Pom Bensin.

Keith dan Kevin Louis, dua orang bangsawan negara lain. Kini sedang duduk di meja yang sama dengan Kimberly dan Viona, bedanya kini mereka hanya berdua karena dua gadis itu telah pergi. Keith Louis adalah bangsawan Amerika yang sengaja datang ke negara ini untuk mengecek semua bisnis keluarga Louis sekalian menghadiri pesta ulang tahun keponakan mereka yang tidak lain adalah Henry Cold.

Sementara itu, Kimberly dan Viona sudah dalam perjalanan pulang. Dalam perjalanan mereka sudah tidak lagi membahas tentang apa yang terjadi hari ini, mereka sudah bercanda seperti biasanya.

"Kim, bagaimana dengan gaun yang akan kamu gunakan kerumah Henry. Terlalu mencolok atau tidak?" tanya Viona sambil menatap wajah Kimberly.

"Sebaiknya kamu fokus menyetir saja. Hanya pesta kecil untuk apa terlalu mewah, yang penting elegan sudah menandakan bahwa kita adalah tuan putri." jawab Kimberly asal-asalan sambil menatap cermin yang ada di tangannya, nampak jelas wajahnya di layar cermin tersebut.

"Baik nona besar, tapi tuan putri harus mampir ke pom bensin terlebih dahulu sebelum pergi kesana."

Haha haha mereka berdua bercanda di jalan, namun naas langit dengan mendung tebal tanda akan hujan.

"Kenapa tiba-tiba langit gelap seperti hatiku." ucap Viona dengan kesal.

"Memang hujan ingin turun harus lapor dulu kepadamu." jawab Kimberly.

Viona masih fokus menyetir mobil Kimberly tersebut kemudian bergegas untuk menuju pom bensin. Sesampainya di tempat pengisian bahan bakar tersebut Viona mengatakan untuk mengisi full bahan bakar mobil tersebut, walaupun dia adalah nona kaya namun dia tetap ikut mengantri seperti warga lainnya. Antrian saat itu lumayan panjang, Kimberly asik memainkan ponselnya sementara Viona sibuk mengeluh ingin rasanya dia mendirikan pom pribadi namun hal tersebut rasanya tidak adil untuk orang lain.

Tin tin tin tin... mobil mewah berhenti tepat di belakang mobil Kimberly, seseorang yang tidak asing bagi mereka turun dari mobil tersebut kelihatannya orang itu juga hendak mengisi bahan bakar mobil mewahnya.

"Jodoh memang tidak kemana, meja saja rebutan bahkan sekarang antrian juga." ucap Viona sambil menatap ke arah kaca spion mobilnya.

"Siapa yang kamu maksud?" tanya Kimberly sambil mengikuti arah mata Viona.

Dia melihat dua orang laki-laki yang nampak setengah asing namun juga tidak asing.

"Oh orang itu."

Bagaimanapun Kim dan Viona adalah dua orang gadis muda yang jika melihat laki-laki tampan akan membuka mata, namun Viona nyatanya lebih antusias daripada Kimberly.

"Hallo nona kita bertemu lagiii.." ucap Kevin dengan ramah, membuat Kimberly dan Viona yang awalnya tidak tahu kaget bukan kepalang.

"Maaf... maaf aku tidak bermaksud untuk mengagetkan kalian. Tapi sudah tiba antrian kalian namun kalian justru diam disini."

"Tidak apa-apa tuan, kami yang harusnya minta maaf karena membuatmu menunggu hingga harus menegurku." ucap Kimberly dengan senyuman.

Viona ikut tersenyum kemudian secepat kilat kembali menjalankan mobil tersebut dengan santai meninggalkan Kevin yang berdiri masih di tempatnya.

"Kenapa kamu tidak mengucapkan terima kasih?" tanya Kimberly kepada Viona.

"Bukankah harusnya kita berdua yang mengucapkan terima kasih. Kenapa harus aku." bantah Viona.

Kimberly membuka kaca mobilnya kemudian menoleh ke belakang dan melambaikan tangan.

"Terima kasih tuan." ucap Kimberly dengan keras, yang di dengar oleh Kevin dan Keith. Kevin mengangguk dan membalas lambaian tangan tersebut sementara Keith hanya diam bagaikan batu es di dalam mobil.

Viona cengengesan sambil memajukan mobil Kimberly, dia merasa sangat malu hingga pipinya memerah seperti jambu air. Betapa memalukannya dia melamun hingga dilihat dua orang cowok tampan yang menjadi idaman semua orang, mungkin.

Siapa laki-laki itu membuat Kimberly dan Viona berfikir panjang namun dia tidak sadar jika dari kejauhan Kevin masih saja melihat ke arah mobil mereka.

Dengan gugup Viona segera mengisi bahan bakar kemudian membayarnya dengan secepat kilat.

Saat Viona hendak pergi petugas pom tersebut berteriak dengan keras.

"Nona, kembaliannya belum." ucapnya membuat Viona harus menghentikan mobil.

"Kalau aku tidak meminta kembalian, itu artinya kembaliannya buat kamu!." ucap Viona sambil mengulurkan kepalanya keluar dari jendela mobil tersebut.

"Terima kasih nona, saya kira anda lupa." Jawab petugas Spbu tersebut sambil membungkuk.

"Paman, aku masih muda kamu kira aku sudah pikun. Ya sudah paman aku pulang dulu." ucap Viona sambil melajukan mobil tersebut membuat petugas pom tersebut menggaruk-garuk kepalanya walaupun tidak gatal.

Kini giliran Keith dan Kevin yang mengisi bahan bakarnya, masih dengan orang yang sama yang melayani dirinya.

"Tuan apakah anda kenal dua gadis tadi?" tanya Kevin dengan sopan.

"Oh mereka, mereka terbiasa mengisi bahan bakar disini tuan. Mereka adalah Nona Besar Daisy, dan juga nona besar Viona." ucap petugas tersbut sambil tetap fokus mengisi bahan bakar mobil Keith.

"Tuan sendiri siapa, tampaknya saya belum pernah melihat tuan?" tanya petugas itu yang merasa aneh karena mana mungkin ada orang yang tidak mengenali nona besar Daisy.

"Iya paman saya dari luar negeri, kebetulan datang kesini hendak mengunjungi bibi saya." ucap Kevin sambil mengulurkan lembaran uang untuk membayar.

Sementara Keith masih duduk di samping kursi kemudi dengan santainya, dia tidak mengatakan apa-apa namun ikut mendengarkan apa yang di bicarakan Kevin dengan petugas pengisi bahan bakar tersebut. Oh Kimberly, menarik.

Setelah semuanya selesai, Keith dan Kevin melanjutkan perjalanan menuju rumah keluarga Cold mereka ingin mengajak bibinya kembali meninggalkan rumah Cold dan kembali ke keluarga Louis, Karena tuan besar Cold sangat suka bermain wanita Keith dan Kevin sebenarnya di suruh oleh kakek Louis untuk menyadarkan bibinya bahwa di rumah keluarga Cold hanya ada tekanan batin bukan kebahagiaan.

"Menurutmu apakah kita berhasil membawa bibi kembali, jika itu tanpa Paman Cold dan Henry?" tanya Kevin sambil memutar stirnya meninggalkan pom bensin.

"Lebih baik tidak membawa bibi jika harus membawa Henry dan ayahnya, mereka sangat rakus dan gila harta. Kita banyak urusan tidak mungkin selalu menyelesaikan masalah yang akan mereka buat. Menghindari masalah jauh lebih baik daripada mencari masalah." jawab Keith dengan sorot tajam nya.

Keith mengeluarkan telepon genggam nya dia melihat ke arah layar banyak sekali panggilan tidak terjawab dari kakek Louis, kemudian mencroll chat yang di kirim dari kediaman utama.

"Kakek sangat ingin bibi kembali." ucap Keith sambil melihat ke arah Kevin yang fokus mengemudi.

.

.

.

.

ikuti terus kisah ini dengan klik tombol Like, Komen dan Favoritkan.

Jangan lupa untuk follow media sosial saya

Fb : Septiana

ig : dewiseptianareal_

twitter : dewiseptiana21_

email : septhyana3418@gmail.com

Terima kasih dukungannya selamat membaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!