Bab 3 Sebuah Pilihan

Kepalan tangan Dirga menonjok dinding tembok yang ada di area parkiran, hingga terjadi berulang kali. Sampai rasa sakit ditangannya tidak tidak terasa sama sekali. Padahal sudah ada becak darah yang menempel di dinding. Harga dirinya begitu terluka karena penolakan Acha atas proposal yang dibuatnya dengan susah payah. Bahkan Acha tidak sudi bertemu dengannya walau hanya untuk urusan pekerjaan.

"Apa perlu saya bertindak tegas untuk mengusir mereka dari Hotel malam ini juga?." Ruslan sudah berdiri di hadapan Dirga.

Dirga menggeleng lemah sambil menundukkan kepalanya sangat dalam. Menyelami perasaanya yang kembali terluka karena Acha.

Tanpa bicara apa pun Dirga masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Ruslan mengikuti mobil Dirga dari belakang, memastikan Bosnya itu baik-baik sampai rumah.

Tidak berselang lama, Ruslan kembali membawa mobilnya, meninggalkan rumah Dirga saat sudah memastikan Dirga sampai rumah dengan selamat.

Dirga langsung masuk kedalam kamar, dimana sang istri Raisa sudah tertidur pulas.

Dirga menggoyang kasar tubuh Raisa, sampai Raisa bangun dan beringsut duduk di atas kasur.

"Cepat, puaskan aku!." Dirga berdiri tepat di depan Raisa. Membiarkan dirinya untuk kesekian kalinya di jamah oleh Raisa.

Raisa yang tahu betul, kalau saat ini Dirga sedang diliputi kemarahan. Dengan cepat meloloskan semua pakaiannya. Lalu berjalan menuju Dirga untuk melakukan apa yang dimintanya saat ini.

Setelah puas bermain dengan Raisa tanpa adanya kelembutan. Dirga segera bangkit lalu membersihkan dirinya dan memikirkan apa yang sudah terjadi di Hotel.

"Acha...Acha..." Dirga kembali menonjok dinding kamar mandi dengan sangat kencang.

Dirga keluar dari kamar menuju ruang kerjanya yang ada dilantai bawah. Ruangan yang menjadi tempat favoritnya. Tanpa mempedulikan Raisa yang terisak.

Sesampainya di bawah, Dirga membuka laci yang selalu dikuncinya, "Salsabila Anastasya Putri" Gumamnya lirih sambil memandang satu lembar foto dimana Acha tersenyum dengan almamater kebesarannya.

Dirga mematikan lampu ruang kerjanya, masih dengan menggenggam foto Acha yang diletakkan di atas dadanya.

"Begitu sakit Cha!, begitu sakit rasanya berada di posisi ku. Aku sudah sangat hancur Cha, kehancuran yang dimulai dari mu, sahabat mu dan keluarga ku sendiri, Cha." Tetesan air mata Dirga mengalir dari ekor matanya, dengan kepalanya yang menengadah keatas. Menatap kegelapan di ruangan kerjanya, yang menjadi sahabatnya paling setia selama ini.

"Semuanya terasa gelap tanpa mu, Acha. Tapi sayang kamu sendiri yang sudah menjadikan dunia ku gelap." Lirihnya lagi.

Sedangkan di tempat berbeda, Acha menikmati pemandangan malam kota Jakarta dari dalam kamar Hotel. Kesendirian yang sudah lama dijalaninya menjadikan sebagian hati Acha menjadi keras seperti batu.

Acha ingin melupakan semua orang dari masa lalunya. Tapi saat ini dirinya belum bisa sepenuhnya melupakan, apalagi terhadap mereka yang mengharuskan pergi dari kotanya sendiri.

Ting

Sebuah pesan yang cukup panjang masuk dari Marvel. Dimana Marvel mengatakan kalau buntut dari kejadian dirinya yang tidak bisa atau lebih tepatnya tidak mau untuk menemui pemilik PT. Kencana Group. Sebagai gantinya Acha di minta untuk datang sendiri ke kantor PT. Kencana Group untuk menjelaskan alasan penolakannya terhadap proposal yang belum dilihatnya sama sekali. Termasuk kemarahan pemilik PT. Kencana yang merasa sangat tidak dianggap seperti bentuk pelecahan terhadap PT. Kencana.

Acha membalas pesan Marvel tersebut dengan hanya satu kalimat yaitu tidak. Karena sampai kapan pun Acha tidak mau menemuinya.

Pagi-pagi sekali Acha sudah meninggalkan kamar hotel. Acha sendiri yang sudah memajukan pertemuan dengan beberapa perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaanya.

"Maaf kalau saya harus memajukan jadwal pertemuan kita." Ucap Acha saat mereka sudah berada di tempat yang sudah di sepakati.

"Tidak masalah Ibu Acha, justru kami merasa senang bahwa anda sendiri yang ingin menemui kami dan membicarakan kontrak kerja sama kita." Balas pemilik peusahaan.

Kontrak kerjasama sudah disepakati dan ditandatangani. Acha segera pamit dari sana karena masih ada pertemuan yang lainnya.

Acha merasa lapar ketika berjalan melewati sebuah restauran capat saji. Akhirnya Acha pun mampir untuk mengisi perutnya.

Acha langsung duduk setelah membawa banyak makanan dan minuman dengan memilih meja yang paling pojok.

Drt Drt

Acha tidak menghiraukan ponselnya yang terus saja bergetar. Paling itu dari Marvel, pikirnya. Tanpa banyak berpikir ini itu, Acha langsung saja mulai melahap satu persatu makanannya dengan lahap sampai habis.

"Kenyang banget..." Acha mengelap bibirnya dengan tissue kala kentang menjadi makanan terakhirnya.

Usai merapikan kembali dokumen dan pakainya, Acha segera keluar dari restauran cepat saji tesebut. Melanjutkan perjalannya untuk menuju tempat pertemuan selanjutnya.

Namun ditengah perjalanannya, Acha dihadang oleh pria yang tidak ingin ditemuinya.

"Salsabila Anastasya Putri Prayoga."

Tatapan keduanya saling beradu untuk beberapa detik sampai Acha kesusahan untuk menelan ludahnya sendiri.

Dirga pun demikian adanya, kerongkongannya terasa kering, lidahnya terasa kelu, ketika melihat kembali wanita yang menjadi cinta pertama namun bukan wanita pertama yang memiliki raganya.

"Sampai kapan kamu akan bersembunyi dari ku?."

"Tidak ada yang bersembunyi dari mu?." Acha ingin menerobos sisi kanan dan kiri Dirga namun sayang Acha belum bisa menembusnya. Karena memang tubuh tegap yang dimiliki Dirga, sehingga terlihat semakin mapan dan matang.

"Ikut dengan ku?." Dirga mencekal lengan Acha dengan kuat tanpa menyakitinya.

"Tidak!. Aku harus segera menemui beberapa klien. Mereka sudah menunggu ku." Acha menghempas tangan Dirga namun sepertinya tidak akan bisa.

Dirga begitu menyukai pertengkaran yang terjadi pagi. Karena dengan begitu dirinya bisa mendengar suara Acha yang sangat dirindukannya. Ocehan Acha seolah menjadi penyemangat untuk dirinya bisa memperbaiki keadaan mereka dari sebelumnya.

Kedua sudut bibir Dirga tertarik ke atas, ketika Acha berusaha melepaskan diri darinya namun justru malah mengikis jarak diantara mereka.

"Apa kamu begitu merindukan aku?, sehingga kamu ingin berdekatan dengan ku." Dengan percaya dirinya Dirga mengatakan hal itu pada Acha. Karena sejatinya dirinya juga sangat merindukan wanita yang kini sudah berada didepannya.

"Aku minta lepaskan aku!. Aku harus segera pergi!. Kamu sudah membuang banyak waktu ku dengan percuma!." Ketus Acha menatap Dirga dengan sorot mata yang penuh dengan kerinduan. Dan Acha yakin juga bahwa Dirga bisa mengetahui itu.

"Tidak, aku ingin kita berdua pergi dari sini dan membicarakan tentang kita yang belum selesai?." Dirga mengelus lembut wajah dengan tangan satunya lagi. Dan Acha menepisnya dengan kuat tapi Dirga tidak menghiraukannya.

"Kamu jangan ngaco!. Semua urusan kita sudah selesai beberapa tahun silam. Yang ada hanya kamu dan aku sebagai rekan bisnis dan itu aku tidak ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan mu." Acha memukul telak Dirga, sehingga Dirga tidak menanggapinya.

Terpopuler

Comments

kavena ayunda

kavena ayunda

heleh dirga ngaku.gk.cinta tp.punya anak.munafikkkkkk klo g cinta g usah di.tiduri.donk

2023-05-01

1

STARLA my journey

STARLA my journey

kasianiat acha
moga dirga tau kenyataaany

2023-03-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!