Setelah semuanya masuk, dengan sigap Mila langsung beralih menuju ke arah dapur untuk memasak menu makan siang.
"Nyonya, biar Bibi saja yang masak, kan Nyonya baru pulang dari rumah sakit," ucap Bibi Wati, selaku pembantu di rumahnya.
"Tidak apa-apa kok, biar Mila saja yang memasak dan Bibi sepertinya bisa membantu Mila untuk meracik bumbu dapurnya," kata Mila yang kemudian Bibi Wati mengikuti perintah dari Mila.
Sekitar satu jam lamanya, akhirnya masakan Mila telah selesai juga. Sekarang yang Mila lakukan adalah menata makanannya di atas meja makan.
"Oh iya, Bibi jangan lupa ya nanti setelah makan, Bibi berikan obat ke Tuan untuk dia minum," imbuh Mila yang membuat Bibi Wati keheranan.
"Itu, sebelumnya maaf Nyonya, kenapa tidak Nyonya saja yang memberikan obat ke Tuan, bukan Bibi tidak mau Nyonya, kan Tuan adalah suami Nyonya," jawab Bibi Wati yang membuat Mila menghembuskan napas panjangnya.
"Maaf sebelumnya Bibi, sebenarnya saya dan Tuan ada sedikit masalah, sehingga kedepannya mungkin Mila hanya mengandalkan Bibi untuk merawat Tuan," ucap Mila yang membuat Bibi Wati kebingungan. Namun, setelahnya Bibi Wati hanya menganggukkan kepala saja untuk menuruti perintah Mila.
Saat ini, baik Mila, Ibra dan kedua anaknya tengah duduk di ruang makan, untuk menyantap makanan yang sudah Mila masak.
Dentingan demi dentingan sendok sudah mulai terdengar, sebagai tanda kalau mereka sedang menyantap makanan.
"Masakan Mama memang selalu lezat, apa lagi nasi goreng ini kesukaan Andrew dan juga Syifa," ucap Andrew yang mulutnya masih dipenuhi dengan makanan.
"Sayang, kalau mulutnya masih ada makanan jangan bicara ya, nanti bisa tersedak loh," tegur Mila pelan, memberikan pengertian kepada Andrew.
Sementara Ibra yang melihat suasana di ruang makan ini, tampak mengembangkan senyuman, sebab baru kali inilah dirinya ikut makan dengan satu meja bersama Mila dan juga kedua anaknya.
Setelah selesai makan, kemudian Mila menyuruh kedua anaknya untuk membereskan piringnya masing-masing, karena sedari dini, memang Mila sudah menerapkan kedisiplinan untuk kedua anaknya.
"Jangan lupa ya, ini siap makan, piringnya langsung kalian letakkan di dapur dan setelahnya gosok gigi agar makanan tidak menempel di gigi kalian," ucap Mila yang mendapatkan anggukan dari Andrew dan juga Syifa.
Saat Mila dan Ibra masih di meja makan, Mila langsung memberikan kode kepada Bibi Wati untuk segera mengambilkan obat untuk Ibra.
Benar saja, tidak beberapa lama Bibi Wati datang dengan membawa obat Ibra.
"Ini Tuan obatnya, tolong segera Tuan minum ya agar lekas sembuh," ucap Bibi Wati sambil membuka obat Ibra. Setelahnya, Ibra langsung menenggak obat yang diberikan oleh Bibi Wati.
Selesai Mila melihat sendiri kalau Ibra sudah meminum obatnya, kemudian Mila beralih bangkit dari tempat duduknya untuk melihat kedua anaknya.
"Apa kalian sudah menggosok gigi anak-anak Mama?" tanya Mila.
"Sudah Ma, bahkan Syifa sampai dua kali bersihkan gigi Syifa," ucap Syifa dengan mengacungkan dua jarinya.
"Hebat Syifa, kalau Andrew bagaimana Nak?" tanya Mila kembali yang sekarang beralih menatap si sulung.
"Andrew sudah Ma, ini juga Andrew sekalian membersihkan piring bekas Andrew makan," jawab Andrew yang membuat Mila lagi dan lagi bangga, karena kedua anaknya sudah mau menerapkan kebersihan dan kedisiplinan sejak dini.
Setelah selesai menanyakan kedua anaknya, Mila kemudian berjalan menuju ke kamarnya, untuk segera menyusun beberapa pakaian yang memang akan dia bawa nantinya.
Satu per satu pakaian sudah Mila lipat dan Mila susun ke dalam koper miliknya. Saat Mila menyusun pakaiannya, tanpa sengaja Mila melihat album foto pernikahan nya dengan Ibra.
"Ternyata, mau pernikahan selama apa pun, kalau waktunya berpisah pasti berpisah juga," imbuh Mila dan kemudian mencoba mengeluarkan album fotonya. Setelah itu, Mila gunting bagian tengah fotonya, sehingga sekarang terpisah lah kedua foto tersebut dan Mila menyimpan fotonya ke dalam koper dan untuk foto Ibra, dia masukkan kembali ke dalam bingkai fotonya.
"Maaf Mas, aku harus melakukannya karena foto kita saling menyentuh tubuh masing-masing," batin Mila dalam hati.
Sementara Ibra yang selesai minum obatnya, tanpa sengaja melihat Mila yang masuk ke dalam kamar mereka. Dengan pelan-pelan, Ibra mencoba mendorong sendiri kursi rodanya hingga sampai ke kamar mereka.
Saat sampai di dalam kamarnya, jantung Ibra berdetak dengan kencang, karena melihat dengan mata kepalanya sendiri, kalau saat ini Mila, mantan istrinya tengah mengemas seluruh pakaiannya.
Melihat hal itu, buru-buru Ibra mendorong dengan keras kursi rodanya, hingga membuatnya hilang keseimbangan dan terjatuh tepat dihadapan Mila.
"Astaga Mas, kenapa bisa jatuh," ucap Mila yang kemudian menghentikan sementara kegiatan mengemas pakaiannya dan beralih untuk menolong Ibra.
Refleks saja, Mila memegang tangan Ibra dengan erat dan setelahnya langsung mendudukkan Ibra kembali ke kursi rodanya.
"Mas tidak apa-apa kan," sambung Mila dan mendapatkan gelengan dari Ibra.
Setelah dirasa aman, Mila baru menyadari kalau saat ini, tangannya menyentuh Ibra dan langsung saja Mila melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Ibra.
"Maaf Mas, aku tidak sengaja sudah menyentuh kamu," ucap Mila sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Mila, seharusnya Mas yang minta maaf, gara-gara ucapan Mas, kamu tidak mau menyentuh Mas lagi," balas Ibra yang menyesali perkataanya.
Kemudian Ibra beralih lagi menatap ke arah koper Mila dan ingin bertanya, apakah Mila hendak pergi meninggalkannya seorang diri di rumah ini.
"Mila, kenapa kamu mengemas seluruh pakaian kamu yang ada di dalam lemari, sebenarnya kamu mau kemana Mila?" tanya Ibra yang saat ini pikirannya sedang kalut. Sebab, tidak bisa dia bayangkan, akan seperti apa dirinya tanpa Mila, apa lagi saat ini Ibra hanya bisa duduk di kursi roda saja.
"Maaf Mas, sepertinya aku sudah tidak bisa tinggal di dalam rumah ini, apa lagi status kita saat ini hanyalah mantan suami istri, sehingga aku takut akan menimbulkan fitnah, jadi Mila minta izin ke Mas, karena Mila mau pergi ke rumah orang tua Mila bersama anak-anak." Jelas Mila yang membuat seluruh tubuh Ibra diam dan membeku.
Mendengar Mila yang mau meninggalkan dirinya, membuat Ibra secepat kilat menggelengkan kepalanya dan dengan berderai air mata, Ibra memohon kepada Mila agar tetap tinggal di dalam rumahnya.
"Mila, Mas mohon, kamu dan anak-anak jangan pergi dari sini, tolong jangan tinggalkan Mas seorang diri," imbuh Ibra seraya mengepalkan kedua tangannya satu sama lain sebagai tanda permohonannya yang Ibra tunjukkan untuk Mila.
"Maaf Mas, tapi Mila tidak bisa tinggal di dalam rumah ini lagi, pokoknya Mas jangan merasa sendiri, karena Mila akan mencari Siska, perempuan yang akan Mas nikahi untuk datang ke sini," jawab Mila pelan yang malah mendapatkan gelengan kepala dari Ibra. Bahkan tanpa malu, kedua air mata Ibra lolos begitu saja dihadapan Mila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
karna udh cacat ngk bisa buat aa2 baru minta maaf, coba kalau ngk ada insiden tetap pergi cari jalang. mya
2025-01-16
0
Sri Puryani
sok" an nalak lgsg 3
2024-07-06
0
Rahma Inayah
knp nangis wkt km talak mila dgj lantang nya km bilang gj cnt lagi dan akan segera menikahi selingkhn mu..mangka nya klu ngomg jgn habis...skrg kmn selingkhn km apa dia mau ngurus km yg sedang lumpuh yg ada malh ningglin km nntnya
2023-05-06
1