Setelah beberapa hari Rania kembali menjenguk Larisa, dia membawa boneka dan beberapa bungkus makanan kesukaan ana-anak. Rania juga membawa mainan anak-anak walaupun harga nya tidak mahal.
Dalam perjalanan menggunakan motor nya, bibir nya mengulas senyum tetapi mata nya berderai air mata. Sudah terbayang oleh Rania, wajah miris Larisa begitu memohon pertolongan.
Sesampai nya di kantor polisi Rania seger masuk dan menemui gadis kecil itu. Rania di sambut oleh seorang polisi muda dan tampan, yang beberapa waktu lalu mendengar kan keluhan nya.
''Mau menjenguk Larisa ya mba.? ''kata polisi yang name tag nya bernama Wira.
"Iya Pak.. "jawab Rania dengan manis nya.
Rania duduk tenang menunggu Larisa, perlahan kaki kecil itu melangkah menghampiri nya. Dapat Rania lihat tubuh kecil yang semakin kurus, wajah nya yang dingin dan datar tanpa ekspresi. Kulit yang semakin kusam karena tak terurus.
"La... "Rania mengangkat tubuh Larisa yang ringan itu dan membawa ke dalam pangkuan nya.
"Sayang, Kakak bawa makanan untuk mu, ada makan dan juga pakaian baru untukmu. kamu harus pakai supaya semakin cantik, ini ada jepit rambut yang imut pasti kamu akan semakin cantik dan menggemaskan. " air mata Rania sudah luluh membasahi seluruh wajah nya.
Larisa hanya diam, anak kecil itu tidak menunjukan wajah bahagia nya karena mendapat banyak hadiah.
"Sayang kenapa diam, Kak Rania suapi ya,?kamu mau kan..? "Larisa hanya menjawab dengan anggukan.
Polisi yang menjaga di samping nyambung ikut menahan air mata melihat mereka, jika Larisa orang dewasa mungkin kasus nya akan beda. Tetapi dia anak yang bahkan tidak mengerti akan dosa dan Neraka. Bagaimana akan sanggup untuk memberi nya hukuman berat.
Dengan telaten Rania menyuapi Larisa, walau tak banyak itu cukup untuk menambah gizi tubuh yang kurus itu. Larisa tertarik dengan bonek yang di bawa oleh Rania, dia terus saja memegang boneka itu menandakan dia menyukai nya.
Waktu kunjung telah selesai, di bantu polwan yang mengawal, Larisa membawa semua barang yang di bawa oleh Rania.
Kembali kedalam sel Larisa di sambut oleh teman sekamar nya, Mereka semua menyayangi nya. Larisa paling kecil merek seperti ibu bagi anak itu, tetapi karena Laris atau dengan orang asing dia tidak berani mendekat pada mereka.
"Larisa kamu bawa apa.. ?''tanya seorang tahanan.
Larisa menyerahkan apa yang dia bawa, dan mereka membuka nya.
Wah baju ini bagus sekali, pasti kamu cantik saat memakai nya La, ada jepit nya juga. ''Kemari biar kami Pakaikan.?''
Larisa menurut karena tidak membentak dan mencaci jadi anak itu tidak merasa ketakutan. Dress cantik dan beberapa jepit rambut sudah terpasang pada tempat nya.
''Wah kamu begitu cantik Larisa.. ''merek memuji dan Larisa hanya mengangguk.
''Lihat lah Larisa, dia begitu berat menjalani semua ini, sampai irit bicara dan wajah nya tak bisa tersenyum. ''
''Benar, kasihan sekali dia aku saja tak percaya anak sekecil itu melakukan kejahatan. ''balas yang lain.
Sementara Larisa yang menjadi topik perbincangan oleh orang dia sekitar nya, hanya diam memainkan boneka yang dia pegang.
Di hadapan polisi tampan, Rania sedang bercerita menyampaikan keluh kesah nya.
''Pak bagaiman dengan kelanjutan kasus Larisa, saya sudah tidak tega melihat nya berada di sini. Walaupun semua yang di sini menyayangi nya, tetapi tempat ini tak layak untuk nya. ''
''Mba Rania mohon bersabar ya, Larisa saja tidak mengeluh. Semua butuh proses. Dalam satu minggu ini saya pastikan akan ada titik jelas nya. ''
Rania melenguh mendengar nya, hati nya semakin tidak tenang, dia takut gadis kecil nya akan seumur hidup berada di tempat itu.
''Lalu apa yang harus saya lakukan Pak.. ?''kata Rania.
''Ikuti proses nya dan selalu support Larisa. ''ucap polisi itu.
Rania mengerti dan dia pulang membawa gelisah yang selalu melanda anya setiap saat.
Tentunya kabar mengenai Laris asupan tersebar di seluruh jagat raya, Setiap acara TV membicarakan berita nya, di lama koran berita juga akan ada nama nya, di setiap siaran radio pun tak luput dari berita nya, apalagi dari mulut ke mulut itu kah yang paling pedas.
Rania tidak mampu menutup semua mulut mereka, dia hanya pura-pura tidak mendengar jika ada yang membicarakan adik kecil nya. Bahkan keluarga nya juga semakin keji mengolok nya.
''Dari mana lagi Ran, mengapa pulang telat. ?''kata ibu Rania.
''Menjenguk Larisa Bu.. ''jawab Rania dengan jujur.
''Rania, bukan kah ibu sudah melarang mu.. !Mengapa kamu tidak mendengarkan ibu. ?''Ibu Rania marah.
''Sudah lah Bu, Rania tidak memaksa Ibu dan yang lain untuk peduli pada Larisa. Tapi jangan memaksa Rania untuk bersikap seperti kalian. ''bantah Rania.
Rania, Rania... !
Ibu Rania marah karena anak tidak mau mendengar nya, tetapi Rania memilih daripada harus ada pertengkaran di antara kedua nya.
''Sudah lah Bu biarkan saja, itu hak Rania jika dia memilih peduli pada Rania. Jika Ibu memaksa anak itu akan semakin keras kepala. ''kata Bapak Rania.
''Kami saja Pak, pusing Ibu. ''
Esok hari nya, Ruby datang ke rumah Rania sore hari. Seperti biasa dia akan mengeluh dan bercerita dengan cucuran air mata karena mengingat Felly. Tetapi yang tidak Rania suka, mereka akan kembali mencaci Larisa yang sudah mendekam di penjara.
''Mba Aku masih sedih kehilangan Felly, setiap hari wajah Felly selalu terlintas di benak ku.. ''ucap Ruby pada kakak ipar nya.
''Sabar Ruby kamu harus kuat, doakan anak mu selalu ya, dia akan menjadi ladang surga untuk mu karena tidak memiliki dosa. ''ucap Hera, Ibu dari Rania.
''Aku belum bisa memaafkan Larisa Mba, aku sangat membenci anak itu. Aku kehilangan separuh hidup ku karena nya, anak kejam itu selalu menghantui ku, dia menari-nari di atas penderitaan ku. Pasti saat ini dia tertawa penuh kemenangan melihat ku terpuruk. ''Racau Ruby.
''Tante Ruby, Larisa itu masih kecil dia tidak akan mengerti dengan nama nya penderitaan dan bersenang-senang di atas kebahagiaan orang lain. Dia belum mengerti apapun yang berhubungan dengan duniawi. Jangan berlebihan mencemooh nya, memang apa yang akan tante dapat. Laris aku ga sekarang berada di kantor polisi memang kurang apa lagi tante menghukum nya. ''Ruby bangun dari duduk nya, dia tak Terima dengan ucapan Rania.
''Rania, kamu itu masih anak ingin jadi jaga bicara mu pada orang tua. Yang kehilangan Felly itu tante orang tua nya, bukan kamu. Jadi kamu tidak akan mengerti rasa sakit kehilangan nya. ''bentak Ruby pada Rania.
''Tante tidak usah berteriak, aku tidak buta dan tuli. Semua orang juga tau tante bersedih kehilangan dan itu hal yang lumrah. Tapi tante berlebihan menghakimi Larisa, bahkan dia saat ini seumuran dengan Felly mereka tau apa.?''Rania tak kalah nyolot dengan Ruby.
''Ran jangan membuat keributan.. !''cegah sang Ibu.
''Dia yang membuat keributan di rumah kita Bu. ''Rania menunjuk kan jari nya ke wajah Ruby.
''Rania, kamu jangan bersikap tidak sopan pada tante mu. !''kata Bapak Rania yang be merupakan kakak kandung Ruby.
''Menghormati orang itu bukan hanya pada yang lebih tua, tetapi yang mudah apung harus di hormati. Bagaiman yang muda akan menghargai yang tua jika yang tua saja tidak menunjukan sikap santun nya. ''Rania tak kalah sengit bicara nya.
''Plak.. !''
''Bagus pak, lakukan lagi Justru Rania akan semakin memberontak. ''ucap Rania yang air mata nya sudah berlinang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Ida Ulfiana
kluarga gendeng matanya buta x sllu jelek2in larisa padahal anak umur 6th tau apa bener kta rania
2023-06-18
0
Cinta Suci
kasian Larisa
2023-04-22
0
selena
semoga ada nasib baik memihak mu Larisa, aku juga yakin kamu tidak bersalah.
2023-03-27
0