Alia akan pergi ke kelasnya, ia melihat Rangga berjalan mendekatinya. Alia merasa sangat sakit hati dan kecewa dengan Rangga. Ia tidak dapat mempercayai bahwa laki-laki yang ia cintai selama ini ternyata telah memainkan hatinya.
Alia mencoba menghindari Rangga dan tidak ingin berbicara dengannya. Namun, Rangga merasa bersalah dan ingin meminta maaf pada Alia. Ia merasa sangat menyesal telah menyakiti hati Alia, dan berharap bisa memperbaiki kesalahannya.
Rangga berlari mengejarnya Alia lorong sekolah. Ia ingin berbicara dengan Alia dan meminta maaf secara langsung.
“Alia, aku tahu aku salah dan telah menyakiti perasaanmu. Aku benar-benar menyesal."ucap Rangga.
“Apa yang kamu pikirkan? Kamu telah melakukan hal yang sangat menyakitkan hatiku."Alia masih terus melangkahkan kakinya untuk menghindari Rangga, tetapi Rangga tidak putus asa untuk terus mengikuti Alia.
“Aku tahu itu, Alia. Tapi, aku ingin meminta maaf. Aku berharap kamu bisa memaafkanku."mohon Rangga.
“Kamu telah membuatku merasa sangat kecewa. Aku tidak tahu bagaimana cara mempercayaimu lagi."ucap Alia dengan suara serak menahan tangisnya.
"Aku mengerti, Alia. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki kesalahanku dan membuktikan bahwa aku masih bisa dipercaya."ucap Rangga sungguh-sungguh.
Alia akhirnya masuk ke kelasnya dengan hati yang berat. Ia masih bimbang apakah akan memaafkan Rangga atau tidak. Ia masih merasa sangat kecewa dan sakit hati karena Rangga telah menyakiti perasaannya.
ia duduk dengan diam, terus memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan. Dia memperhatikan guru yang memberi penjelasan tentang topik yang sedang dibahas, tapi pikirannya melayang ke Rangga dan perasaannya yang rumit.
Saat itulah Sari, sahabat baik Alia yang duduk di sebelahnya, memperhatikan ketidaknyamanan Alia.
"Kamu baik-baik saja, Al?" tanya Sari.
“Aku baik-baik saja, Sar. Tapi, aku masih bimbang tentang Rangga."ucap Alia menunduk.
“Apa yang membuatmu bimbang?"tanya Sari lagi.
"Dia meminta maaf padaku, tapi aku masih merasa sangat kecewa dengan tindakannya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."suara Alia mulai terdengar serak karena menahan tangis.
"Kamu tahu, Al, keputusan ada pada dirimu sendiri. Tapi, jika aku boleh memberikan saran, cobalah dengarkan hatimu dan ingat bahwa kamu layak mendapatkan seseorang yang mencintaimu sepenuh hati dan tidak akan menyakiti perasaanmu."ucap Sari yang mencoba menenangkan Alia dan mengusap punggung tangannya.
Alia mengangguk, merenungkan kata-kata Sari. Ia tahu bahwa Sari benar, tetapi hatinya masih berdebar-debar dan bimbang.
Kelas berlangsung, dan Alia mencoba berkonsentrasi pada pelajaran. Namun, pikirannya masih melayang ke Rangga dan perasaannya yang rumit.
…
Alia sedang duduk di bangku kelasnya yang terletak di lantai dua gedung sekolah. Sinar matahari yang terang memasuki ruangan dan menghangatkan suasana. Kelas-kelas di sekitarnya masih kosong dan tenang, kecuali suara gemerisik daun yang terdengar dari luar jendela.
Saat ia sedang melamun menatap luar jendela, tiba-tiba Ibu Wati, gurunya, memanggilnya dari depan kelas. Alia segera berdiri dan berjalan mendekati Ibu Wati.
"Ibu Wati, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Alia.
"Iya, Alia. Kamu tahu kan tentang mading sekolah kita?" tanya Ibu Wati dengan senyumannya.
"Iya, Ibu. Saya tahu,” jawab Alia.
"Nah, mading kita butuh seseorang yang bisa mengelolanya dengan baik. Kira-kira, Alia mau mencoba?" ajak Ibu Wati.
Alia terdiam sejenak dia berpikir mungkin dengan hal ini dia dapat melupakan sejenak permasalahannya dengan Rangga, lalu ia tersenyum dan menjawab, "Tentu, Ibu. Saya siap untuk mencobanya."
Ibu Wati tersenyum dan memberikan sebuah buku catatan kepada Alia. "Nah, ini ada beberapa ide untuk mading kita. Kamu bisa mengembangkan ide-ide ini atau menambahkan ide-ide baru. Kalau ada yang kurang jelas, tanya saja kepada saya, ya."
Alia mengambil buku catatan tersebut dan berterima kasih kepada Ibu Wati. "Terima kasih, Ibu. Saya akan segera mulai mengelola mading sekolah."
Alia duduk di taman sekolah, terdiam dan merenung. Dia memikirkan ide yang tepat untuk mading sekolah, tetapi sepertinya ide-ide yang dia pikirkan tidak cukup menarik dan kreatif.
Sementara Alia sibuk memikirkan ide, Leo yang sedang berjalan-jalan di taman sekolah melihat Alia yang duduk di bawah pohon besar. Dia melihat bahwa Alia terlihat sedih dan tidak bersemangat, jadi dia memutuskan untuk mendekatinya.
Leo menyadari bahwa Alia mungkin membutuhkan bantuan, jadi dia mendekati Alia dan bertanya, "Apa yang kamu pikirkan, Alia? Apakah ada yang bisa aku bantu?"
Alia terkejut dengan kehadiran Leo dan segera mengangkat kepalanya, "Oh, hai Leo. Aku hanya mencoba memikirkan ide yang cocok untuk mading sekolah."
Leo mengangguk dan duduk di samping Alia, "Kamu tahu, Alia, aku pikir membaca buku adalah ide yang bagus untuk mading sekolah kita. Kita bisa membuat kegiatan membaca yang menarik dan mengajak teman-teman kita untuk ikut serta."
Alia tersenyum dan berkata, "Ya, itu ide yang menarik, Leo. Tapi bagaimana caranya?"
Leo mulai memberikan ide-ide detail tentang bagaimana mereka dapat mengajak teman-teman mereka untuk bergabung dalam kegiatan membaca. Dia menyampaikan ide-ide dengan penuh semangat dan antusiasme.
"Kita bisa membuat poster besar dengan slogan yang menarik tentang pentingnya membaca buku," ujarnya. "Poster tersebut dapat ditempel di area yang ramai di sekolah, seperti aula atau lorong-lorong. Slogan-slogan yang menarik dan kreatif akan membuat orang tertarik dan ingin tahu tentang kegiatan membaca yang kita adakan."
Leo kemudian melanjutkan, "Kita juga bisa membuat daftar buku yang menarik untuk dibaca dan menempelkannya di mading. Daftar ini akan memberikan ide dan rekomendasi buku yang dapat dibaca oleh teman-teman kita. Mereka akan senang membaca buku-buku baru yang menarik dan bermanfaat."
"Saat kita sudah membaca buku tersebut, kita bisa mengadakan pertemuan bulanan untuk membicarakan buku-buku yang telah kita baca dan memberikan rekomendasi buku-buku baru yang menarik. Pertemuan ini juga dapat menjadi forum untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan teman-teman," lanjut Leo.
Alia mendengarkan dengan antusias dan tertarik dengan ide-ide Leo. Dia merasa bahwa ide-ide tersebut sangat kreatif dan akan membuat proyek mading mereka sukses.
Sementara itu mereka tidak menyadari bahwa Rangga, mantan kekasih Alia, sedang memperhatikan mereka dari kejauhan. Rangga merasa sangat cemburu dan dendam saat melihat Alia sedang begitu akrab dengan Leo.
Rangga merasa bahwa Alia adalah miliknya dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Alia sekarang bersama Leo. Dia merasa kesal karena Leo sekarang lebih dekat dengan Alia daripada dirinya. Rangga merencanakan cara untuk mengambil Alia kembali dari Leo dan menyimpan rasa dendam terhadap Leo.
Dalam hati, Rangga merenung dan bertanya-tanya, "Bagaimana caranya aku bisa memisahkan Alia dan Leo? Apa yang harus aku lakukan agar Alia kembali padaku?".
Rangga terus mengamati Alia dan Leo dari kejauhan dan mencari cara untuk memisahkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments