Pov Raka
Sesampainya di kamar aku menutup pintu Kemudian berjalan mendekat ke arah laptop, lalu menyalakan MP Player untuk memutar lagu-lagu melow kesukaanku. setelah musik diputar, aku mengalihkan kursor ku membuka Microsoft Word lalu menulis cerita yang sudah lama tidak terselesaikan, setelah mendapat beberapa halaman nanti aku akan melanjutkan dengan menulis cerpen untuk dipajang di mading sekolah.
Kira-kira pukul 08.00, pintu kamarku ada yang mengetuk membuatku mengetikkan aktivitas mengetik, lalu menatap ke arah datangnya suara.
"Masuk aja Pah, nggak dikunci...," ujarku yang menyangka bahwa orang yang mengetuk adalah bapak.
"Ini Ibu Raka, bukan bapak. Oh Iya, Ibu boleh masuk?" tanya ibu dari luar membuatku sedikit mengerutkan dahi, karena tidak seperti biasanya Ibu mendatangi kamarku. dia lebih memilih berbicara dengan Mbak Vira, mungkin karena mereka sama-sama perempuan.
"Oh Ibu, sebentar bu.....!" jawabku sambil bangkit kemudian berlari menuju ke arah pintu untuk mempersilahkan wanita yang sangat mencintaiku.
"Lagi apa?" tanya ibu sambil memindai area sekitar kamarku.
"Biasa Bu lagi nulis cerpen buat dipajang di mading sekolah," jawabku sambil duduk di samping ibu yang sudah duduk duluan di tepian kasur. "Oh iya ada apa tumben-tumbenan ibu masuk ke kamar Raka?" lanjutku bertanya sambil menatapnya.
"Nggak apa-apa, Ibu hanya mau ngobrol saja dengan anak ibu, karena selama ini Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga kita tidak banyak waktu untuk berbicara, sampai-sampai Ibu lupa kalau kamu sudah menginjak usia remaja. maafkan Ibu kalau selama ini Ibu kurang perhatian," ujarnya sambil mengusap lembut punggungku padahal setiap hari kita selalu mengobrol, baik ketika sarapan atau makan malam, namun obrolan hanya sebatas biasa saja tidak serius ini sampai mengobrol berdua di kamar.
"Nggak kok Bu, Raka sangat bangga memiliki seorang ibu yang sangat berdidikasi dengan keluarganya. meski Ibu capek pulang dari kerja, tapi Ibu tetap mengurus dan merawat keluarga dengan sangat baik sampai-sampai tidak menggunakan ART. seharusnya Rakalah yang harus meminta maaf, kalau selama ini Raka hanya menyulitkan ibu," jawabku dengan nada Parau, karena selama hidup aku belum bisa menjadi kebanggaan keluarga, walaupun aku bisa menulis tapi itu belum memberikan pencapaian apapun dalam hidupku.
"Sudah kamu jangan ngomong seperti itu, karena kita memiliki tugas masing-masing. Ibu memiliki tugas untuk merawatmu, mendidikmu, sampai kamu dewasa, Sampai kamu bisa menentukan pilihan hidupmu sendiri. dan tugas kamu sekarang sebagai seorang anak hanyalah belajar."
"Iya Bu, terima kasih atas peringatannya?"
"Oh iya, kalau Ibu boleh tahu kenapa akhir-akhir ini Ibu perhatikan kamu lebih banyak diam, meski kamu seorang pendiam, tapi diamnya sekarang tidak seperti diam yang dulu-dulu, kamu sedang punya masalah. coba cerita sama ibu siapa tahu ibu bisa membantu?"
Tanya ibu membuatku menundukkan pandangan, lidahku terasa kelu tidak sanggup menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, karena ibu sangat berbeda dengan bapak, ibu orangnya walaupun terlihat lembut namun tegas, beda dengan bapak walaupun tegas tapi dia masih suka bercanda, sehingga sosok mereka sangat penting dalam hidupku yang masih mencari jati diri.
"Mohon maaf kalau ibu mau memberikan sedikit masukan sama kamu, karena kamu adalah anak laki laki ibu satu-satunya. Seperti yang sudah tadi ibu bilang kalau kita memiliki tugas masing-masing, kamu sebagai anak tugasnya hanya belajar tidak lebih dari itu. ibu ingin suatu saat nanti kamu menjadi orang yang sukses , agar kehidupanmu bisa lebih baik, jadi ibu harap sekarang kamu jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan masa mudamu, hanya untuk memikirkan hal yang tidak penting. kalau masalah perempuan itu tidak harus dipikirkan, Ibu yakin ketika kamu sudah mapan, kamu sudah dewasa, kamu sudah bisa menentukan pilihan. maka perempuanlah yang akan datang kepadamu untuk meminta diresmikan menjadi suaminya, karena yang perempuan lihat bukan seberapa ganteng kamu, seberapa gagah kamu, tapi yang perempuan lihat seberapa mampu kamu untuk membimbingnya untuk menjadi pelindungnya. jadi sekarang kamu persiapkan diri agar kamu bisa menjadi pemimpin, agar bisa melindungi keluarga seperti bapakmu." Nasehat Ibu panjang lebar seolah Dia sangat mengerti tentang apa yang sedang aku rasakan sekarang.
Mendengar nasehat dari ibu, aku hanya menundukkan pandangan tak berani mengangkatnya, karena Apa yang dibicarakan oleh ibu terasa menusuk ke dalam hati sanubariku. aku merasa benar-benar bersalah karena sudah menyia-nyiakan kesempatan terbaik dalam hidupku untuk belajar, aku malah lebih memilih berpacaran yang aku anggap bisa memberikan kebahagiaan, kesenangan, dalam menikmati masa muda. tapi prasangkaanku salah, ternyata merasakan Rasanya jatuh cinta itu tidak sepenuhnya manis.
"Ya sudah, kamu sudah salat belum?" tanya ibu mengalihkan pembicaraan, tangannya mulai mengelus kembali pundakku seolah sedang mentransfer kekuatan.
Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban, karena dari tadi semenjak aku naik dari lantai bawah, aku terfokus menulis, meluapkan kegundahanku dengan paragraf-paragraf cerpen yang aku buat.
"Kalau begitu, kamu salat dulu biar kamu tenang....! Nanti lanjutkan lagi tulisannya," lanjut Ibu sambil mengulum senyum kemudian dia pun bangkit dari tempat duduk, lalu berpamitan untuk keluar dari kamarku.
Seperginya ibu, aku menarik nafas dalam. mataku terus menatap ke arah pintu yang sudah tidak terlihat apa-apa, pikiranku kembali mengingat nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua, bahwa tugasku adalah belajar yang giat agar kedepannya aku bisa sukses.
"Benar, aku harus tegas dengan Devina. aku tidak boleh tertipu lagi, Tugasku hanya belajar, aku tidak boleh berpacaran karena ini sangat mengganggu tujuan hidupku." gumamku sambil meremas sprei kemudian bangkit dari tempat duduk lalu menutup pintu yang masih terbuka.
Setelah pintu kamarku tertutup, aku pun menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. selesai mengambil air wudhu Aku mempause MP Player, agar tidak mengganggu kekhusuan ketika beribadah.
Selesai melaksanakan salat Isya, aku meneruskan kembali tulisanku yang tertunda, karena tadi ada ibu yang menasehati. Setelah sekian lama berkutat dengan keyboard dan layar laptop, akhirnya cerpenku selesai dibuat. dengan segera aku mengirimkan filenya ke printer untuk dicetak.
Setelah print out keluar, aku mematikan laptop kemudian merapikannya seperti semula, lalu menuju ke kasur untuk membaringkan tubuh, mengistirahatkan dari segala Belenggu dan keraguan yang kualami akhir-akhir ini.
Mataku Menatap plafon yang terlihat samar, karena lampu kamarku sudah diganti dengan lampu tidur. khayalanku kembali ke masa-masa indah bersama Devina, di mana setiap hari kita selalu dihiasi dengan senyum, namun ketika aku mengingat hubungan yang akhir-akhir ini terasa sangat membosankan, Aku menarik nafas dalam tidak sanggup memikirkan hal itu.
Terlarut dalam pikiran dan khayalan, akhirnya aku masuk ke alam bawah sadarku, mengistirahatkan tubuh setelah seharian belajar tentang kehidupan. aku terlelap dalam tidur, mengistirahatkan pikiran yang bekerja ekstra untuk memahami sikap makhluk yang bernama wanita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments