Di kediaman Devano, ia masih bersama Gerry asistennya. Dari kemarin subuh ia datang untuk mengawal Devano agar bekerja sesuai jadwalnya. Pagi ini, Gerry masih meminta artisnya untuk ikut pulang bersamanya setelah jadwal hari ini selesai.
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya setelah syuting kamu ikut aku balik!" Ucap Gerry.
"Gak bisa, aku masih harus bertanggung jawab. Aku sudah membuat orang celaka, masa aku biarkan begitu saja." Balas Devano.
"Dev, setidaknya kamu sudah membawanya berobat saja itu sudah cukup. Gak perlu harus menunggunya sampai sembuh." Kata Gerry.
"Bagaimana jika dia fans kamu dan dia memanfaatkan kamu?" Tanya Gerry.
"Gak Ger, dia itu baik. Aku yakin dia orang yang baik." Jawab Devano.
"Dev, kamu itu artis. Siapa yang gak kenal sama kamu? Apalagi dia wanita. Bisa saja dia memanfaatkan kamu dan membuat kamu jatuh ke perangkapnya. Lalu dia sengaja tidur di sebelah kamu dan ~"
"Ya! Dia benar. Gue memang ngefans sama Lo. Dia juga benar, gimana kalau gue manfaatin Lo? Thanks perhatian Lo selama gue sakit." Sahut Sisy.
Sejak mereka berdebat, Sisy sudah sampai di depan rumah Devano. Sisy mendengarkan semua pembicaraan mereka. Ya, dia gak nyangka akan di nilai seperti itu.
"Sisy tunggu!" Teriak Devano.
"Kamu sih Ger!" Devano menyalahkan Gerry.
"Sisy tunggu dulu!" Devano menarik tangan Sisy.
"Apa lagi sih? Lo nyuruh gue kesini cuma buat menjelekkan gue. Biar apa?" Tanya Sisy dengan kesal.
"Lo udah buang-buang waktu gue gitu saja." Lanjutnya.
"Tunggu dulu, Sy." Devano menarik tangan Sisy lagi.
"Apa lagi sih?" Sisy menghentakkan kakinya sebelah.
"Aku suka sama kamu." Ucap Devano.
Plak,, Sisy menampar wajahnya sendiri di depan Devano.
"Kamu kenapa, Sy?" Tanya Devano.
"Gue bukan wanita murah yang langsung percaya dan Nerima Lo." Kata Sisy sambil pergi.
"Aku serius, Sy. Aku suka sama kamu saat kita bertemu di pernikahan Andrew." Devano memperjelas. Sisy pergi begitu saja dan menghentikan taksi yang lewat.
Sepanjang perjalanan ia terus memegang wajahnya yang sakit. Bahkan ia belum menyebutkan arah tujuannya. Supir taksi pun bingung, ia hanya jalan mengitari kota.
Ia terus memandang ke arah luar jendela. Melihat gedung-gedung bertingkat dan patung tinggi yang berdiri tegak. Tak terasa hingga hari menjelang malam.
"Permisi Mbak, kita sudah empat kali memutar ke arah sini. Mbak," Ucap Supir terpotong.
"Ke Apartemen Sunflower." Jawab Sisy.
Di sisi lain,
Devano masih kesal dengan Gerry. Selama syuting, Devano tidak sedikitpun menegur Gerry. Gerry jadi merasa bersalah dan menyesal. Tapi ia juga kesal, karena ulah artisnya ia juga kena tegur dari manajernya.
Tak hanya manajer yang menghampirinya. Bahkan kedua orangtua Devano juga mendatanginya. Gerry hanya bisa mengatakan yang terjadi.
"Dev, maaf." Ucap Gerry.
Devano tidak mempedulikannya. Ia terus sibuk merapikan pakaiannya dan bersiap untuk balik ke negaranya. Gerry terus membujuknya untuk memaafkannya.
"Mau kamu ini kan?" Tanya Devano.
"Ya sudah kita pulang sekarang." Lanjutnya.
"Tapi Dev, aku minta maaf. Aku merasa bersalah sudah mengatakan itu." Gerry juga menjelaskan kondisinya saat ia balik ke Negera mereka tanpa Devano.
"Aku janji akan meminta maaf padanya. Tapi aku mohon jangan seperti ini." Gerry memohon.
Sebelum ke bandara, mereka pergi ke apartemen Sunflower untuk menemui Sisy. Bukan Devano yang ke atas dan menemui Sisy, melainkan Gerry. Namun saat sampai ke unit Sisy, ia tidak menemui Sisy. Ia hanya bertemu wanita lain di unit Sisy.
Ia pun menyampaikan sebuah surat yang ia tulis sebelum pergi. Surat tersebut ia titipkan pada Emi. Saat menunggu lift, ia masih mencari alasan agar Devano tahunya dia sudah bertemu dan mengatakan langsung pada Sisy.
Tepat lift terbuka, ia melihat sosok wanita yang ia tunggu. Sisy masih berada di dalam lift. Gerry langsung masuk dan dengan cepat ia menutup lift tersebut agar Sisy tidak pergi begitu saja.
"Maafkan saya, maafkan saya." Ucap Gerry sambil berlutut di hadapan Sisy.
"Ih apaan sih Lo? Berdiri gak?!" Sisy shock.
"Saya hanya gak ingin Devano di manfaatkan orang. Saya yakin anda orang baik. Jadi saya mohon maafkan saya." Ucap Gerry.
"Lo di suruh sama Devano ya? Bilang sama dia. Kalau memang dia laki, seharusnya dia bilang langsung jangan nyuruh Lo." Kata Sisy.
"Saya minta maaf tanpa disuruh oleh Devano. Saya mengakui bahwa saya sudah menilai buruk pada anda. Padahal anda sama sekali tidak seperti itu." Gerry memohon pada Sisy.
"Ya udah, Lo berdiri. Malu kalau di lihat orang lain." Ucap Sisy.
Benar saja, baru saja Sisy mengatakan hal itu, pintu lift sudah terbuka. kaget nya lagi, Emi yang berada di depan pintu lift. Selama tadi, Gerry hanya menutup pintu lift saja. Ia tidak tahu jika tidak di tekan tujuannya, Lift tersebut maka tidak akan bergerak naik ataupun turun.
"Ka~kalian." Ucap Emi.
"Em, lanjutkan saja. Anggap saja gue gak ada." Lanjut Emi.
"Emi, Lo jangan salah paham. Dia itu," Sisy berhenti ngomong.
"Saya rekan kerjanya." Ucap Gerry.
"Oh, Lo rekan kerjanya Sisy. Lo anak baru ya? Ya ampun, sampai segitunya." Ucap Emi.
"I~iya, Andre yang minta dia buat nemuin gue." Balas Sisy.
"Oh, keterlaluan ya dia. Nyuruh kalian libur tapi masih juga di suruh kerja. Gimana konsepnya sih itu?" Sisy bingung dengan apa yang di katakan Emi.
"I~iya."
"Biar di lihat keren kali dia sama kamu. Haduh, pintar sekali ya dia cari muka ke kamu dengan cara menyuruh karyawan baru lembur." Kata Emi.
"Eh sudah sampai." Ucap Emi.
"Lo mau ngapain?" Tanya Sisy.
"Lo lihatnya gue bawa apa? Plastik sampah atau karung Santa Claus?" Tanya Emi.
"Hehehe, iya juga sih. Biar gue yang buang. Lo langsung balik saja." Sisy menarik Gerry dan langsung menekan menutup lift dan menekan lantai yang di tuju.
Setelah memastikan Emi sudah naik, Sisy langsung berjalan ke tempat pembuangan. Lagi-lagi ia kaget, plastik sampah yang di bawanya ditarik oleh Gerry. Gerry berjalan sambil membawa sampah itu.
"Thanks." Ucap Sisy.
"Saya juga terimakasih sudah di maafkan. Kalau tidak saya bisa mati muda di cuekin terus sama Devan." Ucap Gerry.
Devano memang di kenal tidak pernah marah. Tapi jika ia tidak suka, maka ia akan diam dan tidak menanggapi orang yang sudah membuatnya kesal. Hal itu akan terus sampai yang membuatnya kesal meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Gerry merasa tenang sudah di maafkan oleh Sisy. Jujur, Gerry pun tidak suka jika Devano mendiamkannya. Lebih baik Devano marah-marah daripada harus di diamkan begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments