''Perkenalkan lah diri anda dan maksud pembicaraan mba nya itu apa. ?''kata polisi.
''Nama saya Rania dewanti, saya di sini sebagai wali nya Larisa, anak kecil yang sedang mengalami masalah atas dugaan pembunuhan. ''ucap Rania.
Apa yang ingin anda sampai kan, saya senang masih ada yang peduli dengan anak itu. ''Sebab dari kemarin tidak ada keluarga yang mengurus proses hukum nya. ''
''Begini pak, apa bapak yakin anak sekecil itu mampu melakukan hal keji seperti itu. Logika saya mengatakan jika sepupu saya itu tidak mungkin melakukan nya, dari tenaga saja tidak mungkin sebab dia gadis yang lembut. ''
''Kemungkinan itu tetap ada mba, bisa saja dia berlari sambil menusuk nya. Tetapi sebenar nya anak sekecil itu masih dalam pengawasan orang tua, mengapa bisa anak itu bermain benda tajam tanpa pengawasan sedikit pun. Yang patut di salah kan dalam masalah ini, sebenar nya adalah orang tua dari tersangka dan korban. ''
''Ya Allah, sakit sekali hati ini Larisa di sebut tersangka. ''batin Rania.
''Lalu bagaiman dengan hukuman nya pak, bukan kah anak di bawah umur tidak boleh di penjara.'' ucap Rania lagi.
Polisi mengerti dengan arah pembicaranya Rania, mereka juga memahami itu karena memang Larisa masih di bawah umur.
''Begini mba, Larisa di sini bukan nya di penjara karena kami tidak mengurung nya, bahkan kami menyediakan makanan dan mainan untuk nya. Di sini juga tidak ada yang memperlakukan dia dengan buruk. Pihak kami hanya ingin mengamankan kan dia, karena keluarga korban pasti akan menghajar nya. Bisa anda lihat sendiri seperti apa kemarahan mereka. Saat melapor pun, mereka seperti ingin memangsa Larisa hidup-hidup. Perlu juga anda ketahui, banyak anggota kami yang memiliki anak sebesar Larisa. Jangankan berbuat kasar membentak nya pun kami tidak tega, apalagi dia selalu murung dan menangis.''polisi itu pun menahan air mata di ujung mata nya.
''Kami hanya menjalan kan kan tugas atas laporan pihak keluarga korban. Larisa juga dapat perlindungan dari komisi perlindungan anak, jadi mba tenang saja dia tidak sendiri menghadapi ini. ''Rania merasa lega mendengar nya.
''Lalu bagaimana kelanjutan nya pak.. ?''
''Harap bersabar karena semua butuh proses, anda tidak perlu khawatir dia tidak akan di penjara. ''jawab polisi.
''Apakah saya boleh membawa nya pulang pak.. ?''ucap Rania dengan tangan yang gemetar.
''Belum bisa, tetapi anda tenang saja dia aman di sini. Coba anda bayangkan jika Larisa di bawah pulang, pasti semua orang akan mencemooh nya, bahkan tidak segan menyakiti nya. Banyak yang harus di korban kan dalam masalah ini, terutama sanksi sosial yang harus dia dapat dari masyarakat sekitar. Apakah anda tega,saya harap anda mengerti mba Rania.''Rania mengangguk.
''Terimakasih pak, sekarang saya mengerti. Jika tidak sibuk saya pasti akan datang kemari menjenguk nya, ini nomor ponsel saya jika terjadi sesuatu pada nya tolong kabari saya. '' Rania menyerahkan kertas berisi coretan nomor telp nya.
Polisi pun menerima dan menyimpan nya.
Rania pulang dengan hati yang tenang, dia begitu senang jika adik sepupu nya itu baik-baik saja dan tidak akan di penjara.
''Rania darimana kamu.. ?''tanya Rahma tante Rania.
''Menjenguk Larisa. ''jawab Rania.
''Untuk apa kamu menjenguk nya, biarkan saja anak itu membusuk di penjara. Bapak nya saja tidak peduli dan sekarang pulang bersama istri baru nya. ''ucap Rahma dengan sadis.
''Terserah Rania tante, jika mereka tidak peduli itu urusan mereka. ''bantah Rania.
''Kamu itu kalau di beritahu jangan marah Rania. ''kata Rahma.
''Ada apa ini.. ?''ibu Rania datang.
''Itu mbak si Rania di bilangin jangan ngurusin Larisa justru Rania marah-marah. ''ucap Rahma.
''Rania, kamu tidak perlu mengurusi Larisa. ''ucap Ibu Rania.
''Bu,,jika kalian tidak peduli dengan Larisa itu hak kalian, tetapi aku memilih peduli jadi jangan melarang ku. ''kata Rania lalu pergi ke dalam kamar.
Mereka masih di rumah Nenek, setelah tujuh hari kepergian Felly baru mereka akan kembali ke rumah Masing-masing. Rumah mereka sebenar nya masih satu wilayah, bahkan rumah orang tua Felly berdampingan dengan Nenek.
''Larisa makan lah nak.. !''ucap polwan yang menemani Larisa.
''Mau Ibu suapi.. ?''kata polwan dengan begitu ramah.
Hening..
Tidak ada jawaban dari Larisa.
Gadis itu hanya diam, wajah nya tanpa berekspresi hanya menatap dengan datar. Mungkin dia lelah meratapi nasib atau air mata nya sudah mengering karena sudah tak lagi menangis seperti biasa nya.
Larisa tidak makan dia hanya menatap piring plastik di depan nya. Merasa iba, Polwan pun memberikan suapan pada nya, tanpa harus menunggu jawaban atau persetujuan dari Larisa. Akhir nya
Larisa pun makan, walau hanya beberapa sendok saja.
Karena sibuk kerja, Rania tidak bisa datang setiap hari, dia harus profesional karena mencari pekerjaan juga tidak mudah. Setelah ad ada waktu luang pasti Rania akan melihat Larisa.
Orang tua Felly menemui Larisa di kantor polisi tujuan nya pasti untuk mencaci maki anak malang itu.
''Hei Larisa kamu harus berada di sini selamanya, bila perlu kamu harus di hukum mati.Nyawa Felly harus kamu tukar dengan nyawa mu, itu juga tidak cukup kami tetap tidak akan memaafkan mu. Kalau di ijin kan aku sendiri yang akan mencekik leher mu itu.. !''Cacian dan makin terus di lontarkan Ruby untuk Larisa.
Dia mendorong dan terus menggoyang-goyangkan tubuh Larisa sampai bergetar. Larisa hanya diam membisu, dia bahkan tidak menangis entah air mata sudah mengering atau dia lelah karena tidak ada yang peduli dengan tangisan nya.
Semakin lama emosi Ruby semakin menjadi dia bahkan mencek*k bocah kecil itu, sampai mata Larisa melotot menahan sakit dan sesak.
"Ibu cukup... !''bentak seorang polisi yang melepas cengkraman tangan Ruby pada leher Larisa.
"Bapak tolong bawa istri nya pulang, karena tidak boleh ada keributan di sini. Jika tidak ada kepentingan dan ingin membuat kegaduhan kalian tidak perlu menjenguk nya. "tegas polisi itu.
Ruby di seret keluar oleh Teguh suami nya. Mereka pulang setelah puas mencaci maki Larisa.
''Ma, lain kali kendalikan dirimu. Kamu bisa ikut di penjara jika menyakiti anak itu. Ingat kamu memiliki Susan yang harus disayangi, apa kamu mau Susan kehilangan kasih sayang Mama nya. ''Ruby pun berpikir jika dia di penjara dan berpisah dengan Susan anak pertama nya.
"Iya Pa, aku tak kan ceroboh lagi. Semua itu karena aku masih sangat marah dengan anak itu. "ucap Ruby sambil menangis karena mengingat Felly.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ida Ulfiana
kok bisa sih bapaknya gak peduli padhal yg patut d salahkan tu orng tua masing2 knp ngebiarin anaknya main benda tajam gak ada yg ngawasin lg keasikn ngegosip
2023-06-18
0
selena
menguras air mata ini Thor, karya mu begitu mereka. buat ku nangis bawang Thor.
2023-03-27
0
sayang
kasian sekali Larisa, ya ampun gak bisa bayangin anak se kecil ini.
2023-03-27
0