Dunia Ghaib?

Di sebuah gedung yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Di dalamnya sudah ada Sisy, Tania dan juga Revan. Mereka sedang berkumpul untuk menyerahkan laporan akhir.

"Selamat untuk kalian." Ucap pria tampan yang tingginya sekitar 187cm.

"Ini bonus untuk kalian." Pria itu menyerahkan tiga amplop untuk mereka masing-masing.

"Terimakasih Pak Andre." Ucap Tania.

"Gue kasih waktu seminggu untuk libur. Next kalian akan ada event besar." Kata Andre.

"Event apa?" Tanya Sisy.

"Acara Konser terbesar yang di hadiri artis-artis ternama negara asia." Jawab Andre.

"Aku minta kamu manfaatkan liburan ini untuk istirahat. Aku gak ingin kamu sakit." Ucap Andre pada Sisy.

"Ehem." Tania berdehem sambil senyum-senyum.

"Kalau mau pacaran mah di luar kali!" Sindir Revan.

"Udah kan? Gue balik duluan." Revan tidak ingin berlama-lama.

"Waktu gue terbuang sia-sia hanya untuk melihat orang bermesraan." Kata Revan sambil meninggalkan ruangan.

"Gue balik duluan ya Sy." Pamit Tania.

Tersisa Sisy dan Andre di ruangan. Andre melanjutkan pekerjaannya sedangkan Sisy gak tahu harus ngapain. Sisy pergi ke toilet sesaat.

Tidak memakan waktu lama untuk pergi ke toilet. Ia melihat pintunya tertutup. Padahal saat ia pergi, ia tidak menutup pintu ruangan Andre. Sisy tidak langsung membukanya. Ia memastikan apakah ada tamu atau tidak.

"Sabar sayang." Terdengar suara pria seperti suara Andre.

"Sampai kapan? Aku juga ingin orang lain tahu tentang hubungan kita." Ada suara wanita di dalam ruangan itu.

"Tunggu waktu yang tepat, sayang. Lagi juga kita masih harus persiapkan event besar kita." Sisy mengintip sedikit. Ternyata suara tersebut benar suara Andre.

"Biar apa sih sayang? lima bulan itu bukan waktu yang sebentar. Aku gak suka lihat Sisy ada di dekat kamu." Wanita itu adalah Zilla. Saingan Sisy di tempat kerja.

Zilla selalu iri dengan apa yang dimiliki Sisy. Ia selalu ingin merebut apapun dari Sisy. Salah satunya adalah Andre, kekasih Sisy yang juga anak dari pemilik perusahaan tersebut.

"Sayang, kamu sabar dulu ya. Pokoknya nanti setelah acara selesai aku janji akan memutuskan hubungan aku dengan Sisy." Kata Andre.

Sisy tak lagi masuk ke ruangan Andre. Ia langsung pulang ke apartemennya. Disaat sedang sayang-sayangnya. Selama mereka pacaran tidak pernah ada sedikitpun perdebatan atau bahkan keributan. Bahkan banyak orang yang menilai mereka adalah pasangan yang sangat cocok. Mereka mampu bekerja secara profesional.

Sisy menangis sepanjang perjalanan. Ia tidak tahu kenapa Andre bisa menduakannya. Percakapan yang ia dengar terus melintas di pikirannya. Sampai ia tidak menyadari bahwa kendaraan yang ia kendarai telah keluar dari jalur.

Mobil dari arah lawan berkali-kali membunyikan klaksonnya. Hingga hampir menabrak, Sisy tersadar dan membanting kemudinya. Mobil yang di kendarai Sisy pun menabrak pohon yang ada di pinggir jalan.

Begitu tersadar, Sisy sudah berada di sebuah ruangan. Ia melihat selang infus dan juga kantung infus yang tergantung di atasnya. Sisy bangun dari tidurnya.

Ia tidak mempedulikan itu. Sisy duduk di tepi tempat tidur. Jika ia berada di rumah sakit pasti ada beberapa peralatan rumah sakit. Bahkan pintunya tidak seperti pintu rumah sakit. Kasurnya juga tidak seperti kasur rumah sakit.

Sisy mendengar suara dari luar. Ia mencoba untuk mendengarnya dari balik pintu. Walau terdengar samar-samar.

"Aku tidak akan kembali dalam waktu dekat ini." Kata dari seorang pria.

"Akan aku hubungi lagi nanti." Pria tersebut mematikan panggilannya saat Sisy keluar dari kamar.

Kini ia dapat melihat dengan jelas. Sisy terkejut saat melihatnya. Beberapa kali ia memukul-mukul wajahnya untuk memastikan bahwa ia sedang dalam keadaan sadar.

"Kamu sudah membaik?" Tanya pria itu.

"A~aku aku, eh. Gue baik-baik saja." Jawab Sisy dengan singkat dan gugup.

"Baguslah kalau begitu. Aku tadinya ingin mengabari orang yang ada di kontak. Tapi ponselnya di password." Kata Pria itu.

"Lebih bagus lagi kalau lo tidak memberitahu siapapun." Jawab Sisy.

"Gue mau balik!" Sisy melepas jarum infus.

"Eh tunggu! Kamu masih harus istirahat dulu." Pria itu menahan Sisy.

"Aduh gila! Ini gue vertigo mendadak atau apa nih? Pusing banget!" Sisy berhenti.

Pria itu menahan tubuh Sisy. Tanpa izin ia membawa Sisy kembali ke kamar. Pria itu menggendong Sisy dan meletakkannya ke atas kasur.

"Istirahatlah disini sampai kamu benar-benar pulih." Kata pria tersebut.

"Tunggu!" Ucap Sisy.

"Mobil gue kemana?" Tanyanya.

"Mobil kamu aku bawa ke bengkel. Tapi sepertinya lebih baik kamu membelinya yang baru." Kata Pria itu.

"Oh, thanks." Ucap Sisy.

Pria tadi kembali keluar. Sisy mengambil ponselnya dan menghubungi Emilia teman satu apartemennya. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya sedang pergi berlibur. Jika Sisy mengatakan dirinya sedang berada di rumah idola mereka yang ada Emilia akan memaksanya untuk menyusulnya.

Pria itu kembali sambil membawa Tray. Ia mengantarkan minum, sup dan bubur untuk Sisy. Sisy melongo melihat idolanya menyiapkan itu semua.

"Tadi aku membuat ini. Agar nanti setelah kamu sadar, kamu bisa langsung memakannya." Kata Pria tersebut.

"Thanks." Ucap Sisy.

"Sini biar aku yang suapi." Pria itu menawarkan dirinya.

"Ah gak usah! Gue bisa sendiri. Gila saja gue nyuruh artis macam Lo buat suapi gue." Kata Sisy.

Sisy mengambil sendok yang ada di tangan Devano. Ia memakannya sendiri dengan lahap. Pertama kalinya ia merasakan masakan idolanya. Sebelumnya ia hanya melihat Devano berada di reality show memasak. Sekarang ia merasakannya langsung.

"Kamu belum makan berapa hari? Baru kali ini aku melihat orang sakit makan secepat ini." Kata Devano.

"Satu abad." Jawab Sisy.

"Ya memangnya makan harus di hayati dulu? yang ada nanti gak habis-habis." Lanjutnya.

Malam hari seorang dokter datang ke kamarnya. Ia memeriksa kondisi Sisy, beruntung tidak ada luka serius ataupun trauma. Hanya luka di kepalanya akibat benturan yang kencang.

Malam telah larut, Sisy masih belum bisa tidur. Ia keluar dari kamar untuk mencari angin segar. Ia melihat Devano yang juga belum tertidur. Sisy menghampiri Devano dan duduk di sebelahnya.

"Thanks ya Lo udah menyelamatkan gue." Ucap Sisy.

"Iya sama-sama. Kebetulan juga aku ada di TKP." Jawab Devano.

"Lo gak balik ke dunia Lo?" Tanya Sisy.

"Dunia Ghaib?" Tanya Devano.

"Gak jelas deh Lo! Ya balik ke negara Lo lah." Jawab Sisy.

"Oh, engga. Masih ada beberapa keperluan yang harus di urus disini. Makanya cepat pulih agar tidak merepotkan ku." Jawab Devano.

"Siapa juga yang meminta lo untuk menyelamatkan gue? Biarkan saja gue mati." Balas Sisy

Sisy kembali ke kamarnya. Ia terus berusaha memejamkan matanya agar tertidur. Tapi tidak juga bisa tidur. Ia masih terbayang-bayang apa yang ia dengar dan ia lihat secara langsung. Sesakit itu yang di rasakan Sisy. Ia kembali menangis di dalam kamar hingga ia tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!