Tanda yang Lain?

Dulu Devano pernah meminta bantuan pada Andrew untuk mendekati Rasti. Andrew pun setuju untuk membantunya. Pertama kalinya Devano menyukai seorang wanita.

Semakin lama, Rasti semakin dekat dengan Devano. Tapi Devano tak juga mengungkapkan perasaannya. Rasti pun jenuh dengan sikap Devano yang selalu membuatnya nyaman. Hingga ia memutuskan untuk menjauh dari Devano.

Begitupun dengan Devano, ia sudah sangat nyaman dekat dengan Rasti. Ia takut jika nanti ia mengutarakan perasaannya, Rasti akan menolaknya dan menjauhinya. Karena memang Rasti adalah seorang bintang yang banyak sekali di sukai oleh pria dan wanita.

Rasti semakin menjauh dari Devano. Ia kembali meminta bantuan pada sahabatnya itu. Tapi kali ini Andrew tidak mau membantunya. Suatu ketika, Devano mendengar berita kedekatan Andrew dengan Rasti.

Ia sempat menyangkal berita tentang kedekatannya dengan Devano. Rasti menyatakan bahwa dirinya dengan Devano hanya seorang teman biasa. Ia juga mengatakan bahwa berkat Devano, ia bisa lebih dekat dengan Andrew.

Tak lama berita beredar, Ia lebih terkejut. Ketika Rasti dan Andrew mengumumkan tanggal pernikahan mereka. Padahal dulu ia selalu meminta tolong pada Andrew untuk menjodohkannya dengan Rasti. Tapi kini malah Andrew yang berjodoh dengan Rasti.

Surat undangan merekapun telah sampai ke tangannya. Devano bingung ingin pergi dengan siapa sedangkan ia tidak memiliki pasangan. Shinta yang sudah menyukai Devano sejak lama, ia mencuri kesempatan untuk dekat dengan Devano.

Shinta menyarankan agar pergi dengannya. Awalnya Devano ragu, ia yakin ada sesuatu yang tersembunyi. Setelah lama berpikir, Devano memutuskan pergi bersama Shinta. Dengan syarat yang sudah di janjikan di antara mereka. Kedatangan mereka berdua cukup sesuai dengan tujuan mereka. Tujuan mereka saling terpenuhi.

Tujuan Devano menggandeng Shinta ke acara pernikahan sahabatnya agar tidak terlihat menyedihkan. Jika berita tersebut beredar itu juga akan membuat Mamanya berhenti menjodohkannya dengan Rena anak dari teman mamanya.

Berbeda dari Devano, tujuan Shinta mengutarakan ide tersebut agar Devano jatuh cinta padanya. Tujuan lainnya agar semua orang tahu bahwa Devano adalah miliknya. Walau pada nyatanya tidak seperti itu. Tapi setidaknya, semua orang tahu tentang hubungannya dengan Devano.

Setelah meminta Gerry membawa Shinta pulang lebih dulu. Devano juga meminta Rasti untuk bicara empat mata. Devano mengajak Rasti menjauh dari yang lain.

"Ada apa Dev?" Tanya Rasti.

"Ya, mungkin ini memang sudah terlanjur. Tapi setidaknya aku cuma mau kamu tahu. Bahwa aku sangat menyukaimu. Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya." Jawab Devano.

"Iya, terus?" Kata Rasti.

"Tidak ada, hanya itu saja. Selamat ya atas pernikahanmu dengan Andrew." Kata Devano.

"Itu saja? Kalau begitu terimakasih sudah datang ke acara pernikahan aku dengan Andrew." Ucap Rasti.

Rasti kembali mendekati Andrew dan meninggalkan Devano begitu saja. Tanpa mereka sadari, Sisy berdiri tidak jauh dari tempat mereka mengobrol. Sisy juga dapat mendengar dengan jelas pembicaraan mereka.

"Itukan cewek yang tadi." Kata Devano. Entah kenapa ia tiba-tiba penasaran dengan Sisy.

"Permisi, kamu yang tadi hampir jatuhkan?" Tanya Devano.

"Astaga, mimpi apa gue semalem di samperin sama idola. Ya ampun, dari dekat tampan banget. Mukanya gak ada rongga sedikitpun. Pantan bayi pun kalah mulusnya." Batin Sisy.

"Halo, permisi." Devano melambaikan tangannya perlahan.

"Astaga Sy, ingat yang disana Sy." Batinnya lagi.

"Ah, iya. Ada apa ya?" Tanya Sisy.

"Kamu tamu juga disini?" Devano juga bertanya.

"Gue Panitia acara disini. Ada yang bisa di bantu?" Tanya Sisy.

"Oh, tidak ada apa-apa." Jawab Devano.

"Hem, Gue boleh minta tanda tangan Lo gak?" Tanya Sisy pelan.

"Boleh minta fotonya juga?" Tanya Sisy.

Sisy mengeluarkan ponselnya dan berfoto bersama. Berkali-kali mereka berganti pose. Sampai Sisy lelah dengan sendirinya. Sisy mengakhiri foto-fotonya.

"Terimakasih ya." Ucap Sisy.

Sisy kembali ke teman-temannya. Dekorasi dan lainnya sudah selesai. Mereka pun sudah bisa pulang. Seperti biasa mereka menutup tugas mereka dengan party di sebuah club langganan mereka.

"Akhirnya acaranya selesai Gaes." Ucap Tania.

"Iya, akhirnya selesai tanpa ada kendala sedikitpun dan acara berjalan lancar." Balas Sisy.

"Sy, jangan banyak-banyak minum." Revan melarang Sisy untuk minum minuman alko Ala kadarnya Kok.

"Gue tadi kesal banget kena senggol sama artis. Siapa deh itu yang Shin Shin apa gitu." Ucap Sisy.

"Cuma gara-gara Devano menopang tubuh gue doang." Lanjutnya setengah sadar.

Selesai menikmati party. Mereka pulang bersama. Revan mengantar Tania lebih dulu karena memang jarak Tania yang lebih dekat. Kini Revan berdua di dalam mobil bersama Sisy. Ia menatap erat wajah Sisy yang sudah tertidur.

"Cantik, tapi sayang sudah ada peliharaannya." Bisik Revan mengobrol dengan dirinya sendiri.

Sampai di depan apartemen, seperti biasa Revan menggendong Sisy sampai ke depan kamarnya. Ia menekan bel yang ada di luar. Temannya Sisy langsung membukakan pintu untuknya.

"Sorry ya, lagi-lagi Sisy ngerepotin Lo." Kata teman sekamar Sisy.

"Bilang ke dia nanti. Mobilnya sudah aku suruh orang untuk membawanya." Ucap Devano.

"Aku langsung saja ya. Lagi juga sudah larut." Revan langsung pamit pulang.

"Aduh gila, ini anak kecil-kecil berat juga ya." Sisy di tuntun sambil berjalan dengan temannya itu.

Sampai pagi harinya Sisy bersantai. Setiap acara selesai mereka mendapat cuti bersama teman satu teamnya. Ia menyempatkan dirinya untuk berbelanja dan melakukan perawatan.

"Semalam Revan mengantarmu sampai sini. Padahal dia sudah memintamu untuk berhenti minum." kata temannya.

"Hah? Aduh, gue gak bertindak yang anehkan?" Tanya Sisy.

"Gak tau deh, tadi Revan sehabis mengantarkan kamu ia langsung pulang." Jawabnya.

"Aduh, mati gue. Gue duluan mandi ya." Kata Sisy.

"Sisy! Haduh itu anak. Anak siapa sih itu? Belum juga selesai ngobrol." Kata teman Sisy.

Keluar kamar mandi tanpa basa-basi ia langsung meminta tanda tangan Devano. Sisy dengan santainya masuk ke kamar dan mengambil sebuah sapu tangan. Sapu tangan milik temannya yang diam-diam di masukkan ke dalam tasnya.

Karena Emilia tahu jika Andrew adalah sahabat dari Devano. Maka seharusnya memang seorang sahabat menghadiri pernikahan sahabatnya itu. Itulah kenapa Emilia memasukkan sapu tangannya secara diam-diam.

Emilia senang sekali bisa mendapatkan tanda tangan idolanya. Ya, mereka berdua sama-sama menyukai Devano Alexandre. Sisy menyukai lagu-lagu Devano sedangkan Emilia menyukai parasnya Devano yang terlihat sempurna.

Setiap melihat perform Devano di TV mereka saling teriak-teriak. Sisy meneriakkan sambil bernyanyi sedangkan Emilia berteriak karena penampilan Devano. Mereka juga pernah sekali menyaksikan konser Devano saat di Malaysia.

Sisy mengeluarkan ponselnya dan memamerkan fotonya dengan Devano. seketika Emilia berteriak iri pada Sisy. Ia juga ingin bisa foto bersama idolanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!