Melihat Ibra menangis, membuat Mila menatapnya dengan iba. Namun, apa yang bisa Mila perbuat, sebab keputusannya saat ini tidak bisa diganggu gugat, bahkan Mila pergi dari rumah ini juga disebabkan oleh Ibra, mantan suaminya sendiri.
"Sudah lah Mas, jangan menangis lagi dan coba Mas menata hidup lagi dan Mila yakin, Mas akan bahagia bersama dengan wanita lain," ucap Mila yang membuat Ibra terus tetap menggelengkan kepalanya.
"Oh iya Mas, jika selama ini Mila ada salah dengan Mas Ibra, maka Mila minta maaf sedalam-dalamnya dan juga Mila minta maaf atas kekurangan Mila selama menjadi istri Mas Ibra," jelas Mila kembali dan setelahnya kembali mengemas seluruh pakaian miliknya.
Selama Mila mengemas pakaiannya, selama itu pula Ibra masih tetap bergeming di tempatnya. Bahkan mata Ibra terus saja menatap Mila yang menyusun pakaiannya satu per satu ke dalam kopernya.
Setelah semua sudah selesai, Mila baru menyimpan kopernya di samping sisi ranjang. Setelah itu melakukan peregangan otot sejenak dan kembali menuju ke kamar anak-anaknya untuk mengemas pakaian milik kedua anaknya.
Saat Mila menoleh, alangkah terkejutnya saat melihat Ibra, mantan suaminya terus menoleh ke arahnya, sehingga mau tidak mau, Mila mendekat ke arah Ibra.
"Mas, apa sedari tadi Mas masih di sini?" tanya Mila.
"Iya, Mas sedari tadi di sini, terus menatap ke arah kamu yang sedari tadi mengemas pakaian, oh iya Mila, apakah tidak sedikit pun terbesit di dalam hati kamu untuk tetap tinggal di sini bersama Mas, karena Mas masih tetap tidak sanggup untuk kehilangan kamu dan anak-anak kita," ujar Ibra yang masih terus saja memohon kepada Mila.
"Aku tetap teguh pada pendirian yang aku buat Mas, sekali tidak ya tidak, aku pokoknya tetap pada keputusan yang aku miliki," jawab Mila, setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Ibra seorang diri di kamar milik mereka berdua.
Saat ini, Mila sudah berada di dalam kamar anaknya, beberapa koper sudah Mila siapkan untuk mengemasi seluruh pakaian milik Andrew dan juga Syifa. Tanpa berlama-lama, Mila langsung bergegas memasuki seluruh pakaian anak-anaknya ke dalam koper.
Sementara itu, Ibra yang ditinggal begitu saja oleh Mila, kembali mendorong kuat kursi rodanya dan hendak menyusul Mila kembali ke dalam ruangan anak-anaknya.
Ibra melihat dengan seksama, bagaimana telatennya Mila mengemasi seluruh pakaian anak-anak mereka.
"Huh, akhirnya selesai juga, sekarang tinggal memanggil anak-anak untuk segera bersiap pergi ke rumah orang tua ku," ucap Mila yang sudah selesai menaruh koper anak-anaknya di sisi ranjang, sama seperti dia menaruh kopernya sendiri.
Saat Mila kembali keluar dari kamar anaknya, lagi dan lagi Mila melihat Ibra yang menatap ke arahnya sendiri dan kembali berulang mengatakan perkataan yang sama yaitu untuk tetap berada di rumahnya. Tentu saja, Mila kembali menolak dengan keras atas perkataan Ibra tentang dirinya yang harus tetap berada di rumah ini.
Sekitar satu jam lamanya, akhirnya Mila dan anak-anaknya telah selesai membersihkan diri, bahkan saat ini seluruh koper miliknya beserta anak-anaknya sudah berada di luar dan hendak dimasukkan ke dalam mobil milik Mila.
"Mila, sekali lagi Mas mohon sama kamu jangan pergi dari rumah ini, apa lagi kamu perginya bersama anak-anak sayang," ucap Ibra dengan frustasi.
"Mas, izinkan Mila untuk pergi dari sini bersama dengan anak-anak, Mas kan tidak sendirian, soalnya di rumah ini masih ada Bibi Wati dan juga nantinya akan ada Siska beserta anak-anak kalian di masa depan," balas Mila. Setelah itu, kembali masuk ke dalam mobilnya dengan diikuti oleh Andrew dan juga Syifa.
Saat mobil Mila sudah pergi dari kediaman Ibra, di saat itulah rasa frustasi mulai menyerangnya, bahkan Ibra berteriak begitu keras, saat Mila dan anak-anaknya telah pergi meninggalkan rumah yang di dalamnya terdapat kenang-kenangan bersama dengan mereka selama delapan tahun.
"Mila, Mas mohon jangan tinggalkan Mas sendirian sayang!" kata Ibra dengan keras.
Melihat Ibra seperti orang frustasi, membuat Bibi Wati langsung menenangkan majikannya dan seraya memberikan semangat untuknya.
"Tuan Ibra, jangan seperti ini, Bibi tahu rasanya ditinggalkan, tapi seiring berjalannya waktu pasti Tuan Ibra bisa ikhlas menerima semuanya," imbuh Bibi Wati dengan memberikan sedikit kata-kata penyemangat untuk Ibra.
Seminggu setelah kepergian Mila dan anak-anaknya, Ibra masih tetap saja seperti orang frustasi. Bahkan terkadang Ibra merasakan sedih, marah dan senang secara bersamaan. Persis seperti orang yang sedang mengalami depresi berat.
Untung saja, Bibi Wati yang telah lama mengabdi kepadanya, masih terus mengupayakan untuk kesembuhan Ibra, bahkan tak tanggung-tanggung. Bibi Wati kerap kali mencari alamat rumah Mila, hanya untuk bertanya kapan Mila mengunjungi Ibra, karena saat ini Ibra mulai mengalami depresi berat.
"Bibi, apa mereka mau menemui Ibra, apakah mereka sudah datang Bibi?" tanya Ibra yang selalu berulang kali menanyakan terkait kedatangan Mila dan anak-anaknya yang tidak pasti.
"Sabar ya Tuan, Bibi akan terus mengusahakan untuk kedatangan Nyonya dan anak-anak Tuan," jawab Bibi Wati dengan raut wajah sedih, saat melihat kondisi Ibra seperti orang yang tidak terurus.
Sementara itu, di sisi lain Mila sudah mulai menata hidupnya. Bahkan saat ini, Mila masih tengah disibukkan oleh segudang pekerjaan yang telah dia lewatkan selama satu minggu.
"Akhirnya janda muda kita sudah mulai bekerja, bagaimana Bu Mila masih semangat kan kerjanya," goda Cika, salah satu sahabat sekaligus rekan kerja Mila.
"Ck, tentu saja aku sudah bekerja Cika, mana mungkin aku terus meratapi nasibku, kan laki-laki masih banyak di luar sana yang mungkin mau denganku, apa lagi visi dan misi ku saat ini adalah mencari berondong tampan dan juga kaya," balas Mila yang gantian menggoda Cika.
"Iya lah Bu Mila, kalau mau berondong itu kan ada Pak Arya, kalau mau gas saja khusus buat Bu Mila," sahut Cika kembali yang mendapatkan pukulan dari Mila, sebab Arya yang dia sebutkan adalah bos mereka sendiri.
Jika sampai tahu kalau mereka sedang membicarakan bos mereka sendiri, maka bisa dipastikan akan ada pemecatan untuk Mila dan juga Cika. Sebab bos mereka yang bernama Arya adalah seorang atasan yang sangat tegas dan paling anti kalau ada yang membicarakannya dari belakang.
"Aduh, iya maaf Mila, lain kali aku tidak akan membicarakannya, mana mungkin juga sih kalau Bos Arya ada di sini," ucap Cika sembari mengusap kepalanya yang habis dipukul oleh Mila.
Mendengar ucapan Cika, membuat Mila hanya bisa meneguk air liurnya saja, sebab orang yang mereka bicarakan sedari tadi, tengah menatap tajam ke arah mereka berdua.
"Sudah lah, tamat riwayatku saat ini juga," batin Mila dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
cari siksa yg kmu pilih. ibra apa msh mau ngk dgn kamu yg infalit
2025-01-16
0
Khairul Azam
kasihan jg sih si ibra, tp ya mau gimana lg itu karna kesalahannya sendiri ya 🤭🤭
2024-10-19
0
Rahma Inayah
raskan km ibra hdp dlm kesendirian tnp ank dan istri mu ..yg sdh km sia2 kn dl pas sehat km kmn yg ad km acuh dan cuek stlh km lumpuh hdp dlm penyesalan krn gk ada yg perhatian dan peduli sama kamu ...karma di bayr lunas
2023-05-06
2