Tanpa disadari oleh Nadia, telah tumbuh benih-benih kebencian Rani terhadap dirinya, yang akan membawa malapetaka besar bagi kehidupan Nadia kedepannya.
.
Bel sekolah pun berbunyi, pertanda segala kegiatan disekolah hari ini telah usai. Semua murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
Sama halnya dengan Nadia. Perlahan-lahan Nadia merapikan semua bukunya dan memasukkannya kedalam tas.
"Eh Nad, pulang ini lho mau bareng sama gue nggak? gue anterin," tanya Mirna.
"Nggak usah Mir, kayaknya hari ini aku mau mampir ke toko buku dulu deh, laen kali aja ya," jawab Nadia.
"Oke Nad, kalo gitu gue duluan ya, udah ditunggu sopir gue didepan," kata Mirna sambil berlalu dari hadapan Nadia menuju ke luar kelas.
"Yoi ... salam bwt pak Joko ya!" teriak Nadia kepada Mirna yang sudah mulai hampir menghilang dibalik pintu kelas.
Setiap harinya Mirna memang selalu diantar jemput oleh sang sopir pribadi keluarganya, yaitu pak Joko.
Mirna termasuk dari kalangan orang yang berada. Arah rumah Mirna memang searah dengan rumah Nadia. Rumah Mirna berada dikawasan kompleks perumahan mewah, yang letaknya di sebelah daerah kampung tempat tinggalnya Nadia.
Setelah selesai memasukkan semua buku dan peralatan tulisnya, Nadia langsung bergegas keluar kelas, karena ternyata semua temannya sudah pulang, dan hanya dia yang tertinggal sendiri di dalam kelas.
Hari ini Nadia berencana ingin membeli sebuah buku Novel. Sebelum berangkat sekolah tadi Nadia sudah minta ijin kepada ibunya untuk pergi membeli novel, dan tidak bisa ikut membantu berjualan diwarung makan milik ibunya.
Memang sedari dulu Nadia sangat suka membaca novel, walaupun dia tidak mengkoleksi buku-buku novel itu, tapi setidaknya dia mempunyai beberapa buku novel yang cukup populer dirumahnya.
Selebihnya kadang dia meluangkan waktu sejenak untuk membaca novel-novel yang ada di perpustakaan sekolah, atau di perpustakaan umum milik pemerintah.
Dengan menaiki bus Transjakarta, akhirnya Nadia sampai juga di salah satu toko buku yang terkenal di Jakarta.
Disana Nadia tampak semangat sekali untuk mencari-cari novel yang bagus untuk dibelinya.
Dia memilih buku novel itu dari rak satu ke rak yang lainya, sambil melihat dan membaca deskripsi dari novel-novel tersebut.
Beberapa waktu berlalu, namun tak kunjung juga ia mendapatkanya.
Akhirnya mata Nadia tertuju kepada rak yang paling atas. Disana dia melihat judul buku novel yang dianggap cukup menarik perhatian nya, judul novel tersebut adalah rahasia cinta.
Nadia mencoba untuk meraih buku novel tersebut, namun tampaknya dia cukup kesulitan, karena posisi buku novel itu terletak di bagian tengah rak paling atas.
Dia mencoba melihat ke kanan dan ke kiri sekiranya ada orang atau pelayan toko yang bisa membantunya.
Setelah dilihat-lihat tapi ternyata tidak ada, karena semua orang sedang sibuk.
Beberapa pelayan toko juga sedang melayani pembeli buku lainnya, dan ada beberapa orang yang sedang mengangkat tumpukan buku-buku.
Akhirnya terpaksa Nadia berusaha mencoba meraihnya lagi sendiri, sambil bersusah payah dengan menjinjitkan kakinya dia berusaha menggapai buku novel tersebut, karena buku novel tersebut tinggal stock satu-satunya yang tersisa.
Selang beberapa saat kemudian dia perlahan-lahan, sedikit demi sedikit berusaha mengeluarkan buku novel tersebut dari himpitan buku-buku novel lainnya.
Tanpa disadarinya dari arah belakang ada tangan lain yang berhasil mengambil buku novel tersebut dengan mudahnya.
Akhirnya Nadia pun berhenti menjinjitkan kedua kakinya, dan kemudian menoleh kebelakang. Betapa terkejutnya dia, karena orang yang mengambil buku novel incarannya itu adalah orang yang dia kenal.
Orang tersebut adalah teman sekelas nya, yakni teman baru yang begitu populer karena ketampanan nya, yaitu Ricky.
Setelah Nadia menoleh dan membalikkan badannya kebelakang, dia melihat Ricky yang berdiri tepat dibelakangnya, dengan tangan kanan Ricky masih terangkat keatas memegang buku novel yang diambilnya tadi.
Karena sangat dekat sekali, tubuh Ricky hampir saja mengenai tubuh Nadia, bahkan karena terlalu dekatnya, bau parfum dan aroma dari tubuh Ricky dapat tercium dengan jelas oleh Nadia.
Hal itu membuat Nadia terdiam dan terpaku dalam lamunannya, bagai terhipnotis dengan aroma tubuh yang wangi itu.
Beberapa saat kemudian Nadia terjaga dari lamunannya itu, dikarenakan panggilan Ricky yang mencoba memanggil namanya berulang kali.
"Nadia ... Nadia ... Nadia ... hei, kamu benar Nadia kan?" panggil Ricky sambil menggerakkan telapak tangan kirinya, ke arah depan wajah Nadia (seperti orang da da, say goodbye) mencoba menyadarkannya.
"Eh, i-ya ... a ... ku Nadia," jawab Nadia terbata-bata.
"Are you okey? kamu menginginkan buku novel ini?" sapa Ricky, mencoba meyakinkan Nadia yang masih dalam kondisi grogi dan kaget.
"Iya, a-aku baik-baik saja, aku gak kenapa-kenapa koq," ujar Nadia berusaha bersikap tenang dan meyakinkan Ricky.
"Iya, aku sangat menginginkan buku novel itu. Aku udah berusaha meraihnya, tapi karena letaknya terlalu tinggi, jadi sulit bagiku untuk mengambilnya. Atau karena aku yang kependekan ya orangnya, hehehe ..." jawab Nadia sambil tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya.
"Mana bukunya, boleh aku ambil sekarang, kan?" pinta Nadia.
"Boleeeehh ... tapi dengan satu syarat," jawab Ricky dengan tersenyum simpul dan mulai berjalan membelakangi Nadia.
Nadia pun segera mengejar untuk mendahului Ricky.
"Ricky, tunggu ... tunggu dulu ... syarat apaan sih? kan aku dulu yang menemukan buku itu, masa harus ada syarat-syarat lagi untuk mendapatkan nya, iiiih ... Ricky!" kata Nadia yang mulai terlihat kesal.
"Please dong, berikan buku itu yaaaaa," rayu Nadia, sambil memperlihatkan wajah innocentnya.
"Hahaha ... ternyata kamu kalau merengek begini terlihat imut juga," kata Ricky yang kaget melihat ekspresi wajah Nadia.
"Apa-apaan sih, siapa yang merengek, aku ini serius beneran tau," balas Nadia dengan pipi mulai memerah tersipu malu.
Ricky berjalan menuju sudut ruangan yang kemudian diikuti Nadia dari belakang.
"Okey ... okey ... aku akan berikan buku ini. Tapi, eits ... satu syarat tadi masih tetap berlaku," kata Ricky sambil membolak-balik buku novel yang dipegangnya itu dan mendekatkan wajahnya kedepan wajah Nadia.
"Iya ... iya ... cepat syarat apa yang kamu inginkan, tapi jangan yang aneh-aneh lho, aku nggak akan menurutinya, kalau kamu beri syarat yang aneh-aneh," gerutu Nadia sembari memalingkan muka mencoba menjauhi wajah Ricky yang tepat berada didepannya.
Kemudian Ricky pun berkata, "tenaaang, syaratnya gampang, very ... very simple, karena aku baru pindah ke Jakarta, jadi aku belum begitu punya banyak teman."
"Jadi, hari ini aku cuma mau kamu menemani ku makan di cafe sebelah, bagaimana kamu mau atau tidak?"
Ricky berjalan menuju ke kasir tanpa menghiraukan Nadia, yang sedang berpikir tentang syaratnya itu.
Ricky dengan segera membayarkan sejumlah uang kepada kasir untuk mendapatkan buku novel yang diperebutkan tadi dengan Nadia.
Nadia yang tadinya masih berdiri terpaku, berpikir tentang syarat dari Ricky tadi, akhirnya baru menyadari bahwa Ricky sudah pergi meninggalkannya dan sudah membeli buku novel yang dia inginkan tadi.
Dengan tergopoh-gopoh Nadia berlari keluar toko buku mengejar Ricky, sambil memanggil-mangil Ricky.
"Rick ... Ricky ... tunggu aku dong, kenapa kamu meninggalkan aku? dan kenapa kamu langsung membeli buku itu?"
"Buku ini kan yang dapat aku duluan, jadi siapa cepat dia yang dapat!" jawab Ricky dengan puasnya.
"Okey ... okey ... demi buku itu, aku setuju dengan syaratmu tadi. Baiklah aku akan menemanimu makan dicafe itu," jawab Nadia sambil melihat arah cafe yang disyaratkan Ricky tadi.
Ricky tersenyum lebar, karena ia sudah berhasil mengajak Nadia untuk menemaninya makan siang.
Keduanya pun berjalan perlahan beriringan menuju cafe X.
Sesampainya di cafe itu, Ricky segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk nya.
Pada cafe tersebut ada beberapa model tempat duduk. Ada kursi yang terbuat dari kayu, dan ada beberapa model kursi sofa kecil yang saling berhadapan dengan meja kayu persegi ditengahnya.
Ricky mengambil posisi tempat duduk sofa yang berada disudut ruangan cafe. Kemudian Ricky segera memanggil waiters untuk memesan menu makanannya.
Sedangkan Nadia sudah duduk di sofa tersebut berhadapan dengan Ricky.
Ricky membaca daftar menu yang diberikan waiters tadi, kemudian tanpa basa-basi menanyakan dahulu menu apa yang diinginkan Nadia, Ricky justru langsung memesan.
Cheesse sausage steak 2 porsi, 1 porsi cemilan pisang goreng crispy dan minumnya 2 avocado cream.
Setelah selang beberapa saat, akhirnya pesanan pun datang. Waiters kemudian mempersilahkan mereka untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.
Dengan tanpa ragu, Ricky memakan lahap steak yang ada didepannya. Sedangkan Nadia masih terdiam menatap wajah Ricky yang dengan santainya menikmati hidangan tersebut.
Serasa tak percaya apa yang sudah terjadi dihari ini, tidak disangka disaat ini dia tengah duduk makan berdua dengan Ricky, pria yang populer disekolahnya.
Apakah ini nyata? apakah ini hanya mimpi? Didalam hati ia berkata, "betapa tampannya sosok pemuda yang berada didepanku ini, walau sekarang dia sedang makan, tapi tetap saja, tidak akan mengurangi kadar ketampanannya, huff sungguh luar biasa."
Didalam benak Nadia, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul yang tidak bisa dia mengerti.
Ricky yang sedari tadi makan, akhirnya berhenti sejenak dan kemudian menatap wajah Nadia. Ricky pun berkata,
"ada apa Nad, kenapa gak dimakan? kamu gak suka ya dengan menu yang kupilihkan ini?"
Nadia yang sedari tadi sedang melamun, akhirnya sadar dan kemudian menjawab pertanyaan dari Ricky, "eeeemm ... nggak koq ... bukan begitu. Sebenarnya aku cuma sedang berpikir aja."
Nadia berhenti berkata-kata,, sambil berusaha mengalihkan pembicaraannya itu dengan menyantap makanan yang sudah sedari tadi dihidangkan diatas meja itu.
"Apa yang kamu pikirkan Nad? kamu memikirkan aku yaaaa? tanpa canggung Ricky bertanya seperti itu pada Nadia.
"Aaaagh ... enak aja, nggak juga kali ... kamu jangan ge-er yaaaaa," kata Nadia berusaha menutupi tingkah groginya agar tidak diketahui Ricky.
"Kiraaaain ... kamu sedang memikirkan aku, hahaha ..." goda Ricky kepada Nadia.
"Oh ya, kamu tadi kesini naik apa dan rumah kamu dimana Nad? nanti biar aku anterin kamu, kan ini sudah siang," kata Ricky berusaha lebih akrab dengan Nadia.
"Aku tadi naik bus, tapi kayaknya gak perlu deh, rumahku dekat daerah sini koq. Jadi kamu gak usah repot-repot, nganterin aku. Aku gak kenapa-kenapa," tolak Nadia secara halus.
"Okey, kalau memang mau mu gitu, aku gak akan memaksa. Besok-besok kalau aku mau makan diluar lagi, kamu tentu ada waktu dong buat nemenin aku, kayak hari ini? hehe ..." candaan Ricky kepada Nadia.
"Yeeeee, aku hari ini mau nemenin kamu makan karena syarat yang kamu ajukan tadi. Demi buku novel. Sekarang, mana buku novel tadi? aku kan udah ngelakuin syarat mu itu," kata Nadia sambil menyodorkan tangannya kepada Ricky, meminta buku itu kembali.
"Hai nona maniiiiis, aku gak akan mengingkari janji aku tadi, cumaaaan ... karena buku ini sudah terlanjur aku bayar, jadiii ... alangkah baiknya aku baca terlebih dahulu ya, baru akan aku berikan kepadamu nanti, kalau sudah selesai," sambil berdiri dan meletakkan uang diatas meja, Ricky segera melarikan diri keluar dari cafe tersebut, meninggalkan Nadia yang masih terperanga, melihat kejadian hari ini.
Nadia yang masih kaget, karena Ricky berusaha mengingkari janjinya tadi. Sangat kesal sekali.
Dia berusaha mengejar Ricky keluar cafe, tapi sayang tidak bisa terkejar, karena situasi dijalan yang ramai, padat, banyak orang berlalu lalang, dan Ricky pun sudah pergi mengendarai mobil yang ia gunakan tadi.
"Awaas ya, kamu Ricky! tunggu saja besuk disekolah! iiiiiiiiih ... gemes ... gemeeeeesh!" ucap Nadia, dengan begitu kesalnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Joko
bagus banged, sampai tersentuh
2023-04-07
0
ranti
Buat novel ini sekalian thor
2023-03-27
0
Danu Kusuma
saya selalumengikuti cerita ini... semakin lama semakin penasaran...
2023-03-27
0