Pernikahan Impian: Istri Yang Layak Di Cintai

Pernikahan Impian: Istri Yang Layak Di Cintai

Satu

Pagi yang dingin di selimuti kabut sepanjang perjalan. Seorang wanita memakai jilbab berwarna navy berjalan seorang diri di tengah kabut.

Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jalan sepi itu. Wanita itu tetap berjalan tanpa menghiraukan rasa dingin pada tubuhnya.

Beberapa kali dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Hampir pukul delapan," batinnya resah. Wanita tersebut bertekad dia tidak boleh sampai telat.

langkahnya semakin cepat, bahkan setengah berlari.

***

Dengan nafas yang tersengal-sengal dia memasuki pelataran Taman Kanak-kanak tempatnya mengajar.

"Siti Kamu kesiangan lagi?" sapa seorang wanita yang melihat sahabat baru sampai, padahal kelas sudah di mulai sepuluh menit yang lalu.

"Maaf ya Mbak Dian, aku kesiangan lagi," jawab Siti sambil mencoba mengatur nafasnya.

"Ya sudah kamu istirahat dulu sebentar, Mbak tunggu di kelas," perintah Dini pada Siti.

Siti menghela nafasnya, dia sungguh merasa sangat malu, karena sudah tiga hari berturut-turut dia datang terlambat.

***

Siti memperhatikan muridnya yang berlarian menuju gerbang menghampiri Ibunya yang menjemput mereka.

Setelah memastikan semua muridnya sudah di jemput, Siti kembali ke ruang mengajarnya, membereskan tumpukan buku di atas mejanya.

"Siti," panggil Dini.

Merasa namanya di panggil Siti mengalihkan perhatiannya, menatap Dini yang duduk di sampingnya.

"Siti kamu tau kan peraturan pengajar di sini," ucap Dini dengan wajah khawatirnya.

Siti menyentuh bahu Dini, "Mbak gak usah khawatir aku gak akan mengulanginya lagi."

"Apa yang membuat mu terlambat tiga hari ini?" tanya Dini penasaran.

Siti menampilkan senyum malu-malu nya, "Itu loh Mbak, buku yang aku pesan sudah datang. Aku keasikan baca sampai lupa waktu," ujar Siti.

"Jangan bilang buku pedoman Istri lagi," ucap Dini dengan menyipitkan matanya.

"Hehe Mbak Dini tau aja," jawab Siti malu.

Dini tidak habis pikir pada sahabatnya ini, Siti selalu mencari buku yang membantunya menjadi istri solehah, hampir semua penulis yang membuat karya tentang Istri Sholehah dia miliki di rumahnya.

"Apa belum cukup tumpukan buku di lemari mu?" tanya Dini.

Siti menggelengkan kepalanya, "Belum Mbak, aku belum merasa puas."

"Semoga kamu cepat menikah, biar bisa mencapai cita-citamu," ucap Dini mendoakan, berharap sahabatnya mendapatkan jodoh terbaik untuknya.

"Ya sudah kalau begitu aku pulang duluan, besok jangan sampai kesiangan lagi!"

"Insyaallah Mbak, besok aku tidak akan kesiangan lagi," ucap Siti dengan senyum di bibir tipisnya.

Siti melihat senyuman di wajah sahabatnya Dini, memperhatikan tubuh Dini yang hilang di balik pintu.

"Besok aku tidak boleh kesiangan lagi, kalau aku tidak bekerja dari mana aku dapat uang untuk membeli buku lagi, besok aku harus datang lebih pagi," ucap Siti yakin.

Siti menatap tumpukan buku yang sudah rapi, dia berjalan menuju ruangan pengajar yang nampak sepi siang itu. Membawa tas nya dan berjalan menuju rumahnya.

***

Siti menatap heran pada mobil yang terparkir di depan rumahnya, "Ada siapa?," pertanyaan itu muncul di benak Siti.

Dengan perlahan Siti memasuki rumahnya, menatap dua orang Pria yang tampak asing.

"Assalamualaikum," ucap Siti memberi salam.

"Waalaikumsalam ... Sini duduk na."

Mendengar perintah Ayahnya Siti duduk tepat di samping Ayahnya.

"Kebetulan Siti sudah pulang, kedatangan Paman dan Adi kesini untuk melamar Siti ... apa Siti bersedia menikah dengan Adi?"

Siti membulatkan matanya terkejut mendengar ucapan Pria yang umurnya sebaya dengan Ayahnya.

"Apa kamu tidak ingat, Ini Pak Gunawan Siti, bos Ayah saat dulu bekerja di kota," ucap Ayah Siti mengingatkan.

Siti mencoba mengingat-ingat, namun tidak ada satupun ingatan di kepalanya mengenai Pria di hadapannya ini.

"Agus mungkin Siti lupa, saat kamu masih bekerja pada saya kan Siti masih sangat kecil," ucap Gunawan dengan senyum di wajahnya.

"Ah iya saya lupa," ujar Ayah Siti dengan senyum malu-malu nya.

Siti masih diam tidak bersuara sedikitpun, dia masih sangat terkejut dengan ucapan Gunawan.

Melihat Putrinya yang diam saja Ayahnya Siti bertanya, "Bagaimana Sit, kamu mau menerima lamaran Adi?"

Siti melirik Pria yang berada tepat di hadapannya, memperhatikan wajahnya yang terlihat putih, memili alis tebal dan matanya yang tegas menambah ketampanannya.

perasaan bimbang menyelimuti pikiran Siti, ini memang impiannya. sebentar lagi dia bisa mewujudkan keinginannya.

"Iya Ayah Siti mau," ujar Siti penuh keyakinan.

Setelah mengucapkan kalimatnya Siti melirik Adi untuk melihat ekspresinya, namun yang Siti dapat adalah tatapan tajam dari mata Adi. Di tatap seperti itu oleh Adi hati Siti berdegup tak beraturan.

"Apakah ada yang salah?" batin Siti, "Bukankah seorang pria seharusnya merasa bahagia, jika lamarannya di terima, tapi kenapa Adi menatap ku seperti itu?" tanya Siti di dalam hatinya.

Terlalu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalanya, tapi dia coba hiraukan dan tetap fokus pada cita-citanya, menjadi Istri Sholehah.

Terpopuler

Comments

Devinta ApriL

Devinta ApriL

itu tandanya dia gak niat lamar kamu Siti.. fikir² lagi deh kalau mau nrima.. matanya aja udah bisa ditebak kalau dia dingin dan juga pastinya gak menginginkan kamu juga..

2023-03-26

0

Diana Susanti

Diana Susanti

kayaknya seru nih kak lanjut kak

2023-03-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!