Bab 2 ~ Menikah

Hari ini Luna dan Dimas akan menikah. Luna kini sudah duduk di depan cermin, ia baru saja di rias oleh MUA. Wajahnya yang cantik bertambah cantik, setelah dipoles make up.

Seketika raut wajahnya berubah mendung, mengingat kedua orang tuanya. Di hari bahagianya ini, kedua orang tuanya tidak ada.

Sedih.

Sudah pasti Luna rasakan. Walaupun begitu, Luna harus tetap tersenyum dengan pernikahan ini. Ia tidak mau terlihat murung di hari pernikahannya, hanya karena tidak ada orang tuanya di tengah-tengah hari bahagianya.

Luna kemudian meraih foto kedua orang tuanya yang terpajang di meja belajar. Mengusapnya, seolah ayah dan bundanya ada didepannya.

"Ayah, bunda... Restui pernikahan Luna sama kak Dimas. Semoga pernikahan yang akan Luna jalani bersama kak Dimas senantiasa rukun, damai, sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan."

Walaupun demikian, Luna tetap harus memohon restu kepada orang tuanya. Meski orang tuanya sudah meninggal.

Luna melihat jam yang menggantung di dinding dan sebentar lagi acara ijab Kabulnya akan di mulai. Luna meremat kedua tangannya. Jujur, Luna sangat deg-degan dan nervous.

"Luna Sayang... Ayo kita depan. Dimas sudah menunggu mu," ucap Hanum.

Luna mengangguk, lalu berdiri. Dengan hati berdebar, Luna melangkah keluar ditemani sang bibi.

Dengan senyum terkembang di bibirnya, Luna melangkahkan kakinya menuju dimana Dimas tengah menantinya.

Kini Luna sudah duduk berdampingan dengan Dimas. Luna menundukkan kepalanya dalam-dalam, karena rasa gugup kini dirasakannya.

Dihadapan Pamannya, Dimas mengikrarkan namanya hanya dengan satu tarikan napas, Dimas kini sudah mempersunting Luna. Mengikrarkan janji sucinya dihadapannya semua orang dan Tuhan.

Semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah. Senyum tipis terbit di bibirnya Luna. Lega rasanya, setelah tadi merasakan ketegangan.

Selesai menandatangani buku nikah, Luna kemudian mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Dimas. Meski pria yang sudah sah menjadi suaminya terlihat dingin.

Mungkin Dimas yang kini sudah menjadi suaminya itu belum mencintainya, makanya raut wajah Dimas terlihat biasa saja. Dan siapa tahu dengan seiring berjalannya waktu Dimas bisa mencintainya dengan tulus.

***

Setelah seharian menjadi ratu dan raja. Kini Luna dan Dimas sudah berada di kamar Luna.

Wajah Luna merona ketika ia dan suaminya hendak masuk ke kamar. Bagaimana tidak merona, Silfa dan yang lainnya meledeknya.

"Cie... Cie... Pengantin baru. Udah nggak sabar ni Yee."

"Masih sore. Jangan belah duren sekarang."

"Kayaknya nggak bakal keluar kamar sampai besok."

Begitu ledekan dari semuanya.

Suasana canggung menyelimuti keduanya. Bahkan baik Luna maupun Dimas tidak ada yang membuka suaranya. Sesekali Luna melirik ke arah Dimas yang sibuk dengan ponselnya.

"E'hem...." Luna berdehem. "Mm... Mas mau mandi sekarang atau nanti?" Tanya Luna, membuka suaranya.

Dimas meliriknya sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Luna.

Meski tidak di jawab, Luna kembali berbicara. "Kalau Mas mau mandi sekarang, biar aku siapkan air hangatnya."

Kali ini Dimas menyahutinya singkat. "Tidak perlu. "

Bingung harus berbicara apa lagi, akhirnya Luna memutuskan membersihkan diri.

Kurang lebih lima belas menit, Luna pun keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dengan handuk yang menggulung di atas kepalanya. Luna melirik Dimas, yang ternyata masih sibuk dengan ponselnya.

Kira-kira, apa yang sedang di lihat Dimas? Sejak tadi terus saja sibuk dengan ponselnya. Hati Luna bertanya-tanya.

Melihat Luna sudah selesai mandi, Dimas kemudian meletakkan ponselnya dan menatap wajah Luna.

"Malam ini, kita berangkat ke kota," ucap Dimas.

Luna yang tengah mengeringkan rambutnya langsung berhenti dan menatap Dimas. "Ke kota?"

"Iya... Karena besok aku ada kerjaan." Tambahnya lagi.

Dimas memang memiliki pekerjaan di kota. Dimas termasuk pemuda yang sukses. Terbukti, diusianya yang masih muda Dimas sudah memiliki usaha di bidang jasa pengiriman barang.

"Baiklah," jawab Luna dengan berat hati.

Sebenarnya, Luna ingin berziarah dulu ke makam orang tuanya. Sekaligus ingin memperkenalkan Dimas dihadapan makam orang tuanya, tapi ternyata Dimas mengajaknya ke kota malam ini. Dan Luna tidak bisa menolaknya.

Terpopuler

Comments

Mutia Kim🍑

Mutia Kim🍑

Entah apa pekerjaan aslinya si Dimas di kota

2023-06-04

1

Mak Aul

Mak Aul

Cowoknya kayak batu kali

2023-05-29

1

Sui Ika

Sui Ika

kamu bertanya tanya?

2023-05-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Menerima perjodohan
2 Bab 2 ~ Menikah
3 Bab 3 ~ Berangkat ke kota
4 Bab 4 ~ Karena kamu sudah dijual
5 Bab 5 ~ Sembunyi
6 Bab 6 ~ Gadis penyusup
7 Bab 7 ~ Kamu...
8 Bab 8 ~ Bayu sangat murka
9 Bab 9 ~ Malangnya Luna
10 Bab 10 ~ Terima kasih Vano
11 Bab 11 ~ Ketakutan Luna terjadi
12 Bab 12 ~ Jangan pikir kamu bisa lari
13 Bab 13 ~ Kecelakaan
14 Bab 14 ~ Tetaplah disini
15 Bab 15 ~ Kamu kok masih disini?
16 Bab 16 ~ Berpura-pura
17 Bab 17 ~ Interview
18 Bab 18 ~ Bertemu Dimas
19 Bab 19 ~ Apa benar?
20 Bab 20 ~ Tak sengaja
21 Bab 21 ~ Kekecewaan Bramantyo
22 Bab 22 ~ Menyusul Luna ke kota
23 Bab 23 ~ Bertemu dengan Paman
24 Bab 24 ~ Kejujuran Dimas
25 Bab 25 ~ Senyum seringai Pak Ariawan
26 Bab 26 ~ Berani kamu datang kesini !
27 Bab 27 ~ Menjadi sekretaris dadakan
28 Bab 28 ~ Meminta bantuan
29 Bab 29 ~ Dejavu
30 Bab 30 ~ Luna belum pulang
31 Bab 31 ~ Mencari celah agar bisa kabur
32 Bab 32 ~ Belum ketemu
33 Bab 33 ~ Tak bisa melawan
34 Bab 34 ~ Tidak terkendalikan lagi
35 Bab 35 ~ Permintaan Luna
36 Bab 36 ~ Dasar pebinor
37 Bab 37 ~ Pergi ke kantor polisi
38 Bab 38 ~ Tak ada kabar
39 Bab 39 ~ Tetaplah bersamaku
40 Bab 40 ~ Pulang kampung
41 Bab 41 ~ Melarikan diri
42 Bab 42 ~ Ternyata Bu Tari
43 Bab 43 ~ Mencari Luna
44 Bab 44 ~ Menjadi tameng
45 Bab 45 ~ Meminta maaf
46 Bab 46 ~ Mau fokus kuliah dulu
47 Bab 47 ~ Lulus kuliah
48 Bab 48 ~ Putus
49 Bab 49 ~ Datang melamar mu
50 Bab 50 ~ Hiduplah bersamaku
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 ~ Menerima perjodohan
2
Bab 2 ~ Menikah
3
Bab 3 ~ Berangkat ke kota
4
Bab 4 ~ Karena kamu sudah dijual
5
Bab 5 ~ Sembunyi
6
Bab 6 ~ Gadis penyusup
7
Bab 7 ~ Kamu...
8
Bab 8 ~ Bayu sangat murka
9
Bab 9 ~ Malangnya Luna
10
Bab 10 ~ Terima kasih Vano
11
Bab 11 ~ Ketakutan Luna terjadi
12
Bab 12 ~ Jangan pikir kamu bisa lari
13
Bab 13 ~ Kecelakaan
14
Bab 14 ~ Tetaplah disini
15
Bab 15 ~ Kamu kok masih disini?
16
Bab 16 ~ Berpura-pura
17
Bab 17 ~ Interview
18
Bab 18 ~ Bertemu Dimas
19
Bab 19 ~ Apa benar?
20
Bab 20 ~ Tak sengaja
21
Bab 21 ~ Kekecewaan Bramantyo
22
Bab 22 ~ Menyusul Luna ke kota
23
Bab 23 ~ Bertemu dengan Paman
24
Bab 24 ~ Kejujuran Dimas
25
Bab 25 ~ Senyum seringai Pak Ariawan
26
Bab 26 ~ Berani kamu datang kesini !
27
Bab 27 ~ Menjadi sekretaris dadakan
28
Bab 28 ~ Meminta bantuan
29
Bab 29 ~ Dejavu
30
Bab 30 ~ Luna belum pulang
31
Bab 31 ~ Mencari celah agar bisa kabur
32
Bab 32 ~ Belum ketemu
33
Bab 33 ~ Tak bisa melawan
34
Bab 34 ~ Tidak terkendalikan lagi
35
Bab 35 ~ Permintaan Luna
36
Bab 36 ~ Dasar pebinor
37
Bab 37 ~ Pergi ke kantor polisi
38
Bab 38 ~ Tak ada kabar
39
Bab 39 ~ Tetaplah bersamaku
40
Bab 40 ~ Pulang kampung
41
Bab 41 ~ Melarikan diri
42
Bab 42 ~ Ternyata Bu Tari
43
Bab 43 ~ Mencari Luna
44
Bab 44 ~ Menjadi tameng
45
Bab 45 ~ Meminta maaf
46
Bab 46 ~ Mau fokus kuliah dulu
47
Bab 47 ~ Lulus kuliah
48
Bab 48 ~ Putus
49
Bab 49 ~ Datang melamar mu
50
Bab 50 ~ Hiduplah bersamaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!