Dasar Anak Kecil

Sudah tiga hari Sisy berada di kediaman idolanya. Setiap hari ia selalu di masaki olehnya. Ia pun sudah suntuk berada di rumah terus. Sisy keluar dan menghampiri Devano.

"Thanks ya lo udah ngerawat gue selama ini." Ucap Sisy.

"Santai saja, semua gak gratis kok." Balas Devano.

"Maksud lo?!" Sisy kembali berdiri.

"Tenang, aku gak minta bayarannya sekarang kok." Kata Devano.

Devano tersenyum melihat Sisy yang mulai kesal. Ia memberikan sepiring salmon pada Sisy. Sisy ragu untuk mengambilnya.

"Ini bayar juga?" Tanya Sisy.

"Makan saja dulu. Memangnya gak lapar?" Jawab Devano.

"Artis terkenal masih saja butuh duit. Memangnya gak cukup bayaran dia?!" Sisy menggerutu sendiri.

Setelah selesai makan, Sisy duduk di depan TV. Ia benar-benar merasa jenuh sekali. berdiam di rumah yang bukan tempatnya ia tinggal. Ia juga bosan melihat jarum infusan yang menempel di tangannya. Kemana-mana ia harus membawa infusan.

Devano yang melihat Sisy berulang kali mengganti Channel merasakan kebosanan yang di rasakan Sisy. Ia langsung menarik Sisy dan mengajaknya pergi. Devano menggandeng tangan Sisy dan membawanya masuk ke mobil.

"Mau bawa gue kemana Lo?" Tanya Sisy.

"Udah ikut saja." Devano menggunakan masker hitam dan topi hitamnya masuk ke dalam mobil.

Sisy menuruti perkataan Devano. Karena memang kebetulan ia merasa suntuk di rumah terus. Sampailah mereka di tepi pantai yang tidak terlalu ramai pengunjung.

"Lo ngapain bawa gue kesini? Kalau Lo gak suka gue di rumah Lo, ya Lo tinggal suruh gue balik. Gak perlu bawa gue kesini terus Lo buang gue disini!" Sisy ngomel-ngomel.

"Sst, diam saja sudah. Tenang, nikmati hembusan angin. Pejamkan matanya, dengarkan suara ombak. Ini bagus untuk menenangkan hati dan pikiran." Kata Devano sambil mempraktekkan.

Setelah lama menikmati, Sisy tertidur pulas di dalam mobil. Devano menatap wajah Sisy yang sudah tertidur pulas. Ia merasa senang melihat wajah Sisy dari dekat.

"Ya, aku sepertinya jatuh cinta padanya." Batin Devano.

Devano kembali menjalankan kendaraannya. Mereka kembali ke rumah. Di perjalanan ia mendapatkan telepon. Karena tidak ingin membuat Sisy terbangun, ia menolak panggilan tersebut.

Sampai di depan rumah, ia masih belum membangunkan Sisy. Ia menunggu di sampingnya sambil memandang wajah Sisy. Saat terbangun, Sisy langsung kaget melihat pemandangan yang ada di depannya. Wajah idolanya, kini berada tepat di depannya.

"Aduh, jangan bangunin gue tuhan. Ini indah banget pemandangannya. Aduh mimpi terindah gue." Batin Sisy.

Namun, permintaannya gagal di kabulkan. Ponsel Devano berdering dan membuat Sisy tersadar. Selama itu dia memandangi idolanya dan itu bukan mimpi. Sisy merasa malu dan langsung keluar dari mobil.

"Gue haus!" Ucap Sisy dengan terburu-buru keluar mobil dan masuk ke rumah.

Ia langsung menuju ke dapur dan mengambil minum. Sudah tiga kali ia mengisi ulang gelas itu. Devano masuk sambil mengangkat panggilan yang sedari tadi ia tolak.

"Hem."

"Oke, aku kesana."

Devano ke kamarnya dan kembali lagi dengan pakaian yang berbeda. Sebelum pergi, ia menghampiri Sisy di dapur. Sisy tak mampu menelan air yang ia tengah ia minum.

"Jangan melamun! Airnya tumpah tuh." Ucap Devano sambil membuka kacamatanya.

"Aku pergi dulu. Kamu tetap disini dan jangan ninggalin rumah ini sampai kamu sudah benar-benar pulih." Pinta Devano.

"Gue,"

"Gak ada pembantahan sedikitpun!" Kata Devano.

"Dasar anak kecil! Berani sekali nyuruh orang yang lebih tua darinya." Batin Sisy.

Setelah Devano pergi, Sisy bersiap untuk pergi. Ia mengambil tas dan ponselnya. Ia kembali ke apartemennya menggunakan taksi.

Dengan kepala yang masih di balut perban. Sisy sampai di apartemennya, ia langsung menuju unitnya. Beruntungnya, begitu ia membuka pintu ia tidak melihat keberadaan Emilia. Ia masuk dan langsung menuju ke kamarnya.

"Sisy!" Teriak Emilia dari depan kamarnya.

"Emi? Lo gak kerja? Bukannya sekarang jadwal Lo kerja?" Tanya Sisy.

"Lo kemana saja, Sy? Lo liburan kemana saja sih? Lama banget perginya." Ucap Emilia.

"Ya ampun Emi, gue pergi juga gak nyampe dua tahun." Jawab Sisy.

"Ya tapikan, Sy. Biasanya sosmed Lo tuh penuh sama update-update foto,video dan macam-macam deh." Kata Emilia.

"Ya sudahlah, yang penting gue udah balikkan sekarang??" Kata Sisy.

"Iya sih, Tapi ngomong-ngomong kepala Lo kenapa?" Tanya Emilia.

"Gak apa-apa cuma ada sedikit insiden saja." Jawab singkat Sisy.

"Kok bisa?" Tanya Emi.

"Bisalah, kalau gak bisa gimana bisa terjadi?" Tanya Sisy.

Keesokan harinya, pagi-pagi Sisy sudah mendapatkan panggilan berkali-kali. Ia masih nyenyak dengan tidurnya. Sampai Emi masuk dan mengangkat panggilan tersebut.

"Tunggu, gue bangunin orangnya dulu." Ucap Emi.

"Sisy! Ponsel Lo berisik berdering terus! Cepat bangun! Sudah gue angkat tuh panggilannya." Ucap Emi sambil membangunkan Sisy. Sisy masih memejamkan matanya.

"Ponsel Lo gue taruh disini ya." Kata Emi.

Emi langsung keluar lagi dari kamar Sisy. Sedangkan Sisy masih tertidur. Orang yang menghubunginya juga sudah berkali-kali mengucapkan 'Halo' tapi tidak juga Sisy bangun.

"Lima menit gak balik kesini, aku yang akan menjemputmu ke Apartemen Sunflower lantai 4." Ucap seseorang yang ada di balik telepon.

Seketika mata Sisy terbuka lebar mendengarnya. Ia langsung melihat ke layar ponselnya dan ada panggilan dari nomor baru yang tidak ada di daftar kontaknya. Sisy bangun dari tidurnya.

"Lo? Lo tahu darimana nomor gue, Apartemen gue." Jawab Sisy.

"Princess aku sudah bangun." Kata orang yang ada di sebrang.

"Cas Ces Cas Ces!" Jawab Sisy.

"Bukannya jawab malah menghayal." Lanjutnya.

"Aku tunggu di rumah, lima menit gak sampai. Aku jemput kamu sekarang juga." Panggilan itu langsung tertutup.

Sisy kesal dengan idolanya sendiri. Bagaimana bisa ia tahu nomor pribadi Sisy. Hanya Emi dan keluarganya yang tahu nomor pribadinya. Ia juga bingung bagaimana idolanya bisa tahu alamatnya tinggal.

Setelah panggilannya tertutup, Sisy buru-buru mandi dan bersiap. Tak sesuai dengan harapannya. Ia berharap hari ini akan menjadi hari ternyaman nya di kamar seharian.

Di hari liburnya ia tidak bisa bersantai dan melakukan sesuai yang di agendakan. Ia langsung memanggil taksi dan menuju ke rumah idolanya tersebut. Sepanjang jalan ia cemberut dan kesal karena rencananya untuk tidur seharian di rumah digagalkan oleh idolanya tersebut.

Ia yakin jika idolanya akan meminta bayaran telah merawatnya. Tapi ia tidak minta di rawat olehnya. Bahkan ia berharap saat kecelakaan itu ia mati dan tidak akan merasakan kembali sakit hatinya.

Ya, meski sudah berhari-hari. Rasa sakit hatinya masih terus terasa. Perkataan mereka di belakangnya sangat menusuk ke hatinya. Diam-diam mereka bermain di belakangnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!