miliki! Kekuatanmu, jiwamu, serta ragamu! Keluarlah dari dunia itu dan muncullah di hadapanku!"
Setelah gadis itu merapalkan sesuatu seperti mantra entah kenapa aura sekitar menjadi dingin, angin berhembus sangat kencang, cahaya berwarna biru menyinari gua ini dan yang membentuk sebuah lingkaran sihir besar.
Cahaya yang sangat terang membuat Leonardo spontan menutupi matanya menggunakan kedua tangan, rambut dan syal yang dia pakai bergoyang akibat terkena hembusan angin.
BLUM!
Seseorang pria keluar dari lingkaran sihir, dia mengenakan jas hitam, kacamata hitam yang hanya digunakan sebagai hiasan di kepala, rambut coklat, mata yang berwarna oranye dan memiliki postur tubuh lebih tinggi dari Leonard. Dengan tatapan siap bertarung dia menatap ke arah Rukh yang berjalan semakin cepat ke arah mereka.
"Raphael berubah ke mode pistol!"
"Oke,"
Dengan cepat laki-laki itu lenyap seperti partikel yang menghilang, tapi dia tidak benar-benar menghilang lelaki itu berubah menjadi pistol kecil berwarna putih dan telah di genggam oleh gadis pirang itu.
'Ada apa sebenarnya? Aku benar-benar tidak paham, tiba-tiba muncul pria aneh dan juga berubah menjadi pistol lagi.' Gumam Leonardo, dia benar-benar kebingungan melihat kejadian yang diluar nalar.
"Oh ya Leonardo. Kamu lupa ingatan kan? Jadi akan kukatakan hal ini lagi. Namaku Lily. Jangan sampai lupa lagi!" ucap Lily sembari menodongkan pistol ke arah Rukh. tanpa menunggu lama Lily menembakan pistol putih itu ke arah Rukh.
Dor! Dor!
Tembakan itu tepat mengenai kepala Rukh itu. Hanya cukup dua tembakan untuk memusnahkan mahluk yang di sebut Rukh itu. Leonardo semakin kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi.
"Lily, bisakah kau menjelaskan situasi yang terjadi? Aku benar-benar bingung" Seru Leonardo.
Lily tersenyum dan berjalan ke arah Leonardo. "Mahluk yang menyerang tadi dinamakan Rukh.. Rukh adalah bentuk perwujudan dari sifat buruk manusia siapapun di dunia ini memilikinya masing-masing satu. Rukh normalnya terkurung di dunia bernama Pandora, tapi entah apa penyebabnya sekarang semua Rukh bisa keluar ke dunia sesuka hati. Kita adalah anggota organisasi bernama Eraser, organisasi yang melenyapkan Rukh. Sampai di sini paham?"
"Ya agak sih," Sahut Leonardo menggaruk kepalanya.
"Eraser melawan Rukh dengan menggunakan Rukh. Raphael yang tadi kupanggil adalah perwujudan sisi burukku. Semua anggota Eraser memiliki Rukh masing-masing dan kekuatannya sendiri saling berbeda, kalau dalam kasusku sih, Raphael bisa berubah menjadi apapun yang kuminta."
Leonardo terdiam mendengar penjelasan dari Lily di dalam lubuk hatinya berkata bahwa sebenarnya kekuatan Raphael lebih dari itu. Tapi Leonardo tidak yakin dengan perkataan di hatinya.
"Jadi. Apakah aku memiliki Rukh juga?" Tanya Leonardo dengan wajah penuh harapan.
Lily menggelengkan kepala dengan ragu-ragu, dia juga menggaruk kepala bagian belakangnya. "Kalau itu aku agak tidak yakin. Sejujurnya aku tidak pernah melihatmu menggunakan Rukh biasanya kamu bertarung menggunakan tangan kosong."
Tangan Leonardo mengepal erat, dia sangat yakin bahwa Rukh yang dia miliki memiliki kemampuan paling istimewa dan entah kenapa dia sangat takut dengan Rukhnya sendiri.
***
Di sebuah ruangan hampa tanpa adanya kehidupan, tanpa adanya bangunan, bahkan sinar matahari tidak mencapai tempat itu Hanya ada ruang berwarna gelap dan kosong. Seorang gadis berambut putih dengan pakaian dan rok serba putih sedang merebahkan dirinya di tempat penuh kegelapan itu.
Gadis itu menaikan lengannya ke atas. "Leonardo ingatanmu memang menghilang, tapi kau bisa mencarinya di sepanjang perjalanan. Apapun itu segeralah sebelum terlambat. Sebelum tubuhmu tidak kuat dan lenyap."
"Seperti yang kukatakan ini adalah pengulangan terakhir, kegagalan tidak dimaafkan. Bergegaslah sebelum terlambat, carilah ingatanmu dan bebaskan aku dari dunia pandora ini! Dan mari menari bersama lagi seperti saat itu!"
"Hahahaha, aku menunggumu diriku yang satunya. Leonardo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ayunda Fadillah
ngebayangin kalau ada di situasi itu sih😭
2023-05-21
0
Ayunda Fadillah
eh jan salah paham
2023-05-21
0
Firenia
Thor sekedar saran, maaf kalau tidak berkenan.
Mungkin kata "waktu" di sini bisa dihapus aja. Jadi "...segeralah sebelum terlambat."
Atau kalau mau tetap pakai kata "waktu" bisa ditulis "...segeralah sebelum waktumu habis."
2023-05-21
1