Bab 5. Berhenti Menangis.

Larisa duduk diam di saat anak yang mengikuti kelas, ada yang belajar membaca dan menulis. Larisa diam memandang ke segala arah dan merasa gelisah.

''Laris ayo menulis sayang.. ''guru pembimbing di sana mengajak Larisa berkomunikasi.

Larisa tidak menjawab dia hanya menunggu. Larisa tidak ubah nya gadis bisu di sana, dia bahkan bisa tidak berkata apapun dalam sehari.

Larisa sudah bisa menulis, karena belum nya dia sudah bersekolah di TK

''Rahma.... !''

Itu lah yang Larisa tulis dalam buku nya. Aneh nya setiap hari dia menuliskan nama itu, setiap lembaran kertas nya ada nama Rahma di sana.

Awal nya guru di sana merasa aneh, tetapi mereka mencoba berpikir positif jika nama itu Lah yang bisa Larisa tulis.

La..... !

Melihat Rania datang dan merentangkan kedua tangan nya, Larisa diam saja dia tidak berlari menyambut atau hanya sekedar melempar senyum. Kenyataan itu membuat Rania tertegun dan merasa aneh. Karena semakin hari adik nya bukan nya semakin ceria tetapi semakin murung.

''Sayang kamu apa kabar.. ?''kata Rania memeluk tubuh kecil Larisa.

''Makan Yuk, Kakak bawa makanan enak untuk mu. ''Karisa hanya diam dan menyambut dengan ekspresi yang sulit di artikan.

Yang membuat Rania semakin berteriak dalam hati nya, Larisa diam saja melihat makanan di hadapan nya. Bahkan saat di suapi pun mulut itu tak kunjung terbuka, saat Rania memaksa barulah dia mau menerima suapan nya. Melihat mata gadis kecil nya, tidak di temukan kehidupan di sana. Semakin hari Larisa seperti mayat hidup, yang hanya diam bagaikan patung.

''La, apa yang kamu pikirkan sayang, katakan apa yang kamu mau. La, jangan memendam semua sendiri berbagilah kesedihan mu dengan Kakak, mengapa seorang kamu seperti ini. ?''Rania mengguncang tubuh Larisa tetapi sangat empu nya badan tak menghiraukan.

Rania seperti sendiri, seakan tak ada siapapun di hadapan nya. Larisa benar-benar tak berkata sepatah kata pun. Semenjak tak pernah menangis dan mengeluh Larisa menjadi berubah, awal nya dia menangisi nasib nya setiap saat di kantor polisi. Semenjak Rania datang menguatkan kan nya, dia menjadi pendiam bahkan berhenti menangis. Padahal Rania tak melarang nya untuk menangis

''Apa Larisa rindu bapak nya, tapi Om sudah tidak peduli dengan anak nya. Membela pun tak pernah, justru semakin menyalahkan, menyudutkan dan membuang nya. ''keluh Rania.

Rasa penasaran dan khawatir pada keadaan Larisa, membuat Rania menemui ketua organisasi tempat tersebut. Rania juga bertemu dengan dokter yang merawat sepupu nya itu. Beruntung nya mereka ada di tempat dan bisa di temui secara bersamaan.

Di hadapan mereka, Rania menanyakan beberapa hal terkait kesehatan Larisa, serta keadaan anak itu yang semakin murung dan menurutnya justru keadaan nya semakin parah.

Begini bu Rania, sebenar nya Larisa sudah menunjukan perubahan nya walau tidak banyak. Dia sudah mau menjawab pertanyaan kami walau sedikit. Tetapi beberapa hari lalu ada yang datang menemui nya, mereka bilang sanak saudara. ''Tapi nyata nya pertemuan itu justru membuat kesehatan mental nya semakin memburuk.''

Rania begitu shock mendengar nya, dia pikir tidak akan ada lagi yang mendatangi Larisa selain diri nya. Tetapi jika kedatang mereka justru membuat keadaan lebih rumit tentu membuat Rania semakin marah.

''Siapa mereka dan apa buang mereka lakukan Dok. ?''rasa penasaran membuat Rania bertanya.

''Kami tidak mengenal mereka, tetapi jumlah mereka ada lima orang. Salah satu di antar mereka bernama Ruby. ''

Lemas, itu yang di rasakan Rania. Sudah bisa dia bayangkan cacian apa lagi yang Larisa dapat saat itu. Pasti saat itu Larisa tertekan dan ketakutan.

''Lalu bagaimana keadaan nya Dok. ?''kaya Rania.

''Kami masih berusaha menyembuhkan nya, semoga ke depan nya lebih baik. ''jawab Dokter itu.

''Terimakasih Dokter sudah merawat nya. Ini nomor kontak saya, jika terjadi sesuatu dengan nya tolong segera kabari Dok. ''Rania menyertakan secarik kertas yang tertulis beberapa angka di sana.

''Baik Bu Rania, saya akan menyimpan nya. ''ucap Dokter sembari mengambil kertas itu.

Rania pulang dengan menyimpan amarah yang luar biasa untuk saudara nya. Entah siapa saja saat itu yang ikut menghakimi Larisa. Ketika sampai di rumah ternyata sanak saudara nya tengah berkumpul, ada Ruby dan suami, juga Rahma beserta suami di sana.

Rania melirik mereka tanpa memberi salam atau menyapa nya. Dia masuk ke dalam rumah masuk ke kamar nya dengan wajah di tekuk.

''Rania, bersikaplah yang sopan di sini banyak orang harus nya kamu menyapa.. !''kata Ibu Rania.

Rania diam seribu bahasa, dia tidak mau mendengar kapan Ibu nya, apa apa lagi menyapa saudara anya yang menurut nya begitu jahat.

''Pasti mereka, kelompok yang menemui Larisa, tau kelima nya siapa apakah Ibu atau bapak. ?''Rania terus bertanya dalam hati nya.

Semenjak itu Rania irit bicara pada kedua orang tuanya, bukan membenci tapi dia malas karena pasti merek akan ceramah panjang lebar mengenai Larisa.

''Ternyata begini memendam rasa kesal dan amarah. Jadi malas bicara apa lagi bertegur sapa. Rupanya seperti ini yang di rasakan Larisa, tapi aku tidak jahat padanya mengapa aku juga terkena imbas nya. ''keluh Rania.

Rania mengingat ucapan Dokter beberapa waktu lalu. Walau Larisa tidak membenci nya tetapi dalam otak nya sudah di penuhi amarah dan dia sudah tidak bisa membedakan siapa yang baik dan jahat di hadapan nya.

Air mata selalu berlinang jika mengingat Larisa, Rania sudah tidak atau harus berbuat apapun lagi. Dirinya sudah kecolongan oleh keluarga nya, mereka menemui Larisa tanpa sepengetahuan nya. Karena peristiwa itu semakin memperburuk mental Larisa, dan Rania takut Larisa akan gila jika tak mampu menanggung semua beban nya.

Di sini Laris duduk termenung seorang diri, anak-anak juga tidak ada yang mendekati nya, mungkin mereka lelah atau malas karena Larisa tidak asyik. Entah mengapa siang itu ada beberapa anak baru yang tengah di bina, mereka tidak tahu seperti apa Larisa. Mereka berusaha mendekati dan mengajak nya bicara, tetapi Larisa tak merespon sedikit pun.

''Hei apa kamu tuli, atau kamu buta. Jangankan mendengar melihat saja tidak. Seperti nya kamu orang gila, haaaaaaaa ada orang gila di sini.''mereka terus saja mengatai Larisa gila dan lain sebagai nya.

Mendengar itu telinga Larisa terasa panas, gadis yanga awal nya diam itu kini murka, dia menatap satu persatu wajah yang baru dia lihat. Larisa sudah menggertak kan gigi nya, terlihat dia sangat marah.

Tanpa banyak bicara Larisa menyeret salah satu di antar mereka. Anak itu jatuh tersungkur dan mengalami lecet di kami nya.

''Eh gadis gila apa yang aku lakukan.. ?''salah satu dari anak itu mendorong tubuh Larisa.

Tapi Larisa tidak bergeming, dia mengeratkan tangan nya dan membalas dengan sekuat tenang, walau badan lawan lebih tinggi dan lebih besar dari nya.

''Berhenti mengganggu ku atau aku akan membunuh mu.. !''itu lah kata yang terucap dari mulut Larisa.

Rupanya kata pembunuh sudah merasuk kedalam otak nya, ucapan menohok semua orang pada nya berhasil mendoktrin pikiran anak itu sekarang.

''Hei berani sekali kamu.. !''tunjuk salah satu anak itu.

''Aku baru saja membunuh orang dengan gunting, apa kalian juga mau aku bunuh. ''Mereka justru menertawakan Larisa, mendengar dirinya menjadi bahan tertawaan orang Larisa marah dan mengamuk, dia membantai mereka semua, keempat anak itu tak mampu lagi melawan. Tentu kejadian itu menjadi pusat perhatian di sana sampai pihak Dinas Sosial melerai mereka.

Terpopuler

Comments

Maryana Buti

Maryana Buti

aku merasa ad appnya dengan rahma.

2023-07-21

0

Maryana Buti

Maryana Buti

aku merasa ad appnya dengan rahma.

2023-07-21

1

Ida Ulfiana

Ida Ulfiana

aku penasaran ada apa knp larisa nulis nama rahma

2023-06-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!