2

Henry memang tak diperbolehkan keluar dari istananya, tapi bukan berarti orang luar tak diizinkan datang. Seperti sekarang, salah satu kakak Henry datang dan merusak semua barang yang ada di ruang tamu pangeran malang kita.

"Oi, coba lihat!" Kata kakaknya Henry. "Ayah memberikan aku pedang baru karena guru memuji kemampuanku!" tambahnya bersikap sombong.

Pangeran kecil kita itu hanya menganggukkan kepalanya. "Kakak memang hebat!" pujinya setulus hati.

"Jangan panggil aku kakak!" hardiknya kasar. "Aku tak punya adik memalukan seperti kamu!" ketusnya lagi. "Kata ibundaku, kamu itu tak lebih dari pelayan kotor yang diberi label pangeran!" tambahnya menghina Henry.

Henry tertunduk, dia sudah sering mendengar hal seperti itu. Dia kira dirinya cukup terbiasanya, tapi nyatanya tetap saja sakit saat mendengar hinaan yang sama terucap dengan mudahnya di depan dirinya sendiri.

"Oi, bodoh! Aku lagi bicara! Dengarkan dan jangan abaikan aku?!" setiap pangeran jahat itu membuka mulutnya, dia selalu menghancurkan satu barang yang ada di ruangan itu.

Tak bisa berbuat apa-apa karena tak tahu di mana dan apa kesalahan yang sudah dia perbuat. Henry memilih diam saja meski barang-barang di ruangannya dihancurkan.

Puas karena Henry tak melawan, Pangeran Leo pun kembali dengan wajah senang karena telah melampiaskan kekesalannya pada bocah kurang beruntung yang merupakan adiknya.

"Ahh, pekerjaan kita bertambah lagi!" keluh salah satu pelayan berdecak kesal.

"Haruskah kita juga yang membereskan ini? Padahal ini bukan urusan kita!" ucap seorang lagi yang bertugas bersama pelayan satunya.

"Kamu kira ada yang mau ditugaskan ke sini secara sukarela kalau bukan karena terpaksa atau sedang menjalani hukuman?!" dengusnya kesal.

"Biar aku yang mengurus ini," sela Henry bersikap ramah. "Kalian boleh kembali dan beristirahat," katanya lagi.

"Oh, benarkah?" tanya si pelayan dengan cepat.

"Pangeran kami memang sangat pengertian!" kikik mereka berdua menertawakan kebodohan Henry yang terus saja melakukan pekerjaan remeh seperti ini untuk memenangkan hati seorang pelayan. Mungkin agar dia tak lagi harus merasa kesepian dan ada yang menemani, makanya pangeran kecil bodoh itu sampai berbuat seperti itu.

"Kalau begitu kami akan pergi sekarang, yang mulia," kekeh si pelayan yang senang bebas dari tugasnya.

"Berhati-hatilah saat membersihkannya, yang mulia. Ada beberapa serpihan kaca saya lihat," tambah yang lain sebelum mereka pergi meninggalkan Henry.

Pangeran kecil kita membersihkan semuanya sampai semua serpihan tak tersisa. Bocah kecil itu menghela napas panjang. Sangat susah hanya untuk bertahan hidup dengan damai tanpa masalah hingga dewasa.

"Aku tak akan menyerah!" kata bocah itu bersemangat. "Aku akan terus maju dan berusaha keras untuk membuat ayah menyayangi aku!" katanya lagi penuh tekad.

Begitu Henry terlelap, Tujuh pun melaporkan apa yang sudah dilakukan oleh pangeran lain pada pangeran yang dia kawal. Pria itu juga menceritakan tentang betapa kurang ajarnya dua pelayan yang malah mengomel saat ada kerjaan dan berakhir dengan Pangeran Henry yang mengerjakannya sendiri. Tujuh juga menyampaikan kalau tekad pangeran kecil mereka masih sama, yaitu membuat kaisar mereka perhatian dan menyayangi dirinya meski hanya sedikit.

Wajah kaisar terlihat kusut, dia kesal tak bisa bertindak bebas padahal dirinya merupakan orang nomor satu di negaranya sendiri. Dia harus menipu mata para penjahat dan menjauhi anak kesayangannya sendiri. Sungguh takdir yang menjengkelkan untuk dijalani.

"Segera ganti semua perabotan sang pangeran, berikan perabotan yang terlihat murah tapi tak mudah hancur pada kenyataannya!" titahnya membuat keputusan cepat.

"Untuk Pangeran Leo, biar aku sendiri yang menghukum dia dengan alasan lain!" kata sang kaisar menyipitkan mata kesal.

Tujuh mengangguk paham, mengikuti apa yang junjungannya perintahkan untuk dilakukan. Pria itu bergerak dalam diam dan bekerja secepat yang dia bisa. Semua telah selesai dia lakukan, bahkan sebelum jam jaga tengah malam berdentang nyaring.

"Semoga yang anda inginkan akan segera terpenuhi, pangeran," katanya berbisik tulus sambil menatap ke langit malam. Tujuh pun tertidur tapi tetap dalam keadaan waspada. Dia tak pernah menurunkan penjagaannya sama sekali walau matanya tertutup rapat. Semua bunyi sekecil apa pun berhasil tertangkap oleh indera pendengaran pria yang mengawal Henry itu.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

Keesokan harinya, Henry cukup terkejut dengan keadaan ruang tamunya yang kembali dipenuhi oleh beberapa perabotan. Meski terlihat kusam dan tak mewah, tapi tak masalah sama sekali bagi Henry. Dari pada tak punya, dia lebih memilih menggunakan barang-barang itu untuk keperluannya sehari-hari.

"Ya, ampun! Apa-apaan semua ini?" kata pelayan yang baru saja datang.

"Padahal kemarin di sini sangat berantakan!" ucap pelayan yang lain.

"Apa anda melakukan sihir atau sebuah trik?" tanyanya menatap curiga.

"Aku juga baru melihat semua ini dan terkejut seperti kalian," balas Henry polos.

"Tapi, ini bahkan terlihat lebih murahan dari pada yang ada di rumah keluarga kami," cibir pelayan ke satu menghina barang-barang yang Pangeran Henry dapatkan.

"Jangan begitu, ini sudah lebih bagus dari pada tak memiliki perabotan sama sekali," kikik yang lain mengejek pangeran kecil mereka.

"Maaf, kalau komentar kami menyinggung anda, yang mulia," kata mereka berdua tanpa rasa hormat sama sekali. Jelas keduanya hanya meminta maaf untuk berbasa-basi saja tanpa adanya ketulusan sedikit pun di dalamnya.

"Tak apa," ucap Pangeran Henry tenang. "Apa yang kalian katakan sama seperti apa yang saya pikiran beberapa saat yang lalu," lanjutnya tak tersinggung sama sekali.

Kedua pelayan itu sebal, kenapa hari ini pangeran kecil mereka tak asik untuk diajak bermain seperti biasanya.

"Kami akan ke dapur dan menyiapkan makanan untuk anda dengan segera!" katanya kesal.

...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...

"Apa-apaan perilaku bodoh tadi itu? Menjengkelkan?!" dengus pelayan tadi kesal tanpa sebab.

"Jangan terlalu kesal hanya karena seorang bocah buangan," bisik kawannya menghibur. "Percuma membuang emosi untuk anak yang sama sekali tak berpendidikan!" tambahnya mendengus meremehkan Henry.

"Kamu benar!" ucap yang lain setelah cukup tenang. "Ayo, buat makanan enak untuk kita dan berikan makanan spesial untuk pangeran kecil kita yang terlalu baik hati!" kekehnya mencoba mengganggu Henry dengan cara lain. Pelayan satunya pun mengangguk setuju. Setelah mereka berdua kenyang memakan makanan-makanan enak, mereka hanya memberikan Henry sepotong roti keras dan sup tanpa isi sama sekali.

Pangeran Henry tak berkomentar, dia memilih makan dalam diam. Setelah selesai dia bahkan berterimakasih atas makanan yang telah mereka sediakan untuknya.

Kedua pelayan itu tampak puas, mereka berhasil mengerjai pangeran yang seharusnya mereka hormati. Siapa suruh menjadi pangeran lemah yang dengan mudahnya dibully oleh pelayan seperti mereka.

Sedangkan di sisi lain, Pangeran Henry kembali membaca buku dan mencoba mengikuti instruksi yang tertulis di sana. Beberapa hari terakhir ini, Henry lebih suka belajar tentang ilmu pedang. Dia bahkan membuat sendiri pedang kayu, meski bentuknya tak sebagus pedang kayu sungguhan, tapi Henry sudah senang karena bisa memiliki sesuatu yang dia buat sendiri dengan tangannya yang kecil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!