tama pulang pukul 23:00 sangat terlihat rasa lelah di wajah tampannya
dia berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, tama melirik ke arah meja makan yang bersih tanpa ada makanan sedikitpun tama hanya menghela nafasnya ternyata jingga benar-benar merealisasikan ucapannya tadi pagi yang tidak akan pernah lagi menyiapkan sarapan ataupun makan malam untuk tama, tama merasa semakin bersalah kepada sang istri yang selama ini selalu setia mendampinginya, istri yang awalnya sama sekali tidak dia cintai namun sekarang tama teramat sangat mencintai jingga dan putri mereka sabia, tama tidak ingin pernikahannya hancur hanya karena kebodohannya selama ini tama menyesal benar-benar menyesal kenapa saat itu mengambil keputusan yang membuat dirinya serba salah
"maafkan aku ji, aku tahu kamu sangat kecewa sama aku seandainya kamu tahu aku benar-benar berada di posisi yang sangat sulit saat ini, aku mohon bersabarlah sebentar lagi aku janji akan menebus semua waktu yang telah hilang di antara kita" batin tama dengan netra yang mulai berembun
tama berjalan menuju kamarnya di lantai atas, pertama kali yang dia lihat adalah jingga yang sudah tertidur dengan memunggunginya sudah tidak ada lagi sambutan hangat dari seorang jingga untuk tama sekedar melepas penatnya setelah seharian bekerja, senyuman yang dulu selalu membuat tama merasa menjadi pria beruntung karena memiliki istri seperti jingga kini sudah hilang berganti dengan sikap dingin jingga kepada dirinya, tama sadar sikap dingin jingga juga berawal dari dirinya yang sudah tidak sehangat dan seromantis dulu kepada jingga bahkan sudah tiga bulan terkahir ini tama sudah tidak pernah memberikan nafkah batin untuk jingga hanya sekedar kecupan di kening yang tama berikan saat jingga tertidur dan ketika tama ingin berangkat kerja
"mimpi indah istriku" ucap tama mengecup puncak kepala jingga penuh kasih sayang
tanpa tama tahu sebenarnya jingga belum tidur jingga hanya berpura-pura karena tidak ingin berdebat dengan tama karena alasan yang itu-itu saja, ada rasa khawatir di dalam hatinya ketika sudah larut malam tapi tama belum pulang ke rumah tanpa sadar jingga meneteskan airmatanya, jingga rindu tama yang dulu tama yang selalu bersikap manis kepadanya dan selalu memprioritaskan dirinya dan sabia di atas apapun. sampai saat ini jingga masih bertanya-tanya alasan apa yang membuat tama berubah
"apa ada wanita lain yang kamu sembunyikan di belakang aku mas" batin jingga dengan terus meneteskan airmatanya
jingga berusaha untuk memejamkan matanya tapi tetap saja tidak bisa pikiran-pikiran buruk selalu menghantui otaknya sampai suara ponsel tama membuat jingga penasaran siapa yang menelfon tama hampir tengah malam seperti ini
jingga membiarkan ponsel tama terus berdering sampai tama menjawab panggilan itu sedikit menjauh dari jingga
"***ada apa? sudah aku bilang jangan menghubungiku saat aku di rumah"
"............................"
"aku sudah sampai, sudahlah jangan memberikan pertanyaan konyol lagi dan satu lagi jangan sekali-kali lagi kamu menghubungiku saat aku di rumah aku tidak ingin jingga curiga, paham***???"
"............................"
tama mematikan panggilan dengan kasar, jingga yang bisa mendengar percakapan tama yang entah dengan siapa seketika menimbulkan kecurigaan di pikiran jingga, jingga semakin penasaran apa yang sedang tama sembunyikan darinya dan siapa orang yang menelfon tama sampai tama terlihat emosi seperti itu ingin sekali jingga bangun dan menanyakan siapa yang telah menelfon suaminya tengah malam seperti ini namun gengsinya cukup tinggi untuk itu, jingga lebih memilih diam dengan rasa penasaran yang begitu mengusik pikirannya
sedangkan di sebuah apartemen yang terbilang cukup mewah terlihat seorang wanita dan seorang pria tengah bercengkrama
"sejak kapan kamu akan terus membuat hidupnya tersiksa seperti itu ras? bukannya kamu sangat mencintainya?" tanya pria itu
"sampai dia merasakan sakit hati yang aku rasakan selama ini, dulu aku memang sangat mencintainya tapi tidak dengan sekarang" jawab wanita itu penuh keyakinan
"sebenarnya apa yang kamu cari? jika memang sudah tidak mencintainya lagi lebih baik lepaskan dia biarkan dia bahagia bersama dengan keluarganya" ucap pria itu lagi
"tidak semudah itu, aku akan membuat hidupnya hancur sehancur-hancurnya aku ingin dia merasakan bagaimana di jadikan pilihan kedua padahal sudah jelas aku yang lebih dulu menemaninya bila perlu aku akan membuat istrinya yang sok cantik itu ikut menderita"
"jangan terlalu mengikuti emosi ras, dia tidak bersalah dalam masalah ini dia hanya berusaha menjadi anak yang berbakti karena tidak menentang permintaan orang tuanya disini justru suamimu yang tidak punya pendirian yang harusnya di salahkan itu adalah suamimu disini"
"aku tidak peduli mau siapapun yang salah jika orang itu sudah mengusik hidupku maka tidak akan pernah aku lepaskan"
"tidak baik menyimpan dendam, ikhlaskan saja aku yakin kamu pasti akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari dia"
"aku tidak peduli, aku benci posisi ini, aku benci keadaan ini aku memang yang pertama tapi statusku tidak di akui oleh negara terutama oleh keluarga besarnya, apa kamu bisa merasakan bagaimana sakitnya hatiku saat ini?"
"bukannya aku tidak merasakan aku hanya tidak ingin sahabatku terjebak karena rasa dendam itu sendiri, tapi terserah kamu saja yang jelas aku sudah mengingatkan"
pria itu pergi begitu saja meninggalkan wanita yang sudah setengah mabuk itu sendirian, bukan tidak peduki dengan keadaan sang sahabat tapi pria itu sudah terlalu mendengarkan rasa dendam yang terus bersarang di hati sahabatnya bahkan wanita itu nekad membuat kebohongan besar hanya untuk menjerat suami siri nya untuk melupakan istri sahnya, benar-benar membuat kepalanya pusing setengah mati
pagi menjelang saat bangun jingga merasakan ada sebuah tangan yang memeluknya begitu erat siapa lagi pemiliknya jika bukan tama
perlahan jingga melepaskan pelukan itu karena ingin membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim
namun bukannya melepaskan oelukannya tama semakin mengeratkan pelukannya
"biarkan seperti ini dulu sayang,aku rindu" ucap tama dengan mata yang masih terpejam
"aku mau sholat mas nanti waktu subuhnya keburu habis" sahut jingga terus berusaha melepaskan pelukan tama
"kita sholat berjamaah" putus tama beranjak dari tempat tidur mengajak jingga untuk sama-sama ke kamar mandi
jingga termenung dengan perlakuan tama pagi ini, bukannya tidak senang namun jingga merasa ada yang aneh dengan suaminya setelah sekian lama tidak pernah mengajaknya beribadah bersama-sama pagi ini jingga di kejutkan dengan sikap tama yang mulai kembali seperti dulu
"hey kenapa melamun? ayok ambil air wudhu dulu" ajak tama mengecup bibir jingga sekilas membuat jingga merona
"ii...iya mas" sahut jingga terbata
"udah nikah lama juga masih tetep aja malu-malu, bikin gemesss" tama mencubit hidung mancung jingga sampai terlihat memerah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments