Suasana kantor dukcapil hari ini benar - benar ramai. Sangat ramai bahkan, sampai rasa - rasanya pasar pun bisa - bisa kalah seandainya diadu. Di Halaman parkir, sepeda motor sudah penuh serta berjejer rapi begitu juga mobil - mobil yang terparkir sampai ke halaman parkir sisi samping gedung. Padahal ini masih sangat pagi. Masih jam 7 pagi. Dan pelayanan baru akan dibuka nanti dijam 8 pagi.
Tapi suasana ini sebetulnya selalu terjadi di hari Senin. Tapi kenapa untuk Siska yang sudah 5 tahun bekerja disini masih belum terbiasa dengan suasana ini. Apa lagi sejak dirinya dipindah dibagian pelayanan. Rasanya keramaian pengunjung itu adalah hal paling berat dalam hidupnya.
"Hei!!! biasa aja kali tuh muka. Gak usah mendramatisir, memperhatikan sekeliling yang sudah dipenuhi dengan lautan manusia, yang siap menerkam dan memohon - mohon pertolongan pada para prajurit digarda depan." Raya merangkulkan tangannya dipundak Siska, nada bicaranya terdengar menggoda bak sedang membaca puisi.
"Ish!! sebel gue sama lo!." Siska menepuk kasar tangan Raya agar segera melepas rangkulannya. Tak lupa juga mata yang memincing juga diperlihatkan.
"Hahaha, masih pagi Siska yang cantik, dijaga hatinya. Jangan ngamuk - ngamuk terus."
Bagaimana gak tensi dipagi hari. Kalau bukan gara - gara si Raya, Siska tidak akan pindah bagian. Hari jumat kemarin, saat rapat, Raya tiba - tiba usul pada pak kadin ( Kepala Dinas ) tentang para pegawai yang berparas cantik dan juga tampan agar duduk di kursi pelayanan. Dalilnya, penyegaran! perbaikan pelayanan! supaya masyarakat puas!. Cih!. Untuk kali ini, Siska beneran merasa menyesal karna sudah terlahir menjadi manusia yang cantik.
"Biasa aja kali, gak usah sebel gitu mukanya. Kayak baru kemarin aja kerja disini, padahal kan udah lebih dari 5 tahun."
"Puas lo mulai hari ini, udah buat hari - hari gue suram?" Tatap Siska, dan kata - katanya terdengar geram.
"Hahaha, sorry, kemarin gue lupa kalau punya temen cantik, yang gue inget temen gue itu kemarin cuma suka marah - marah. Dan gak cantik dimata gue." Raya membela diri sekaligus meledek kembali.
"Iissshhh!!! sana lo jangan deket - deket, gue gak punya, ya ... temen kayak lo!." Siska menghentakkan kakinya kasar, meninggalkan Raya yang masih ketawa ketiwi, puas menggodanya.
"Hahaha, gitu aja gondok. Masih pagi nih Sis, jangan jutek - jutek. Apa lagi ini hari senin tahu! lo harus semangat, oke?." ucap Raya berlari kecil berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Siska yang sudah lebih dulu melangkah.
Karna memang masih pagi. Dan tak ingin kehilangan momen bersama sang sahabat untuk sekedar ngobrol atau menggoda. Raya mengikuti Siska sampai di meja pelayanan, dimana bagian pelayanan ini sekarang merupakan letak mejanya.
"Ambil sisi positifnya aja, disini lo bisa ketemu banyak orang. Siapa tahu entar lo bisa ketemu pangeran - pangeran tampan yang lain. 'Kan lumayan bisa sekalian refresing."
"Lo tadi gak liat, gimana para pengunjungnya dihalaman parkir? rata - rata udah bapak - bapak sama ibu - ibu, wahai jalan Raya!." dengus Siska sekali lagi.
"Ya, gak semua, masih ada brondong - brondong yang baru aja bikin KTP. Mereka masih bisa diliat. Dari pada gue, cuma bisa ketemu Bu Lastri, Bu Siti sama Pak Sasyo." keluh Raya, yang sebetulnya juga gak sreg dengan bagiannya saat ini. Kemarin dia juga pindah bagian.
"Cih! lo mending, masih bisa kabur 'kan? Atau masih bisa dengerin musik pakai headset, lo juga masih bisa makan - makan dijam kerja dengan santai, lo masih bisa bercanda, main hp, bisa santai - santai kalau capek. Lah gue? gue udah gak bisa, waktu gue sepenuhnya cuma buat pelayanan, jangankan makan sama pegang hp, istirahat aja harus gantian!." celetuk Siska yang wajahnya semakin masam. Masih saja sahabatnya itu mengeluh. Padahal bagiannya lebih enak dari pada bagiannya.
"Ya, ya, ya, emang bagian gue lebih baik. Tapi dengan lo berada disini, berarti semua orang itu menganggap diri lo itu cantik. Sedangkan gue, cuma Krisna aja yang nganggep diri gue cantik. Hiks!."
Kali ini, ucapan Raya benar adanya. Siska memanglah punya paras cantik. Cantiknya, cantik banget sekelas artis. Kulitnya putih bersih, postur tubuhnya tinggi dan ramping. Dan semua orang mengakui itu.
"Udah, sana lo balik ketempat lo, bentar lagi pelayanan mau dibuka." Usir Siska setelah keduanya tadi ngobrol panjang lebar hingga menyisakan waktu kurang 3 menit saja sebelum pelayanan dimulai.
"Oke, ntar istirahat jam berapa? makan soto ya, di Bu Er."
"Ntar gue WA, doain bisa istirahat tepat waktu."
Ting Tung.
Suara antrian pelayanan sudah mulai menghiasi ruangan tepat di jam 8 pagi. Dengan bantuan Pak Ismail, sang satpam. Mereka para pegawai memulai pekerjaannya agar antrian tertib. Satu persatu, pengunjung mulai dilayani dengan ramah oleh mereka para pegawai. Mereka membantu para pengunjung untuk menyelesaikan masalah kependudukannya.
"Ngapain lo kesini? Lo mata - matain gue? tahu dari mana lo kalau gue kerja disini?"
Tak ada angin tak ada hujan, saat itu Siska malah melihat Zidan sudah berdiri dihadapannya dengan senyum smirknya lagi.
"Eh, ngapain lo duduk disitu! antri dulu, jangan nyerobot!."
Tapi, dengan entengnya Zidan malah duduk di sofa yang ada di depan meja Siska.
"Antrian gue udah kelewat, nih!." Zidan meletakkan selembar kertas kecil nomor antriannya diatas meja. Dan tepat saat itu, ada juga seorang bapak - bapak yang menghampiri keduanya karna tadi memang Siska sudah memanggil nomornya.
"Lo, mbak 'kan ini harusnya udah waktunya saya?." Tuh, kan? kena protes 'kan?.
"Maaf Pak, tapi antriannya saya duluan, tadi saya waktu dipanggil masih ketoilet. Jadi majunya sekarang, kalau gak percaya bapak tanya sama satpam yang didepan itu." Zidan menjawab dan menunjukkan lembaran kertas kecil nomor antrian miliknya, yang memang nomornya duluan miliknya. Memang harus gitu 'kan, harus menyelesaikan masalah yang sudah diperbuatnya.
"Bapak, ditunggu sebentar ya, sebentar lagi setelah bapak ini, bapak bisa langsung maju lagi." ucap Siska, seramah mungkin agar tak menyinggung perasaan bapak - bapak itu.
"Oh, ya udah kalau gitu." Bapak itu pun bergeser dan kembali ke kursi tunggu.
"Bapak? kok lo manggil gue bapak sih?" Zidan protes.
"Lo, ngapain lo kesini? jangan sampai lo datang cuma buat main - main, ya!" Siska tak menggubris pertanyaan Zidan tadi, dia malah memandang cowok dihadapannya itu dengan tatapan curiga.
"Astaga Siskaku sayang, masa nyambut pacar sendiri ketus gitu?."
"Pacar, pacar, pacar pala lo peyang!!."
"Ckckc!! kasar banget lo kalau sama gue, belum kapok lo, lo udah gue gigit?"
Oh My God, cowok satu ini. Beneran pengen digampar kayaknya. Mulutnya itu lo, licin banget kalau ngomong.
"Udah, gak usah basa basi dan panjang - panjang, lo kesini mau apa? kalau gak penting gue mau nyuruh bapak tadi buat kesini!. Gue lagi kerja jadi please jangan ganggu!."
"Ckckc! masih aja gak sabaran!."
"Mangkannya cepet bilang, ngapain lo kesini?"
"Gue, mau ngurus akte cerai, bisakan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments