Luna semakin tak mengerti dengan ucapa Dimas.
Di bayar? Apa maksud Dimas? Memangnya dirinya barang yang bisa diperjualbelikan.
"Kenapa aku di bayar? Memangnya aku ini barang," desis Luna.
Dimas memutarkan bola matanya. "Kamu jangan banyak bicara. Pokoknya malam ini kamu temani Pak Ariawan. Dan kamu... Harus melayaninya. Ngerti kamu!"
"Aku nggak mau!" Luna jelas menolaknya. "Memangnya aku perempuan apaan."
Dimas mendengus mendengar bantahan Luna. Lalu Dimas semakin kuat mencengkram tangan Luna, sampai-sampai Luna meringis.
"Dengar ya. Mulai malam ini kamu bukan lagi istriku dan kamu... Sudah ku jual sama Pak Ariawan."
Jedeer...
Bagai disambar petir, Luna mendengar ucapan Dimas. Dijual? dirinya dijual sama suaminya sendiri.
Bumi tempatnya berpijak, seolah berhenti dan membawanya ke dasar jurang yang terdalam. Perkataan Dimas membuat ulu hatinya terasa sesak.
"Mak-sud kamu... Aku... Di jual?" Luna berkata dengan suara tercekat. Sambil mencari kesungguhan di bola mata Dimas.
Dimas langsung menganggukkan kepalanya cepat. "Yap... Aku memang menjual kamu," jawab Dimas santai tanpa dosa.
Kedua bola mata Luna kini mulai memanas. Dunia nya terasa berhenti, hancur, sedih dan menyakitkan.
Plakk...
Luna menampar pipi Dimas. Rahang Luna mengetat. Giginya bergeletuk menahan marah.
"Jahat kamu!" Marah Luna. "Kamu menikahi ku hanya untuk di jual?" Salak Luna penuh emosi.
Sungguh, Luna tak menyangka kalau Dimas akan sejahat itu. Luna pikir, menerima perjodohan ini akan membawanya menuju kebahagiaan, tapi ternyata membawanya ke dalam neraka.
Dimas tidak peduli dengan kemarahan Luna, justru Dimas mengerlingkan matanya ke arah Pak Ariawan. Memberi isyarat agar menarik Luna ke dalam kamar hotel.
Pak Ariawan yang mengerti dengan kerlingan mata Dimas, langsung menarik tangan Luna.
"Jangan pegang-pegang!" Sentak Luna, sembari menarik tangannya. Luna jijik di pegang oleh lelaki tua itu.
Akan tetapi, usahanya lepas dari cengkeraman Pak Ariawan sia-sia. Justru Pak Ariawan semakin kuat menarik tangan Luna.
Dimas mengibaskan tangannya, menyuruh Pak Ariawan segera menarik Luna.
Dimas tersenyum lebar melihat Luna sudah berada di dalam kamar.
"Selamat bersenang-senang, istriku...." Ucap Dimas sembari menepuk-nepuk pintu kamar. Setelah itu Dimas meninggalkan Luna.
"Lepaskan aku!" Tapi, Pak Ariawan tidak menghiraukan perkataan Luna, dan tarikan Pak Ariawan semakin kencang. Lalu, di dorongnya tubuh Luna, hingga terjatuh ke lantai.
"Aww...!" Luna meringis sakit, karena lututnya terbentur lantai marmer.
Seringai di wajah Pak Ariawan, membuat Luna menelan ludahnya berkali-kali. Luna segera berdiri dan menghindar, ketika Pak Ariawan mulai mendekatinya.
"Sini sayang... Kamu harus puasin saya."
Luna menggeleng-gelengkan kepalanya. Air matanya kini luruh. Sungguh sial hidupnya.
Malam pertama yang harusnya menjadi malam yang membahagiakan, tapi justru menjadi malam kelabu.
Malam pertama yang seharusnya menghabiskan waktu bersama suami, tapi suami mengirimnya ke neraka.
Andai Luna tahu, kalau lelaki yang menjadi suaminya itu berniat jahat. Maka ia tidak akan menerima perjodohan ini. Luna mengutuki kebodohannya, yang bersedia menerima Dimas sebagai suaminya dan menyesal telah menyukai Dimas.
Sekarang bagaimana caranya terbebas dari kurungan lelaki yang menjijikkan ini. Lelaki yang ingin menghancurkan masa depannya.
"Sini sayang... Nggak usah takut," ucapnya dengan seringainya.
"Om... Aku mohon bebaskan aku...." Luna memelas, berharap Pak Ariawan mengasihaninya.
Bukannya kasihan, justru Pak Ariawan tertawa. "Kamu ingin bebas?"
Luna mengangguk cepat.
"Mudah saja kalau kamu ingin bebas. Kembalikan uang yang sudah saya bayar mahal."
"lima ratus juta. Apa kamu sanggup?"
Glek.
Luna menelan salivanya. Darimana ia mengembalikan uang lelaki itu, sedangkan ia tidak memiliki uang sebanyak itu.
"Kenapa diam? Kamu tidak sanggup mengembalikan uang saya?"
"Maka, kamu harus layani saya."
Air mata Luna semakin deras bercucuran, disertai gelengan kepala.
Pak Ariawan kini sudah berdiri didepannya dan Luna sudah tidak bisa bergerak, karena tubuhnya sudah terpojok ke dinding. Luna menahan tubuh Pak Ariawan sekuat tenaga. Bagaimana pun ia tidak mau menjadi pemuas lelaki tua itu.
Pak Ariawan menyingkirkan tangan Luna. Tidak peduli dengan tatapan sedih Luna. Hasratnya yang sudah di ujung harus terealisasikan.
"Om... Aku mohon lepas aku." Sekali lagi Luna memohon. Berharap lelaki dihadapannya berbelas kasih kepadanya.
"Om...!" Pekik Luna, karena tubuhnya kini langsung di tarik ke dalam dekapan Pak Ariawan.
Pak Ariawan mengangkat wajah Luna dengan paksa, lalu diciumnya bibir Luna dengan rakus.
Luna memukul-mukul tubuh Pak Ariawan dan berusaha melepaskan diri dari Kungkungan Pak Ariawan. Akan tetapi, tenaganya kalah kuat dengan Pak Ariawan.
'Ya Tuhan... Tolonglah hamba....' Batin Luna.
Air matanya semakin deras bercucuran. Kemudian tubuh Luna langsung di dorong ke atas ranjang. Sampai-sampai terjerembab dan tubuh mungilnya langsung ditindih.
"Hhffmm...." Luna menggeleng-gelengkan kepalanya. Agar ciuman liar Pak Ariawan terlepas.
Brakk...
Pintu tiba-tiba terbuka sangat keras. Sepasang mata menatapnya penuh emosi. Rahangnya mengeras melihat adegan yang menjijikkan.
Orang itu adalah Bayu, anak tiri dari Pak Ariawan.
"Bayu...." Cicit Pak Ariawan, yang terkejut melihat anak tirinya ada disini.
"Dasar baji ngan!" Maki Bayu, yang sangat geram terhadap Pak Ariawan. Apalagi melihat Pak Ariawan tengah menindih tubuh perempuan. Lalu Bayu segera menarik tubuh Pak Ariawan dari atas tubuh Luna dan memukul wajah Pak Ariawan.
Bugh... Bugh...
Dua pukulan keras mengenai wajah Pak Ariawan. Sampai-sampai Pak Ariawan tersungkur ke lantai.
Bayu sungguh sangat marah terhadap Pak Ariawan. Bagaimana tidak, ibu tercintanya tengah sakit, tapi lelaki tua brengsek itu tengah asik bercumbu dengan wanita lain.
Sangat sangat menjijikkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
lovely
syukurlah ada dewa penolong
2023-06-16
1
Cerita Aveeii
untung ada yg nyelametin
2023-05-29
1
Sui Ika
gak mau!
2023-05-28
2