Luka Batin Larisa
Di sebuah rumah yang sederhana, tampak keluarga besar sedang berkumpul. Mereka melakukan acara rutin arisan keluarga, yang biasanya di lakukan sebulan sekali. Acara berjalan dengan lancar, penuhi candi atawa dan keakraban seperi keluarga peda umum nya.
Tetapi di saat acara hampir usai, musibah tak terduga datang menimpa. Ketika salah satu dari mereka ingin mencari angin segar di luar rumah. Tetapi saat kaki nya baru saja melangkah keluar pintu, dia mendapatkan pemandangan yang menyeramkan.
''Larisa apa yang kamu lakukan, mengapa kamu menusuk felly. ''teriakan tante Larisa membuat geger seisi rumah.
''Ada apa ini.. ?''semua orang berhamburan datang.
Sementara Felly sudah terkulai lemas di atas lantai dengan darah bercucuran yang keluar dari perut nya.
Rubi, Ibu Felly begitu terkejut melihat nya, dia lemas dan seketika tubuh nya merosot ke lantai karena tak memiliki tenaga.
''Fel, Fel... ''tangan Rubi terulur ingin meriah putri nya
Tanu Ayah Felly, berteriak histeris dia segera berlari dan mengangkat tubuh putri nya.
Felly bangun nak, Fell kamu harus bertahan Papa akan membawa mu ke rumah sakit.
Felly di bawah ake rumah sakit oleh Papa nya, sementara Mama nya pingsan dan di bawa ke kamar. Keluarga yang lain mencaci maki Larisa yang tangan nya masih berlumuran darah, Larisa hanya mampu memandang dengan tatapan nya yang kosong.
Entah mengerti atau tidak, tetapi mendapati dirinya dibentak dan di caci oleh semua keluarga membuat nya menangis.
Ibu Larisa sudah meninggal dunia ketika dia berumur tiga tahun, saat ini dia hidup bersama Bapak dan Ibu tiri nya.
Bapak Larisa begitu shock mendapati putri satu-satu nya melakukan pembunuhan secara sadis.
''Larisa apa kamu sudah gila melakukan itu semua, Felly itu saudara kamu mengapa kamu tega menusuk nya. Jawab bapak jangan diam saja, Lari apakah kamu tuli. ''Bapak terus membentak, mencaci dan memukul Larisa. Bukan nya tidak sayang tetapi anak juga harus di beri pelajaran agar tidak salah jalan. Tetapi karena emosi yang begitu menggunung Bapak Laris memukul dengan seluruh tenang sampai sekujur tubuh Larisa membiru.
''Larisa tidak menusuk Felly Pak, Felly hanya pura-pura tidur. Dia bilang kata nya mau bermain dokter. ''jawab Larisa dengan polos.
Bapak bisa gila dengan semua ulah mu La, kamu itu masih kecil mengapa sudah menjadi pembunuh. Jika Felly sampai tidak selamat kamu bukan putri ku lagi.
Semua keluarga sedang berkumpul, bisa di katan arisan keluarga. Larisa dan Felly memang seumuran, mereka memang dekat dan sering bermain bersama. Semua orang dewasa berada di dalam rumah, mereka membiarkan anak nya bermain sendiri tanpa pengawasan. Sebenar masih ada beberapa saudara yang lain, tetapi karena mereka laki-laki jadi tidak berminat bermain barbie. Tidak ada yang tau pasti seperti apa kejadian nya, karena memang tidak ad CCTV di luar rumah Nenek Larisa.
Yang mereka tau saat mereka keluar, Larisa sedang memegang Gunting yang menancap dalam perut Felly, dan terus memanggil nama Felly.
''Felly, Fell, Felly ayo bangun jangan
pura -pura tidur. ''betapa lugu nya anak yang baru berusia enam tahun itu. Bahkan dia tidak merasa jijik dengan darah yang menempel di telapak tangan nya.
Bukan hanya orang tua Felly, tetapi seluruh keluarga nya bersedih. Apalagi saat kabar kepergian Felly sampai ke telinga keluarga nya, semua menjadi sangat sedih. Tentunya kemarahan mereka pada Larisa semakin besar.
Ruby menangis di depan jenazah putri nya, dia terus meraung dan tidka merelakan kepergian mu putri nya.
''Felly, jangan tinggalkan Mama nak. Felly bangun sayang, bangun ayo bangun Felly. ''terus menerus dia membangun kan Felly. Merasa kecewa Felly tidak menghiraukan nya, Rubi marah dan mencari Larisa.
''Larisa Larisa kemari kamu, Larisa. ''Ruby menyeret Larisa dan membenturkan kepala anak itu ke tembok.
''Biadab kamu, dasar pembunuh kau pun harus m*ti menembus kesalahan mu. ''Suami Rubi menahan istri nya melakukan tindakan bodoh itu.
''Tenang Ma, biarkan saja Larisa di hukum mati, tetapi bukan kita yang melakukan nya biar polisi saja yang menghukum nya.''kata Papa Felly.
Larisa hanya mampu menangis dalam ketakutan yang begitu besar.
Ruby terus menangis dan meraung, dia masih belum menerima semua itu. Rumah keluarga besar mereka, di datangi oleh polisi, untuk menjemput Larisa hari itu juga, setelah salah satu dari keluarga Felly melapor ke kantor polisi.
Laris bocah kecil itu di gendong oleh polisi, tidak ada yang menahan atau membela nya. Larisa menangis takut karena tidak mengenal para polisi itu.
Seluruh keluarga menghadiri pemakaman Felly, sementara Larisa telah berada di kantor polisi untuk di amankan. Sebenar nya Larisa di bawa bukan untuk di penjara, melainkan di amankan saja. Karena pihak kepolisian tidak ingin jika gadis kecil itu, akan menjadi bahan amukan keluarga korban, yang pasti tidak Terima dengan semua kejadian yang telah menimpa.
Polisi juga sebenar nya sampai heran, mengapa bisa Larisa melakukan semua itu.
''Anak manis, apa kamu sudah menusuk Felly. ''hanya gelengan yang diberikan oleh Larisa.
Semua keluarga berdebat, bahwa Larisa tetap harus di hukum. Gila kan, apa mereka tidak waras. Bahkan Bapak Larisa pun tak mampu berbuat apapun untuk anak nya.
''Aku tak yakin Larisa melakukan semua itu, jika benar pasti dia tidak akan sengaja. ''kata Rania Cucu tertua di keluarga itu.
Gadis berusia dua puluh tahun itu baru mengeluarkan suara, padahal sejak kemarin dia hanya diam.
''Mengapa kamu membela nya Ran, apa kah kamu tidak kasihan dengan Felly anak ku. ''kata Ruby.
''Tante, aku juga merasa kehilangan Felly. Tetapi coba kalian pikir, apakah Larisa memiliki tenaga yang cukup untuk menekan gunting itu, bisa saja mereka sedang bermain gunting terus terpeleset dan mengenai Felly. Karena tidak mungkin Larisa menusuk dengan sengaja. ''Rania menjelaskan.
''Semua orang melihat nya Ran, bahkan Rahma melihat Larisa lah yang memegang gunung tinggi itu. ''Ruby semakin ngotot.
''Itu bukan berarti Larisa menusuk nya, mungkin saja dia hanya membantu melepaskan karena Felly kesakitan. ''ujar Rania.
''Cukup Rania, kamu jangan membela pembunuh itu lagi di hadapan ku. ''bentak Papa Felly pada Rania.
Rania pergi, dia tetap dengan pendirian nya membela Laris.
''Keluarga konyol, apa mereka tidak waras menuduh anak ingusan sebagai pembunuh. ''Rania menggerutu kesal.
Esok hari nya Rania menemui Larisa di kantor polisi. Hanya dia kelurga yang datang dan peduli dengan bocah kecil itu.
''Larisa.. ''panggil Rania.
''Larisa takut melihat Rania, dia bahkan takut dengan semua orang. Bagi nya manusia yang ada di sekitar nya, seperti monster yang ingin menerkam nya kapan saja.
Larisa justru memeluk paha polisi yang mengantar ke hadapan Rania.
''Sayang kemari lah, kak Rania tidak akan menyakiti mu. ''Rania merentangkan kedua tangan nya.
Melihat itu larisa yang awal nya takut, kini berjalan pelan menggapai tangan yang terbuka dari kaka sepupu nya. Rania meraih tubuh mungil itu dan membawa ke dalam pelukan nya.
Air mata Rania tumpah, menangisi gadis kecil yang begitu malang. Laris akun ikut menangis, jika dia bisa bersuara mungkin dia akan mengatakan begitu besar rasa terimakasih pada Rania.
''Sayang tenang ya, kakak pasti akan bantu Larisa. Jangan menangis lagi ya, anak cantik harus kuat di dalam sini. ''ucap Rania sambil menghapus air mata Larisa.
''Pak polisi boleh saya bertukar pendapat dengan anda.'' ucap Rania
''Boleh mba, silahkan duduk kami bersedia mendengar apa yang ingin anda bicarakan.
Jangan lupa Like komen, apa yang menurut kalian bisa menambah cerita ini lebih greget boleh tinggalkan saran, terimakasih banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
aleum@mylove
siapa yang bunuh??
2023-05-14
0
mima
ampun deh sedih nya
2023-04-06
0
selena
Aduh kok gregetan sih baca nya.
2023-03-27
0