Siti menghela nafasnya saat tidak menemukan keberadaan suaminya, harusnya di malam pertama ini mas Adi menemaninya. Nyatanya dia sendirian di kamar itu hingga tengah malam. Banyak pikiran buruk yang hinggap di kepalanya, namun Siti mencoba menepisnya dan tetap berbaik sangka pada suaminya.
Siti menunggu suaminya dengan perasaan cemas, dia tidak tenang. Namun rasa kantuknya mulai menyerang, Siti berusaha untuk tetap terjaga namun matanya tidak bisa di ajak kerja sama.
Jam di kamarnya sudah menunjukan pukul empat pagi, namun suaminya belum juga datang. “Kemana sebenarnya kamu mas?” lirih Siti.
Dia memilih menghadap sang ilahi untuk mencurahkan isi hatinya.
Tepat pukul tujuh pagi Siti berjalan ke ruang makan, terlihat asisten rumah tangga yang sedang menata meja makan untuk sarapan.
“Silahkan duduk nona, Saya Bi Inem pembantu di rumah ini” ucap Bi Inem asisten rumah tangga.
Bi Inem masih merapikan beberapa hidangan untuk sarapan pagi ini, “Nama saya Siti bi … Mas Adi tidak pulang bi?” tanya Siti.
“Tidak nona, mungkin Tuan Adi sedang sibuk,” jawab Bi Inem sambil tersenyum ramah.
Galih duduk di meja makan itu dengan santai dan mengambil sarapannya.
“Mas Galih juga tinggal di sini?” tanya Siti.
“Iya.”
Mendengar jawaban singkat Galih, Siti memilih menikmati sarapan paginya. Setelah selesai menghabiskan sarapannya Siti berdiri dari duduknya memegang piring bekasnya makan. Terdengar suara langkah kaki yang menghampiri ruang makan.
“Sekarang!” perintah Adi tegas pada Galih, dan berjalan meninggalkan ruang makan.
“Ayo nona,” ucap Galih.
“Tapi ini piringnya belum saya cuci,” ucap Siti merasa tidak enak.
Bi Inem menghampiri meja makan setelah mendapat kode dari Galih, “Biar Bibi yang cuci non.”
“Makasih ya Bi, maaf Siti merepotkan.”
Siti berjalan mengikuti Galih sampai di ruang tamu, “Duduk,” ucap Galih pada Siti.
Dia mengikuti perintah Galih, melihat Galih sebentar yang masuk ke pintu yang ada di ruang tamu. Siti melihat wajah lelah milik suaminya, dia ingin bertanya namun melihat tatapan tajam suaminya Siti mengurungkan niatnya.
“Ini tuan,” ucap Galih seraya memberikan sebuah map pada Adi.
Tanpa berkata Adi menerimanya, membaca sebentar isi map itu lalu menyimpannya di atas meja, “Tanda tangani!” ucap Adi tegas.
Siti mengernyitkan dahinya, “Itu apa Mas?”
“Saya yakin kamu tidak buta huruf,” sindir Adi dengan wajah sinisnya.
Perlahan Siti membuka map itu, membaca isinya, “Perjanjian pernikahan, untuk apa?” tanya siti di dalam hatinya.
Mata siti membelalak saat membaca isi perjanjian surat itu, yang menyatakan pernikahan mereka hanya berlangsung selama enam bulan, dan mereka akan berpisah dengan kurun waktu yang telah di tetapkan. Siti menggelengkan kepalanya lalu menyimpannya kembali map itu di atas meja, “Engga Mas, Aku gak setuju.”
Bagaimana bisa dia di nikahi hanya selama enam bulan lalu bercerai, ini bukan lelucon. Pernikahan tidak sebercanda ini, Siti tidak habis pikir pada suaminya.
“Kamu tenang saja, meskipun kita bercerai kamu akan dapat lima belas persen dari harta milikku.”
Bukan itu yang Siti inginkan, dia tidak pernah mengharapkan harta suaminya sepeserpun. Tujuannya menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agamanya, dia ingin menjadi bidadari surga.
“Perceraian itu di benci oleh Allah Mas,” lirih Siti sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap mata suaminya.
“Berani sekali dia menceramahi ku!” batin Adi kesal mendengar ucapan Siti. Amarahnya sudah tidak dapat ia bendung lagi, Adi mengambil map itu dan melemparkannya tepat mengenai wajah Siti yang sedang menunduk.
Siti terkejut bukan main mendapat perlakuan kasar dari suaminya, hatinya sakit tapi dia berusaha untuk menahan air matanya yang hampir tumpah, karena ekor matanya melihat Galih yang masih berdiri di sana meskipun Adi sudah beranjak pergi.
Sebenarnya Galih terkejut melihat Tuannya memperlakukan istrinya seperti itu, namun dia berusaha menutupinya. Ini pertama kalinya Galih liat Tuannya melemparkan map tepat di wajah, semara-marahnya Galih biasa melihat Adi melemparkan map, tapi tidak pernah ke arah wajah.
Helaan nafas pelan keluar dari mulutnya, Siti mengambil map yang tergeletak di kakinya karena lemparan Adi, lalu menyimpannya kembali ke atas meja. Siti tidak tau harus berbuat apa, dia memilih pergi meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya.
Siti menutup pintu kamarnya, menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Pikirannya di penuhi kejadian Adi yang melempar map tepat mengenai wajahnya, “Kenapa Mas Adi sangat kasar sekali,” batin siti.
“Ini bukan seperti pernikahan yang ada dalam impianku, mengapa seperti ini,” ucap Siti sambil menahan air mata. Dia tak kuasa menahan gejolak yang ada di dalam hatinya.
“Kenapa semuanya seperti ini,” lirih Siti. Pertahanannya runtuh butiran Kristal bening lolos dari matanya. Di ikuti butiran lainnya yang seakan saling berkejaran. Rasanya bagaikan tertusuk sembilu setelah mengetahui sikap Adi yang sebenarnya.
Siti menghapus air matanya, membuka tas yang berisi buku-buku miliknya. Dia mencari buku yang bisa Siti jadikan solusi untuk mengatasi masalah rumah tangganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Devinta ApriL
karna ini dunia nyata dan dunia modern Siti.... Bukan dunia Dongeng yang seperti kamu impikan😅
2023-03-26
0
Devinta ApriL
kerasukan syaiton dia
2023-03-26
0