Keesokan harinya, Ibra sudah bisa pulang ke rumahnya. Dengan dibantu oleh Mila, perlahan-lahan Ibra menduduki kursi roda yang saat ini akan menemaninya selama masa penyembuhan kakinya.
"Sebentar ya Mas, biar Mila bantu untuk Mas duduk di kursi roda ini," ucap Mila yang memanggil dua orang perawat untuk membantu mantan suaminya.
Memang benar, bantuan Mila hanya berupa memanggil dua perawat saja, sebab untuk dirinya sendiri tidak mungkin membantu Ibra secara langsung karena dirinya diharamkan untuk menyentuh Ibra.
Setelah Ibra duduk di kursi roda dengan posisi nyaman, barulah Mila mendorong kursi roda itu keluar dari rumah sakit.
Sepanjang perjalanan dari lorong rumah sakit, dapat Ibra rasakan kalau Mila sedikit kesusahan saat mendorong kursi rodanya. Ibra tahu kalau bobot badannya dengan sang mantan istri terbilang cukup jauh, sehingga dirinya mengerti kalau Mila saat ini sedang bersusah payah mendorong kursi rodanya. Walaupun tanpa kata yang keluar dari mulut Mila, saat dirinya tengah kesusahan mendorong kursi roda yang di duduki oleh Ibra.
"Maafkan aku ya Mila yang selalu menyusahkan kamu, karena aku membuat kamu kesusahan mendorong kursi roda ini," ucap Ibra dengan pelan dan dengan kepala yang menunduk.
"Tidak apa-apa Mas, kamu tidak menyusahkan kok, jangan pernah mengatakan hal itu lagi ya, sekarang yang paling penting Mas sudah sembuh," jawab Mila dengan santai sehingga membuat Ibra kagum akan mantan istrinya itu.
Setelah sampai di bawah lantai satu rumah sakit, Ibra lalu duduk di mobil milik Mila dengan dibantu oleh satpam penjaga rumah sakit dan setelahnya, Mila lalu mulai mengendarai mobilnya.
Sepanjang perjalanan arah pulang, tidak ada percakapan satu pun yang keluar dari kedua mulut Ibra dan Mila. Dapat dilihat, saat ini Mila tengah fokus mengendarai mobilnya, sementara Ibra hanya menatap Mila dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.
"Eh anu, apa bisa kita berhenti sebentar di toko depan sana?" tanya Ibra.
"Mau ke toko yang mana ya Mas, kan di depan sana hanya ada toko mainan saja," ucap Mila, namun fokus matanya masih mengarah ke jalan.
"Iya, Mas mau kita berhenti sebentar di toko itu untuk membeli mainan untuk anak kita," jawab Ibra yang membuat Mila terperangah, karena selama dirinya menikah dengan Ibra, tidak sedikit pun Ibra pernah memberikan sesuatu benda atau barang untuk anak-anaknya, dan sekarang entah setan mana yang merasuki dirinya, tiba-tiba saja Ibra memintanya untuk berhenti sejenak, hanya karena untuk mampir ke toko mainan untuk membelikan mainan anak-anaknya.
Setelah berhenti tepat di depan toko yang ditunjuk Ibra, dengan segera Mila meminta petugas yang ada di toko itu untuk membantunya mengangkat Ibra ke kursi rodanya. Kemudian setelahnya, barulah Mila mendorong kursi roda Ibra memasuki toko mainan tersebut.
Terlihat di dalam toko itu, banyak sekali aneka ragam mainan yang sangat menyita perhatian Ibra. Jika diingat-ingat, baru kali ini semur hidup Ibra masuk ke dalam toko mainan.
"Mila, kira-kira mainan yang cocok untuk Andrew yang mana ya, soalnya menurut Mas bagus semua mainan ini dan oh iya, Mas lupa kalau untuk boneka, cocok yang mana ya dengan Syifa?" tanya Ibra yang memang sedari dulu tidak tahu selera mainan anaknya.
"Mas, kalau untuk Andrew, belikan saja mainan mobil apa pun, karena dia jika diberikan apa pun, pasti diterima dan jika untuk Syifa, lebih baik belikan kotak pensil saja, karena sedari dulu Syifa menginginkan sebuah kotak pensil," jelas Mila yang memberikan penjelasan kepada Ibra.
Seketika itu juga, Ibra mengangguk dan secepatnya mengambil sebuah mainan mobil yang tampak besar dan juga sebuah kotak pensil berbentuk rumah. Dengan ini, semoga saja anak-anaknya senang akan hadiah darinya.
Selepas membayar semua mainan yang dia beli, sekarang Mila dan Ibra kembali ke dalam mobilnya untuk segera pulang ke rumahnya yang jaraknya tidak cukup jauh dari toko mainan ini.
Baru Lima belas menit, Mila dan Ibra telah kembali pulang ke rumahnya. Saat di depan rumah, kedua anak mereka yaitu Andrew dan Syifa langsung berlari kecil menuju ke arah Mila tanpa melihat ke arah Ibra.
Tentu saja melihat respon anak-anaknya membuah hati Ibra kembali sakit, apa lagi saat ini posisi tangannya terbuka lebar hendak memeluk kedua anaknya.
"Mama, akhirnya pulang juga, Syifa kangen tahu, sudah dua hari ini Mama tidak memeluk Syifa saat tidur," ucap Syifa, bocah perempuan yang baru berusia lima tahun.
"Iya Ma, padahal Andrew kangen bareng Mama untuk bermain-main lagi," timpal Andrew yang membuat Mila tersenyum karena tersentuh mendengar perkataan anak-anaknya.
Namun, lain halnya dengan Ibra yang saat ini, seolah-olah kehadirannya tidak diharapkan oleh kedua anaknya, bahkan Ibra hanya terdiam saja sembari mendengarkan ucapan-ucapan anaknya yang ditujukan kepada Mila.
Sementara itu, Mila yang sadar akan tingkah Ibra, langsung saja memboyong kedua anaknya kehadapan Ibra.
"Nah, sekarang yuk kita ke Ayah, karena hari ini Ayah kalian punya hadiah untuk Andrew dan juga Syifa yang imut ini," goda Mila. Namun, saat Mila hendak membawa kedua anaknya kehadapan Ibra. Membuat Mila tersentak kaget, karena mendengar ucapan anaknya.
"Kenapa kita harus ke Ayah, kalau selama ini kami tidak dianggap, malah kemarin malam kami mendengar ucapan Ayah, kalau Ayah akan menikah dengan wanita yang nantinya akan menjadi mama tiri kami," jelas Andrew yang membuat Mila dan juga Ibra tercengang.
Mereka tidak menyangka, perkataan Andrew yang masih berusia tujuh tahun itu, benar-benar seperti bukan perkataan seorang anak seumuran dengannya.
"Sayang, maafkan Ayah ya, Ayah janji enggak akan menikah dengan wanita lain, karena sekarang juga wanita satu-satunya yang menjadi Mama kalian hanyalah Mama Mila," imbuh Ibra pelan, mencoba menjelaskan kepada Andrew terkait dirinya yang tidak jadi menikah dengan Siska.
"Oh iya, tapi Andrew tahu kalau itu hanya kalimat lelucon Ayah saja, sebab Andrew mendengar kalau Ayah menalak Mama dengan talak tiga, sehingga tidak mungkin kan Ayah bisa kembali lagi dengan Mama," jawab Andrew yang membuat Ibra menunduk seketika.
Benar apa kata anaknya, kalau dirinya memang tidak mungkin bisa kembali lagi dengan Mila, apa lagi dirinya sudah mengatakan talak tiga langsung dihadapan Mila.
Melihat suasana yang sudah tidak kondusif, membuat Mila dengan cepat, mengarahkan pembicaraan mereka ke arah yang lain.
"Sudah yuk, sekarang kita masuk dan untuk Andrew serta Syifa, kalian bawa ya mainan yang dibelikan oleh Ayah, ingat barang yang sudah dibeli harus kalian pakai ya," ucap Mila memberikan pengertian kepada Andrew dan juga Syifa, sehingga membuat keduanya mau tidak mau hanya bisa menganggukkan kepala saja, menerima pemberian dari Ayah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Anak2 kopi pas ten banget, simak tuh ibra PP terhormat yg hanya perlu cari apem basi yg ngk jelas 😲
2025-01-16
0
SRI WAHYUNI
talak 3 ketemu az haram hukum y tpi knp s ibra s Mila msih az bareng
2023-05-26
1
Benazier Jasmine
dasar ibranya saja yg songong, ngomong gt dihadapan anak2 ya direkam sm anak, anak2 rekaman tajam
2023-05-19
1