Bab 4 Sebuah Pilihan

"Masuk sendiri ke dalam mobil atau aku yang akan memaksa mu!." Gertak Dirga mengancam Acha yang masih bisa bersikap santai.

Acha mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat, sudah banyak orang berlalu lalang di jalan itu, sehingga dirinya tidak akan kesulitan kalau menolak perintah Dirga.

Dengan langkah santai Acha mengayunkan kakinya melewati tubuh tegap Dirga. Hingga berhasil melewati beberapa langkah dari posisi Dirga.

"Aman" Batin Acha tanpa melihat kebelakang.

Tapi sedetik kemudian, tubuh Acha terasa melayang, yang ternyata Dirga sudah berhasil memanggulnya seperti sekarung beras.

"Lepaskan aku!." Acha berteriak sekuat tenaga, bahkan Acha sesekali memukul-mukul punggung Dirga dengan sangat kencang. Tapi bukannya Dirga melepaskan, Acha merasa semakin kuat pegangan Dirga pada tubuhnya.

Dirga berjalan kearah mobil, lalu memasukan tubuh Acha yang ramping setelah pintu mobil terbuka.

Ruslan segera mengunci pintu ketika pintunya sudah di tutup paksa oleh Dirga dari luar.

"Lepaskan aku!." Acha masih berusaha untuk keluar, namun Ruslan memberikan perlawanan supaya Acha tetap duduk manis di dalam mobil.

"Kau handle semua urusan ku hari ini, jangan sampai ada yang tahu kepergian kami." Ucap Dirga setelah berhasil duduk di balik kemudi.

"Baik Pak Dirga, sesuai perintah anda." Ruslan menutup pintu mobilnya lalu segera menjauh dari sana.

"Aku harus menghadiri beberapa pertemuan penting, jadi turunkan aku di sini!." Pinta Acha mengiba sambil berusaha menganggu konsentrasi Dirga yang mengemudi.

"Aku lebih senang jika aku bisa mati di sini bersama mu, itu memang sudah sangat aku harapkan." Dirga begitu enteng berbicara soal kematian. Karena memang dari dulu jiwanya sudah tak lagi bersamanya.

Acha memegang dokumen yang tadinya untuk pertemuan berikutnya. Tapi rupanya dia harus meminta Marvel untuk menghandle semuanya, karena tidak mungkin menghilang begitu saja.

"Jangan kirim pesan apa pun pada partner mu, karena Ruslan saat ini pasti sudah menyampaikan hal yang sama. Tapi tidak mengatakan keberadaan mu dimana." Dirga sekilas menatap Acha yang kembali lagi menaruh ponsel di dalam tasnya. Senyum tipis tersungging dari bibir Dirga, ternyata Acha masih menjadi Acha nya yang penurut jika dia sudah melarangnya.

"Kita mau kemana?, aku enggak bisa pergi jauh dari hotel?, aku masih harus bekerja?." Acha tidak mengenali jalanan yang sudah dilewati Dirga.

"Sebentar lagi akan sampai?." Balas Dirga santai.

Benar saja, tidak lama kemudian mobil Dirga memasuki perumahan yang super besar yang ada di dekat pesisir.

"Ayo kita turun!." Dirga berbicara sangat lembut sebelum keluar dari dalam mobil dengan kunci yang sudah di tangan.

Acha masih terdiam, belum mau turun dari dalam mobil. Memikirkan untuk apa mereka ke sana?, bukanya dirinya juga tidak mau bertemu dengan Dirga?, lalu sekarang apa, mereka berdua?.

Dirga membuka pintu untuk Acha dengan tatapan yang begitu tajam, "Kamu tidak bisa pergi dari sini dengan mudah?, karena aku sudah tahu kepintaran dan kecerdasan yang kamu miliki?. Jadi sekarang aku harus lebih pintar dan cerdik dari mu." Kini posisi keduanya sudah saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.

"Ok, sekarang aku tidak punya banyak waktu. Cepat katakan apa yang mau kamu sampaikan?." Acha mendorong pelan tubuh Dirga kemudian berjalan menuju kursi yang ada di teras.

"Kamu pasti marah karena aku sudah menolak perusahaan mu, iya kan?." Tebak Acha menatap Dirga yang masih berdiri di depannya.

"Salah satunya itu?." Jawab Dirga yang belum bisa melepaskan pandangannya dari Acha.

"Nanti saja kita bicarakan mengenai pekerjaan." Tangan Dirga mengunci tubuh Acha dengan kedua tangan memegang sisi kanan dan kiri kursi.

"Sekarang kita masuk ke dalam rumah, apa yang bisa kita temukan?." Dirga meraih kedua tangan Acha lalu menariknya supaya bangkit.

"Bukannya kita pernah memiliki mimpi untuk membangun rumah impian kita di tempat ini?." Bisik Dirga tepat dibelakang telinga Acha. Karana posisi Dirga yang saat ini ada memegang kedua pundak Acha dari belakang. Sehingga memudahkan Dirga untuk bersikap romantis dan lebih dekat lagi pada Acha.

Acha perlahan melangkah ketika pintu sudah terbuka lebar karena dorongan Dirga yang begitu kuat.

"Perhatikan setiap ruang sudut rumah ini?, semuanya ada nafas kita, detak jantung kita, harapan kita, cinta kita, impian kita."

"Tapi itu dulu..." Acha merasakan begitu sesak di dalam dada. Ketika memori indah itu menarik di pelupuk matanya, kala dekorasi setiap ruang ini menggunakan semua apa yang menjadi kombinasi dari keringanan mereka.

"Aku dan kamu sudah sama-sama membangun rumah yang berbeda. Jadi ini semua sudah tidak memiliki arti apa pun lagi bagi ku." Ucap Acha tidak ingin di setir oleh hatinya sendiri. Sekarang dirinya harus berpikir realistis dengan hubungannya bersama Dirga. Mereka hanya sepasang manusia dari masa lalu yang pernah memiliki cerita indah bersama.

Dengan spontan Dirga memutar tubuh Acha. Mata keduanya tidak bisa berbohong. Kala api cinta itu masih menyala untuk satu sama lain. Walau pun bibir Acha sempat mengatakan tidak.

"Kalau ke sini hanya untuk membuang waktu ku, lebih baik aku pulang sekarang. Karena setiap waktu ku sekarang sudah bernilai uang, jadi aku tidak ingin membuang setiap detiknya."

"Berapa yang kamu hasilkan dari setiap detiknya. Aku akan membayar mahal untuk setiap waktu yang kamu keluarkan untuk bersama ku."

Acha tidak bisa membalas ucapan Dirga, dia lupa kalau yang saat ini sedang berhadapan dengan dirinya, adalah anak dari orang yang sudah membeli setengah dari masa mudanya.

"Aku tidak bermaksud untuk merendahkan mu dengan uang. Hanya saja aku akan melakukan apa pun untuk bisa menghabiskan waktu bersama mu." Dirga merasa tidak enak hati dengan ucapannya sendiri. Hingga di kiranya Acha tersinggung.

Kring kring

Dirga mengeluarkan ponsel dari celana kerjanya, terlihat nama Raisa di sana. Tatapan Dirga beralih pada Acha yang menatapnya juga.

"Kenapa tidak diangkat?. Apa itu dari istri mu?." Tanya Acha kala melihat Dirga mengabaikan bunyi ponselnya. Acha sadar ribuan kali, kalau Dirga yang sekarang sudah memiliki kehidupan yang lain. Acha harus segera bisa keluar dan menjauh lagi dari Dirga.

"Aku tidak ingin membahas siapa pun saat kita bersama. Aku hanya ingin membahas soal kita, hubungan kita yang belum usai."

"Aku sudah mengakhirinya, bahkan kamu juga tahu kenapa aku harus mengakhiri hubungan kita?. Jadi tidak akan pernah ada kata kita, baik sekarang atau pun nanti kedepannya."

"Aku tidak pernah menerima perpisahan itu, itu hanya kamu. Bukan dari kita, jadi kamu masih menjadi kekasih ku, Acha?."

"Bagaimana kamu bisa menganggap tunangan orang lain sebagai kekasih mu?."

"Apa maksud mu?."

"Marvel bukan hanya sekedar partner kerja di perusahan ku. Tapi dia juga tunangan ku, calon suami ku."

"Oh ya?." Dirga mendorong tubuh Acha sampai membentur kursi dan tubuh mereka terjatuh dengan posisi Acha yang berada di bawah Dirga.

"Apa dia pernah menyentuh mu?. Dimana saja dia pernah menyentuh mu, hah?, cepat katakan?." Dirga begitu lepas kendali ketika Acha mengatakan kalau Marvel adalah tunangannya.

"Dia pernah menyentuh ku seperti kamu menyentuh istri mu!."

Bugh

Kepalan tangan itu kembali menonjok lantai, luka yang belum kering pun kini sudah mengeluarkan darah lagi.

Terpopuler

Comments

guest1053527528

guest1053527528

mantap Thor jangan goyah mba Acha kasihan keluarga Dirga dan anak serta istrix .sadarh Dirga TDK selamax bisa di milik..dan mba Acha semoga bisa pergi dari rmh itu dan jangan kembali lagi

2023-03-26

0

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

Bunda'nya Alfaro Dan Alfira

lanjutkan...

2023-03-26

0

STARLA my journey

STARLA my journey

adehhh bikin crmburu aj pake slh ngmng

2023-03-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!