Bab 2 Sebuah Pilihan

Beberapa tahun kemudian....

London, Inggris.

Acha menatap gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi gedung tempatnya bekerja. Posisi jabatannya saat ini tidak main-main, seorang CEO dari PT. AXEL Group, dari perusahaan yang dibangun dan dirintisnya sendiri.

Bukan tanpa perjuangan, air mata, kesakitan, kesendirian dan kesepian, Acha bisa meraih ini semua. Tekanan yang begitu tinggi yang didapatnya dari mereka orang-orang di masa lalunya.

Sebuah pilihan, yang sudah membawanya dalam posisi puncak karir yang sangat gemilang. Namun tidak dengan kisah percintaannya.

"Kamu tidak makan siang?." Suara pria yang begitu lembut membuyarkan lamunannya. Lamunannya yang begitu pahit, jika harus terus dikenang. Tapi bukan hal mudah juga bagi Acha untuk melupakannya.

"Papa..." Acha melihat sudah ada banyak makanan khas Indonesia yang tersaji di atas meja kerjanya. Beberapa makanan yang menjadi kesukaannya, bersamaan dangan orang yang ingin dilupakannya tapi sampai sekarang masih bertahta dihatinya yang paling tinggi.

"Apa Papa yang memasak ini semua?." Acha bangkit dan mendekati meja kerjanya. Yang diikuti oleh Papa Mirwan.

"Bukan Papa, tapi Marvel yang sudah meminta koki perusahaan untuk membuatnya khusus untuk mu."

"Marvel?. Dimana dia?." Acha mencicipi makanan yang selalu sukses membuatnya merasa sangat lapar. Dan seketika pandanganya tertuju pada Marvel yang baru masuk.

"Aku di sini cantik!." Serunya sambil membawa piring kosong untuk mereka makan.

"Kapan kamu balik dari Jakarta?."

"Kemarin malam cantik, dan besok lusa kita akan kembali ke Jakarta?."

"Kenapa bisa secepat itu?, ada urusan apa kita di sana?, kamu saja sendiri yang menghandle proyek di Indonesia. Aku sudah tenang di sini." Acha bernegosiasi pada Marvel, karena sejujurnya dirinya belum siap jika harus kembali ke sana. Dengan hati yang masih terpaut dalam terhadap Dirga.

Atas desakan Marvel dan wejangan dari sang Papa, akhirnya Acha memberanikan diri untuk bisa mulai menghadapi masalah yang selalu dihindarinya. Dengan catatan hanya beberapa hari saja sampai masalah proyek mereka deal semua.

🍁

🍁

🍁

Malam ini, Acha dan Marvel sudah berada di Jakarta, Indonesia. Untuk membicarakan kontrak kerja sama antara PT. AXEL Group dengan PT. Kencana Group. Ada juga beberapa dengan pihak perusahaan lain.

Acha dan Marvel menempati kamar hotel secara terpisah. Kamar hotel yang sudah difasilitasi oleh pihak PT. Kencana Group.

"Rasanya tidak ada yang berubah, semuanya masih sama, berdiri ditempatnya semula." Gumam Acha dengan pandangan jauh lurus ke depan. Memandangi hamparan langit yang terasa begitu luas dari tempatnya sekarang.

Acha segera membaca beberapa dokumen, yang baru tadi diberikan oleh Marvel saat mereka sampai di kamar hotel. Ada beberapa pengajuan kerja sama dengan keuntungan yang memang dicarinya untuk memperluas lagi lini bisnisnya. Lalu sudah dipilih tiga pengajuan yang menurutnya memenuhi standar perusahaannya.

"Besok aku harus tampil segar dan prima. Semoga saja besok berjalan lancar. Aamiin." Acha segera mematikan lampu kamar hotel. Sebab kegelapan salah satu teman setianya selama di London.

Malam yang sama di salah satu rumah besar di Jakarta. Keramaian terjadi karena keceriaan anak perempuan yang begitu lucu, cantik dan menggemaskan.

"Hole...Papa...pulang!." Teriak seorang anak perempuan yang begitu lucu dengan baju tidur bergambar Hello Kitty. Berlari kearah sang pria gagah yang masih lengkap dengan setelan kerjanya, karena pria tersebut merentangkan kedua tangan untuk menyambutnya.

"Putri Papa sudah wangi sekali!." Anak itu tersenyum senang kala sudah berada di dalam gendongan sang Papa.

"Mas Dirga mau makan atau mandi dulu?." Tanya seorang wanita yang usianya tidak jauh dari pria tersebut.

Ya, pria gagah itu adalah Dirga. Anak perempuan tadi adalah Irish anak kandung Dirga dengan Raisa. Mereka memiliki kehidupan yang bisa dibilang sangat harmonis.

"Mandi aja, aku sudah sangat lelah." Jawab Dirga menyerahkan tas kerja pada Raisa.

"Iya Mas Dirga, air panasnya sudah aku siapkan." Keduanya berjalan menuju kamar mereka.

"Irish sama Mama ya?, Papa mau mandi!." Raisa mengulurkan tangannya untuk menggendong Irish yang ternyata masih betah dalam gendongan sang Papa.

"Papa mau mandi sayang!, cium nih badan Papa?, bau asem kan?." Dirga menempelkan lengannya pada hidung Irish.

Irish spontan menggelengkan kepalanya berulang kali, "Enggak Pa, Papa enggak bau. Wangi Pa!."

Ketiganya tertawa renyah, apalagi Dirga. Dia tidak pernah membayangkan bisa merasakan kebahagiaan ditengah kekecewaan yang beberapa tahun ini menemaninya.

Raisa juga merasa hangat, ketika bisa mengembalikan senyum Dirga yang sempat menghilang beberapa tahun silam. Semua ini tidak bisa dipungkiri karena kehadiran Irish di tengah-tengah mereka.

Mereka tidur bertiga dalam satu ranjang yang sama, walau pun tanpa adegan panas, namun cukup membuat Raisa bahagia.

Keesokan paginya...

Pagi-pagi sekali, Marvel sudah mengetuk pintu kamar Acha. Dia mengajaknya untuk sarapan bersama di bawah sambil membicarakan beberapa pertemuan yang akan mereka hadiri.

"Kamu sudah baca semua dokumennya cantik?." Marvel menuangkan kopi panas pada secangkir gelas.

Acha yang sedang menuangkan nasi goreng pun harus menoleh kearah Marvel, "Sudah, namun ada beberapa yang tidak akan kita ambil tanpa bertemu dan mendengarkan presentasi mereka." Acha kembali menambahkan ayam goreng sebagai lauknya.

"Kenapa?." Marvel menunggui Acha yang masih mengelilingi meja yang berisi penuh dengan beraneka ragam makanan.

Acha menyendok karedok sebelum mereka pada akhirnya duduk untuk menyantap makanannya.

"Mana saja yang tidak ingin kamu temui?." Marvel meletakkan satu gelas teh pahit di samping Acha.

"Ada dua atau tiga yang aku tolak dan tidak ingin melakukan pertemuan dengan pihak mereka." Acha mulai menyantap nasi goreng yang menjadi makanan kesukaannya.

"Tapi tidak dengan PT. Kencana Group kan?." Selidik Marvel sambil menaikkan satu alisnya.

"Iya salah satunya itu." Marvel meletakkan sendok lalu mendekatkan diri pada Acha.

"Tapi kenapa?." Tanya Marvel yang hanya mendapatkan sikap acuh dari Acha.

"Apa karena nama pemilik yang tertera dalam proposal itu?." Bisik Marvel sambil menatap mata Acha. Mata yang belum pernah berubah dari semenjak dia mengenalnya, mata yang selalu saja penuh dengan kemarahan, sakit hati dan kesedihan.

"Aku tidak pernah berharap akan bertemu dengannya lagi?. Masih banyak perusahan lain yang bisa memberikan keuntungan besar pada kita." Acha berusaha menelan makanan yang terasa ada duri didalamnya, kala hati dan bibir tidak pernah bisa berjalan bersamaan.

"Tapi kan kamu tahu sendiri, kalau yang mengundang kita itu adalah mereka, Acha!. Bagaimana kamu menjadi tidak profesional seperti ini?." Marvel melemparkan tissue ke dalam piringnya, jujur saja dia sangat kecewa pada Acha. Padahal dia sudah sangat bekerja keras untuk mendapatkan kesempatan ini.

Acha tidak lagi meneruskan sarapannya, selera makannya sudah menghilang dengan topik pembahasan yang sangat ingin dihindarinya. "Kalau kamu ingin mengambil projek itu, aku tidak akan ikut terlibat didalamnya." Tegas Acha sebelum meninggalkan Marvel.

Saat ini, Dirga sudah berada di kantor bersama Ruslan, Asistennya.

"Kau sudah atur semua untuk pertemuan malam ini?." Dirga menatap dokumen yang memperlihatkan nama jelas seorang wanita.

"Sudah Pak Dirga, di Hotel Berlian kita akan mengadakan pertemuan dengan tamu dari London." Ruslan memperhatikan wajah Dirga yang tidak seperti biasanya.

"Ok, kau harus pastikan kalau mereka sudah di jamu dengan baik di Hotel kita?." Dirga menutup dokumen itu ketika Raisa masuk setelah mengetuk pintu.

"Maaf kalau aku menggangu kalian?." Ucapnya mendekati Dirga lalu berdiri disampingnya.

"Kamu baru mengantarkan Irish?." Dirga menoleh sambil tersenyum kearah Raisa.

"Iya Mas Dirga, aku hanya mampir sebentar."

Dirga hanya mengangguk.

"Ya sudah lanjutkan lagi kerjanya, aku ada janji dengan Mama mau shopping sebelum jemput Irish." Pamit Raisa sambil mengecup pipi Dirga. Lalu dia keluar dengan menutup pintunya kembali.

"Baik Pak Dirga, saya bisa pastikan kalau pihak Hotel sudah mengerjakan apa yang anda perintahkan." Balas Ruslan.

"Kalau tidak ada lagi yang ingin anda bicarakan, saya pamit untuk mengerjakan yang lain." Ruslan bangkit berdiri, lalu pergi setelah Dirga mengiyakan.

Mata Dirga berkaca-kaca kala dia membuka kembali dokumen yang bertuliskan Salsabila Anastasya Putri.

"Aku sudah lama menanti hari ini, aku sudah bekerja keras untuk mencari keberadaan mu, hingga takdir sendiri yang membawa mu kembali ke sini." Gumamnya lirih.

Sementara itu, Marvel yang sudah tidak bisa membujuk Acha lagi untuk menghadiri pertemuan pertamanya dengan pihak PT. Kencana Group. Padahal waktu sudah sangat mepet, yang bisa dipastikan mungkin saja jika pemilik perusahaan itu sudah sampai di tempat pertemuan.

"Sekali ini saja!, tolong jangan kecewakan aku sebagai partner bisnis mu." Mohon Marvel pada Acha yang masih bersikap santai.

"Maaf aku tidak bisa!." Tolak Acha cukup tegas.

"Kamu sungguh sangat mengecewakan ku." Gumam Marvel namun bisa di dengar jelas Acha. Tapi Acha tetap tidak mempedulikannya.

Marvel segera pergi dari kamar Acha dengan membawa semua dokumen, dari pada harus membuang waktu dengan wanita keras kepala itu. Lebih baik dia segera menemui mereka.

Kalau saja dirinya tidak mencintai Acha, mungkin sudah lama dirinya pergi jauh dari hidup wanita berhati batu itu. Tapi sayang kedua kakinya seperti dirantai, untuk tetap setia berada di sisi wanita yang belum juga membalas perasaannya.

Benar saja dugaannya, mereka sudah duduk di tempat pertemuan.

"Selamat malam, mohon maaf kalian harus menunggu." Ucap Marvel sambil mengulurkan tangan.

"Pemilik perusahannya tidak ikut bersama anda?." Tanya Dirga to the points dengan mengacuhkan tangan Marvel yang masih terulur kearahnya.

Marvel menurunkan tangannya lalu terkepal di dalam saku celana.

"Iya, malam ini pemilik perusahaan belum bisa menghadiri meeting kali ini. Jadi saya sebagai wakilnya." Marvel duduk di sana tanpa dipersilakan oleh pemilik meja.

"Tapi maaf yang bos kami butuhkan adalah kehadiran dari pemilik perusahaan dan wakilnya. Bukan hanya wakilnya saja?." Ruslan menegaskan apa yang menjadi keinginan bos nya.

"Tapi mohon maaf sekali, namun tidak untuk malam ini." Marvel tidak bisa membiarkan dirinya di desak seperti ini oleh siapa pun lagi. Cukup Acha yang sudah memperlakukan dirinya seperti budak yang tidak berharga.

"Tapi bos kami maunya pemilik perusahaan yang datang sendiri, untuk keuntungan yang tidak sedikit." Ucap Ruslan tidak bisa memberikan penawaran lagi pada perusahaan kliennya.

Terpopuler

Comments

mega febriani

mega febriani

jangan sampe ada pelakor2 kita y thor

2023-03-25

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!