Sejak kejadian di kantin, tentu namanya langsung terkenal dalam sekejap disekolah itu. Lihatlah, banyak pasang mata menyorot padanya lagi dengan ekspresi yang beraneka ragam. Tetapi, Cia tidak peduli, ia tetap melangkah dengan mantap menuju kelasnya.
"Anak baru dah terkenal aja ya." ledek Serena menatap sinis kearah Cia. Cia memutar bola matanya malas, ia menghiraukan Serena dan duduk dengan tenang dikursinya.
Serena geram, ia yang tahun berada disini belum pernah sekalipun terlihat oleh Abryal. Padahal tubuhnya sudah seperti bak gitar spanyol, siapapun pria yang melirik kearahnya pasti tergoda. Tetapi, tidak berlaku untuk pria yang menyandang gelar ketua OSIS itu, rasanya Serena ingin mendapatkan hati pria tampan itu juga. "Yalah, gue jamin lo nggak bakalan dapat kak Al."
"Yalah terserah, ambillah!" jawab Cia ketus sambil memainkan ponselnya. Serena begitu geram dengan tingkah anak baru itu, rasanya ia ingin menamparnya.
"Bricia," panggil seseorang membuat semuanya mematung begitu juga Cia yang tiba-tiba tersentak dengan panggilan itu. Cia menoleh dan mendapati Abryal berada didepan kelasnya. "Sini bentar!" serunya membuat semuanya heboh melihat kearah Cia.
"Astaga Ci, lo mau ditembak ya sama kak Al?!"
"Kasian banget lo Na, ditikung duluan sama anak baru."
"Punya body goal belum menjamin dapat yang spek ya!" ledeknya pada Serena.
"Buruan Ci kesana!"
"Aduhai ganteng banget laki gue!"
Serena mengepal tangannya kuat, ia tidak terima jika Cia akan menjadi kekasih dari Abryal. "Mereka nggak cocok."
Cia berdecak pelan, ia pun buru-buru terpaksa menghampiri Abryal. "Kenapa?" tanyanya ketus.
"Lo beli jepit rambut putih itu dimana?" tanyanya terus memperhatikan jepit rambut milik Cia.
Cia mengernyit bingung, kenapa pria ini tiba-tiba menanyai jepit rambutnya. "Nggak dijual."
"Ck, gue nanya belinya dimana?" tanyanya lagi kesal.
"Ya carilah sendiri kak, ini punya gue. Kalau lo mau beli, cari sendiri." ketusnya membuat Abryal langsung merampas jepit rambutnya.
"Sebelum lo ngasih tau gue dimana lo beli, nih jepit rambut gue rampas dulu. Bye!" serunya melambaikan tangannya menjauh dari Cia.
"Abryal sialan!" umpatnya pelan, Huft kenapa hari kemarin baik-baik saja? Kenapa hari ini tidak? Sial, itu kan jepit rambut kesayangannya dari kecil. Cia terus mencaci maki, pokoknya nama Abryal kini adalah nama yang paling ia benci.
"Gue harus dapatin itu balik! Ck, gue nggak tau nih jepit dapat dari mana, orang gue waktu itu masih kecil banget. Sial gimana cara ngambilnya lagi?!" gerutunya frustasi.
***
Cia tersenyum puas saat akhirnya menemukan pria itu daritadi setelah setengah jam keliling sekolah. Benar kata Mira, pria itu jarang terlihat disekolah. Cia berjalan mendekati lapangan voli dan melihat ada beberapa anak OSIS tengah bermain voli. "Widih spek mereka ngeri-ngeri woi," decaknya kagum, lalu pandangannya tertuju pada Abryal yang tengah menservis bola.
"Gila, dia keren banget mainnya. Eh? Cih, ngapain gue muji-muji dia." gerutunya kesal. Pandangannya tertuju pada salah satu tas yang menumpuk disana, ia berasumsi jika salah satu tas Abryal ada disana.
"Benar aman nih kan? Ih bodo amatlah marah atau nggaknya nanti urusan belakangan." gumamnya nekat menghampiri beberapa tas yang menumpuk disana.
Kebetulan tidak banyak yang menonton lantaran sudah jam pulang sekolah. Walaupun Abryal banyak penggemarnya, tetapi mereka semua tahu watak pria itu tidak ingin dikerumuni ramai-ramai atau mereka bersiap-siap mendapatkan hukuman darinya. Perkataan pria ini tidak main-main, sudah banyak kasus terjadi disini karena titah sang Abryal. Alhasil mereka hanya bisa pria itu lewat live sosial media dari seseorang yang juga merupakan anggota OSIS, itupun tanpa sepengetahuan pria itu.
Abryal yang asyik mengoper bola, tatapan matanya malah tertuju pada seseorang yang sedang mengacak-acak ranselnya. Saat bola mengarah padanya, Abryal langsung memukul bola kearah dekat gadis itu.
"AKKH!" pekik Cia terkejut, hampir saja ia terkena bola voli. Tatapannya langsung tertuju kearah lapangan dan mendapati Abryal menatapnya tajam.
Semua orang lagi-lagi menatapnya, apalagi ia mengambil sesuatu didalam ransel Abryal. Menyadari hal itu Cia buru-buru menutup ranselnya lagi dan menggenggam jepit rambutnya yang sempat ia temukan dalam ransel Abryal. "La-lanjutkan permainan kalian...Hahaha keren...keren!" serunya perlahan-lahan berjalan keluar sambil menyungging senyum terpaksa.
"Letakkan jepit itu lagi dalam tas gue!" ucap Abryal dingin membuat Cia dan yang lainnya terdiam. Cia memberengut, menggeleng kepala kearah Abryal.
"Maaf ini punya gue, kalau lo mau ini beli sendiri. Permisi ya kak, gue izin pulang dulu." pamitnya langsung berlari keluar.
Abryal tidak menyangka jika gadis itu begitu nekat terhadapnya, ia tertawa pelan membuat semuanya merinding melihat Abryal. "Sudah gue duga, lo emang unik Bricia." gumamnya pelan berjalan kearah ranselnya.
"Al, lo mau kemana? Mainnya belum selesai woi." tanya David melihat sahabatnya hendak pergi.
"Gue lelah, cari aja penggantinya. Gue cabut dulu bye!" serunya melambaikan tangan tanpa menoleh kearah David. Sedangkan David hanya berdecak pelan melihat tingkah Abryal.
"Astaga anak itu, tapi...Apa dia punya hubungan dengan gadis tadi? Nggak biasanya dia berurusan dengan seorang gadis, menarik." gumamnya terkekeh pelan.
***
Braak.
Cia terengah-engah sampai dirumah dengan selamat. Ia tadi begitu laju mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata agar tidak sampai dikejar Abryal. Sungguh, ia takut dengan aura pria itu.
"Oi, lo ngapa buka pintu kayak gitu huh?" seru seseorang membuat Cia menoleh kearahnya.
"Yoi bang, ambilin minum haus!" Cia memohon pada abangnya.
"Ambil sendiri, kan punya kaki, punya tangan." ketus Azlan—Abangnya Cia.
"Ck, gini amat gue punya abang. Gue kan lagi capek banget," keluhnya namun tidak dihiraukan oleh pria tampan itu.
"Eh lo mau kemana bang?" tanyanya melihat Azlan memakai sepatu.
"Mau kerja kelompok. Nggak terima jasa penitipan." jawabnya sarkas membuat Cia memberengut kesal.
"Belum juga gue ngomong dah hilang aja tuh anak. Huft, untung dapat nih jepit rambut." gumam Cia memandang jepit rambut itu. Ia sebenarnya bingung, mengapa orang setampan Abryal malah tertarik dengan benda perempuan seperti ini. Apa jangan-jangan pria itu ada kelainan?!
"Oh tidak...tidak, jangan sampai gue berurusan dengannya lagi. Udah cukup hari ini aja." Cia langsung mengganti bajunya dan memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci. Setelah itu ia berjalan ke dapur dan terkejut melihat dapur berantakan seperti kapal pecah. "Ck, BANG AZLAN!!"
Cia mengomel sepanjang membersihkan dapur itu hingga bersih sebelum kedua orang tuanya pulang. Maklum, kedua orangtuanya ini termasuk orang yang sibuk dan jarang berasa dirumah. Di hari Minggu saja mereka masih mengurusi hal kantor, sebenarnya Azlan dan Cia merasa kedua orang tuanya sudah tidak peduli lagi dengan mereka, setiap ditanya pasti dengan alasan yang sama yaitu untuk kehidupan mereka juga agar sejahtera. Apalagi mereka baru saja pindah rumah karena kedua orang tua mereka mendapatkan bisnis yang bagus di kota ini. Akhirnya mereka malah terbiasa dengan keadaan keluarga seperti ini walaupun kadang Cia merasa iri dengan keluarga teman lainnya yang kedua orang tuanya masih peduli dengan anak-anaknya.
"Huft, Cia lo nggak boleh tamak. Ingat, dibawah lo masih banyak anak-anak diluar sana yang nggak tau orang tuanya dimana, jadi lo harus bersyukur apapun yang lo punya. Semangat!"
Usai membersihkan dapur, ia pun membuang sampah keluar rumah. "Awas lo bang, gue minta jajan lebih!" gerutunya sambil membawa sekantong besar sampah ditangannya.
"Oh ternyata disini rumah lo, Bricia."
Deg.
Cia terkejut, ia kenal suara ini. Tidak mungkin kan, pria itu ada disini? Dengan perlahan gadis itu berbalik badan dan membeku ditempat saat mengetahui pria itu benar-benar ada disini dan dengan santainya ia duduk diatas motor besar sambil tersenyum tipis padanya.
Gila, baru kali ini gue merinding dengan nih cowok, sebenarnya dia siapa? Kenapa dia trus mengusik gue?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Semangat, KeTos..... 😘💪
2023-09-11
0