Kimberly dan Viona benar-benar meninggalkan mall besar tersebut, dengan amarah yang mengganjal di dalam dada nya menyisakan orang-orang yang tidak mengerti situasi yang mereka hadapi, tidak merasakan jika sebentar lagi mereka akan menjadi pengangguran.
Dengan kasar nya mereka menutup pintu mobil dan meninggalkan laman parkir mall tersebut, kini gantian Viona yang memegang kemudi sementara Kimberly sibuk dengan ponselnya, dia memerintahkan Joseph sekertaris pribadi ayahnya untuk membeli mall tersebut namun Johan mengatakan hendak mendiskusikan dulu dengan ayahnya ya tentu saja karena membeli sebuah mall tentu saja sangat tidak lah mudah.
Sementara itu sekertaris tuan Lim atau ayah Blair sudah kembali ke perusahaan, raut mukanya cukup puas hari ini karena berhasil mendapatkan baju yang sudah dia incar selama beberapa hari ini.
Namun baru saja dia sampai di perusahaan dia sudah di panggil ke ruangan presdir padahal belum sempat mencoba outer yang dibelinya. Walaupun dengan hati yang tidak senang dia tetap mematuhi perintah karena bekerja di Can's Entertainment gajinya hampir sama dengan bekerja di Daisy Grub.
"Presdir ada keperluan apa anda memanggilku?" ucapnya dengan centil.
"Apakah aku perlu alasan khusus untuk memanggilmu? Memangnya kamu siapa!. Apakah kamu tadi berbelanja dan berebut pakaian dengan dua orang gadis?" dengan amarah yang menggebu tuan Lim menegur bawahannya itu, sama sekali tidak masuk akal wanita yang berani berebut dengan Kimberly.
"Benar tuan."
"Kemasi barang-barang mu dan angkat kaki dari perusahaan ku."
"Tuan apa salahku, apakah karena hal tidak masuk akal anda memecat saya? Sejak kapan anda mengurusi kehidupan pribadi karyawan anda."
"Masih berani berbicara kamu, kamu tau siapa gadis itu? Dia adalah Kimberly Daisy calon pewaris Daisy Group dan satu lagi Viona dia adalah pewaris Saams Property. Kamu mengerti sekarang alasanku memecatmu."
Wanita itu terdiam sejenak tidak di sangka dia berurusan dengan pewaris Daisy, andai saja dia tau dia pasti dia tidak akan melakukan hal itu. Betapa bodohnya dia menghardik orang yang tidak seharusnya dia singgung.
Langkah kaki gemetar menyertai dirinya, kini dia harus melangkah pergi dari perusahaan yang sudah dia tempati selama bertahun-tahun itu, mess gratis yang dia miliki kini sudah hilang dia harus mencari tempat tinggal dan juga membayar semua nya sendirian.
Dengan lesu nya dia mengemasi semua barang-barang nya di perusahaan kemudian kembali ke mess untuk mengemasi pakaiannya, semua itu seperti mimpi dia kini benar-benar tidak memiliki apa-apa gajinya yang sudah dia habiskan untuk membeli baju tersebut.
Langit mendung bergulung-gulung seakan-akan tidak menunjukkan belas kasihan kepadanya, bagaimana hidupnya selanjutnya bahkan tidak ada yang tahu. Wanita itu bernama Briela.
Sementara itu Kimberly dan Viona masih berada di jalan mereka hendak ke restoran seafod untuk mengisi perutnya yang keroncongan.
"Menurutmu bagaimana nasib wanita tadi? Tanya Viona saat mereka sudah memesan tempat terbaik di salah satu resto seafood berbintang."
"Wanita seperti itu tidak layak untuk mendapat uluran tangan. Kenapa aku bilang seperti ini, dia seperti burung kenari yang bermimpi menjadi phoenix, dia bahkan lupa darimana dia berasal. Menurutmu pantaskah orang seperti itu ada di perusahaan Can's."
"Benar sekali, aku juga berfikir dia terlalu sombong karena posisinya."
"Sudah-sudah ayo makan, sangat tidak menyenangkan untuk membahas seorang wanita yang tidak tahu malu seperti itu."
Kimberly dan Viona memesan berbagai menu, mereka makan dengan lahap karena tak sempat makan dari rumah. Saat mereka sedang asik makan dan menikmati hidangan yang ada di depan mereka seorang pelayan tiba-tiba masuk dengan wajah pucat.
"Paman ada apa? Jangan panik katakan saja." ucap Kimberly sambil meletakkan sendoknya.
"Maaf Nona, tuan muda pemilik perusahaan kami hendak menempati ruangan ini. Apakah anda bisa pergi, aku akan menggeratiskan semua hidangan anda."
"Paman aku tau berapa gajimu, jadi tidak mungkin kamu membayar semua ini. Bukan menyepelekan namun kamu pasti masih harus menafkahi keluargamu, dan juga tidak bagus untukku pergi di tengah makan."
"Tapi nona...."
Suaranya berhenti tatkala langkah kaki memasuki ruangan tersebut.
"Sudahlah pak kamu pergi saja menyiapkan hidangan, aku akan berbagi meja dengan orang ini. Lagian aku hanya mampir untuk makan."
Suara berat seorang laki-laki terdengar dengan jelas di telinga Kimberly dan Viona, langkah kaki teratur mendekat rasanya. dua orang laki-laki yang hampir mirip wajahnya melihat ke arah Kimberly dan Viona. Viona menyenggol Kimberly hendak bertanya siapa pria itu namun Kimberly menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Nona apa kamu tidak masalah aku duduk di sini? bukanlah kamu memesan tempat ini lebih dulu."
"Maaf tuan, pelayan itu tidak salah hanya karena hal kecil seperti ini saya tidak keberatan."
"Bagus..." ucapnya Dingin.
Siapa dia siapa laki-laki itu, Kimberly dan Viona seakan-akan bertanya tanya namun tidak berani untuk serius bertanya. Mereka hanya pelan-pelan menyantap makanan tersebut kemudian pamit untuk keluar.
Setelah dua wanita itu pergi, dua laki-laki yang berada di ruangan itu mulai berbicara.
"Siapa mereka berdua? Kenapa dengan santainya bisa masuk ke sini?"
"Kak mereka itu adalah Kimberly dan Viona , keduanya merupakan pewaris dua grub ternama Daisy dan Saams."
"Menarik."
Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya karena tidak lama lagi pelayan datang untuk membersihkan meja dan menyiapkan hidangan baru, membuat dua orang tersebut harus menyudahi perbincangan tentang Kimberly dan Viona.
Dua pasang mata menatap gadis yang sudah mulai pergi menjauh tidak bisa di pungkiri gadis itu begitu menarik perhatian sang pemuda, gadis yang cukup cantik namun dengan kesabaran ekstra. Sebenarnya siapa yang salah, mereka tidak melakukan Reservasi sebelumnya namun mereka telah membeli ruangan itu beberapa tahun lalu dan selalu memakainya ketika datang ke negara ini, apa hak pelayan itu memberikan meja nya kepada orang lain.
"Kak, apa kamu ingin melakukan penyelidikan siapa wanita yang berani menggunakan ruangan pribadi kita?" tanya seorang laki-laki yang jauh lebih muda sambil menuang anggur kedalam gelas.
"Tidak, jika tidak ada izin dari resto tidak mungkin mereka bisa menggunakan ruangan ini. Jadi kamu tahu siapa yang salah? dan gadis itu sudah memaafkan pelayan tersebut jadi jangan di perpanjang. Sebaiknya kita segera makan dan pergi ke rumah keluarga Cold, aku ingin melihat tampang sempurna paman dan keponakanku itu."
"Biasanya kamu tidak suka pesta macam ini, kenapa tiba-tiba tertarik untuk datang."
"Karena aku ingin mereka membayar semua perbuatannya di masa lalu."
Setelah mengatakan itu tidak ada lagi obrolan yang di lanjutkan, sungguh berat ketika semua berkaitan dengan dendam di masa lalu.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments