Hari ini Luna dan Dimas akan menikah. Luna kini sudah duduk di depan cermin, ia baru saja di rias oleh MUA. Wajahnya yang cantik bertambah cantik, setelah dipoles make up.
Seketika raut wajahnya berubah mendung, mengingat kedua orang tuanya. Di hari bahagianya ini, kedua orang tuanya tidak ada.
Sedih.
Sudah pasti Luna rasakan. Walaupun begitu, Luna harus tetap tersenyum dengan pernikahan ini. Ia tidak mau terlihat murung di hari pernikahannya, hanya karena tidak ada orang tuanya di tengah-tengah hari bahagianya.
Luna kemudian meraih foto kedua orang tuanya yang terpajang di meja belajar. Mengusapnya, seolah ayah dan bundanya ada didepannya.
"Ayah, bunda... Restui pernikahan Luna sama kak Dimas. Semoga pernikahan yang akan Luna jalani bersama kak Dimas senantiasa rukun, damai, sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan."
Walaupun demikian, Luna tetap harus memohon restu kepada orang tuanya. Meski orang tuanya sudah meninggal.
Luna melihat jam yang menggantung di dinding dan sebentar lagi acara ijab Kabulnya akan di mulai. Luna meremat kedua tangannya. Jujur, Luna sangat deg-degan dan nervous.
"Luna Sayang... Ayo kita depan. Dimas sudah menunggu mu," ucap Hanum.
Luna mengangguk, lalu berdiri. Dengan hati berdebar, Luna melangkah keluar ditemani sang bibi.
Dengan senyum terkembang di bibirnya, Luna melangkahkan kakinya menuju dimana Dimas tengah menantinya.
Kini Luna sudah duduk berdampingan dengan Dimas. Luna menundukkan kepalanya dalam-dalam, karena rasa gugup kini dirasakannya.
Dihadapan Pamannya, Dimas mengikrarkan namanya hanya dengan satu tarikan napas, Dimas kini sudah mempersunting Luna. Mengikrarkan janji sucinya dihadapannya semua orang dan Tuhan.
Semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah. Senyum tipis terbit di bibirnya Luna. Lega rasanya, setelah tadi merasakan ketegangan.
Selesai menandatangani buku nikah, Luna kemudian mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Dimas. Meski pria yang sudah sah menjadi suaminya terlihat dingin.
Mungkin Dimas yang kini sudah menjadi suaminya itu belum mencintainya, makanya raut wajah Dimas terlihat biasa saja. Dan siapa tahu dengan seiring berjalannya waktu Dimas bisa mencintainya dengan tulus.
***
Setelah seharian menjadi ratu dan raja. Kini Luna dan Dimas sudah berada di kamar Luna.
Wajah Luna merona ketika ia dan suaminya hendak masuk ke kamar. Bagaimana tidak merona, Silfa dan yang lainnya meledeknya.
"Cie... Cie... Pengantin baru. Udah nggak sabar ni Yee."
"Masih sore. Jangan belah duren sekarang."
"Kayaknya nggak bakal keluar kamar sampai besok."
Begitu ledekan dari semuanya.
Suasana canggung menyelimuti keduanya. Bahkan baik Luna maupun Dimas tidak ada yang membuka suaranya. Sesekali Luna melirik ke arah Dimas yang sibuk dengan ponselnya.
"E'hem...." Luna berdehem. "Mm... Mas mau mandi sekarang atau nanti?" Tanya Luna, membuka suaranya.
Dimas meliriknya sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Luna.
Meski tidak di jawab, Luna kembali berbicara. "Kalau Mas mau mandi sekarang, biar aku siapkan air hangatnya."
Kali ini Dimas menyahutinya singkat. "Tidak perlu. "
Bingung harus berbicara apa lagi, akhirnya Luna memutuskan membersihkan diri.
Kurang lebih lima belas menit, Luna pun keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dengan handuk yang menggulung di atas kepalanya. Luna melirik Dimas, yang ternyata masih sibuk dengan ponselnya.
Kira-kira, apa yang sedang di lihat Dimas? Sejak tadi terus saja sibuk dengan ponselnya. Hati Luna bertanya-tanya.
Melihat Luna sudah selesai mandi, Dimas kemudian meletakkan ponselnya dan menatap wajah Luna.
"Malam ini, kita berangkat ke kota," ucap Dimas.
Luna yang tengah mengeringkan rambutnya langsung berhenti dan menatap Dimas. "Ke kota?"
"Iya... Karena besok aku ada kerjaan." Tambahnya lagi.
Dimas memang memiliki pekerjaan di kota. Dimas termasuk pemuda yang sukses. Terbukti, diusianya yang masih muda Dimas sudah memiliki usaha di bidang jasa pengiriman barang.
"Baiklah," jawab Luna dengan berat hati.
Sebenarnya, Luna ingin berziarah dulu ke makam orang tuanya. Sekaligus ingin memperkenalkan Dimas dihadapan makam orang tuanya, tapi ternyata Dimas mengajaknya ke kota malam ini. Dan Luna tidak bisa menolaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Mutia Kim🍑
Entah apa pekerjaan aslinya si Dimas di kota
2023-06-04
1
Mak Aul
Cowoknya kayak batu kali
2023-05-29
1
Sui Ika
kamu bertanya tanya?
2023-05-28
2