Bab 2 Pengkhianatan Rangga

Alia duduk termenung di bangku taman sekolah. Wajahnya yang biasanya ceria kini tampak murung. Ia merasakan ada yang berubah dalam hubungannya dengan Rangga.

Tak seperti dulu lagi, Rangga terasa lebih dingin dan jarang memberi perhatian padanya.

Sari, sahabat terdekat Alia, merasa khawatir melihat Alia yang tampak begitu sedih. "Al, apa yang terjadi? Kamu terlihat sedih sekali," tanya Sari.

Alia menatap Sari dan akhirnya menceritakan apa yang ia rasakan. "Aku merasa Rangga sudah tidak seperti dulu lagi. Dia jarang menghubungiku dan ketika kita bertemu, dia terlihat cuek padaku. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan."

Sari mengelus punggung Alia lembut.

"Tenang, Al. Mungkin Rangga hanya sedang sibuk dengan kegiatan sekolahnya. Kamu bisa bicarakan dengannya dan jelaskan perasaanmu."

Alia mengangguk, tapi ia masih merasa sedih dan cemas. "Aku mencoba menghubunginya tadi pagi tapi dia tidak mengangkat teleponku. Aku merasa dia semakin menjauh dariku."

Sari merasakan kesedihan Alia dan mencoba menenangkannya. "Mungkin kamu perlu memberi sedikit ruang untuk Rangga. Jangan terlalu mengejar dan tekan terus-terusan. Coba bersabar dan lihat perkembangannya nanti."

Alia merasa semakin sedih ketika melihat langit mulai menjadi gelap. "Sari, aku takut aku kehilangan Rangga. Aku tak tahu apa yang salah dengan hubungan kami," kata Alia dengan suara lirih.

Sari mencoba menenangkan Alia. "Jangan khawatir, Al. Kamu pasti bisa mengatasinya. Aku selalu ada untukmu kok."

Namun, Alia masih merasa tidak yakin. Ia merasa hubungannya dengan Rangga semakin renggang dan semakin berjarak. Ia berharap semuanya bisa kembali seperti dulu lagi, namun ia takut itu hanya angan-angan belaka.

Setiap malam, Alia duduk termenung di kamarnya yang sunyi. Suasana rumahnya terasa semakin sepi dan muram tanpa kehadiran Rangga.

Hari-hari berlalu dan Alia semakin terpuruk. Ia mencoba menghubungi Rangga berkali-kali, tetapi tidak ada satu pun pesan yang dibalas. Hati Alia semakin terluka dan ia merasa sangat kesepian. Di saat seperti ini, Alia hanya bisa mengandalkan sahabatnya, Sari.

Suatu sore, Alia menelepon Sari dengan nada sedih. Sari yang merasakan kegelisahan Alia pun bertanya, "Ada apa, Al? Kamu kenapa?"

Alia dengan suara yang terbata-bata menjawab, "Rangga, dia tidak merespon semua pesanku, Sari. Aku merasa sangat kesepian dan tidak tahu harus berbuat apa."

Sari merasa sedih melihat kondisi Alia yang begitu terpuruk. Ia mengajak Alia bertemu di rumahnya untuk membicarakan masalah tersebut. Sesampainya di rumah Sari, Alia langsung merangkul sahabatnya dan menangis tersedu-sedu.

Alia yang merasa terpuruk dan kesepian tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia bercerita tentang semua yang terjadi antara dirinya dan Rangga selama hampir beberapa bulan terakhir.

"Kamu harus tetap kuat, Al. Aku tahu rasanya sulit, tapi kamu pasti bisa melaluinya," kata Sari dengan penuh semangat.

Namun, Alia masih merasa sangat sedih dan merindukan kehadiran Rangga. Ia merasa seperti tidak ada yang bisa menggantikan kehadiran Rangga di dalam hidupnya.

Keesokan harinya sepulang sekolah, Alia merasa semakin terpuruk dan tidak bisa menahan kesedihannya lagi.

Ia merenung sejenak dan memutuskan untuk pergi ke taman sekolahnya. Di sana, Alia duduk di atas bangku taman yang sepi. Semua orang telah pulang dan hanya ada Alia yang duduk sendiri di taman itu.

Saat itu, langit mulai gelap dan angin kencang mulai bertiup. Alia merasakan dinginnya angin dan merasa semakin sedih. Ia mengingat semua momen indah yang telah ia lewati bersama Rangga, dan merindukan kehadirannya.

"Aku rindu kamu, Rangga," gumam Alia pelan sambil menangis. Suasana di taman itu semakin sepi dan muram. Tidak ada seorang pun di sekitar Alia, hanya suara angin kencang yang terdengar di telinganya membuat semakinAlia merasa sangat kesepian.

Alia merasa dunianya runtuh saat ia menemukan pesan dari seorang gadis yang mengungkapkan perselingkuhan Rangga. Ia merasa sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang ia baca di layar ponselnya. Air mata Alia mengalir deras dan ia merasakan perih yang tak terkatakan di dadanya.

Setelah berhari-hari mencoba menghubungi Rangga tanpa jawaban, akhirnya Alia mendapatkan jawaban atas apa yang sedang terjadi. Namun, bukan dari Rangga, melainkan dari pesan tersebut. Alia merasakan kekecewaan yang sangat besar dan merasa seperti seluruh kepercayaannya telah diremukkan.

Alia merasa terluka dan hancur, ia merasa semua yang telah dilakukan untuk Rangga tidak berarti apa-apa. Semua usahanya untuk menjaga hubungan mereka, untuk membuat Rangga bahagia, ternyata sia-sia belaka. Ia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri karena tak mampu mempertahankan hubungan mereka.

Di malam yang sepi, Alia duduk sendirian di kamarnya sambil menatap layar ponselnya. Ia menangis tersedu-sedu dan merasa kesepian.

Rasa sakit yang ia rasakan begitu dalam dan ia tak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mungkin Rangga bisa melukainya seperti ini? Bagaimana mungkin seseorang yang dicintainya dengan tulus dan sepenuh hati bisa begitu mudahnya mengkhianatinya?

Alia merasakan beban yang sangat berat di pundaknya. Ia merasa seperti dunianya hancur dan tak berarti lagi. Ia merasa sangat kecewa pada Rangga dan dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa begitu bodoh dan buta? Bagaimana ia bisa begitu mudahnya percaya pada Rangga?

Semua pertanyaan itu berputar-putar di kepala Alia, membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihan.

Setelah beberapa hari, Rangga akhirnya datang menemui Alia di depan rumahnya. Alia masih merasa terluka dan marah atas pengkhianatan Rangga, sehingga ketika melihat Rangga datang, dia langsung berdiri dan berusaha untuk menjauh.

"Alia, maafkan aku. Semua itu bohong. Aku tidak pernah berselingkuh dengan siapapun," kata Rangga berusaha meyakinkan Alia.

Namun, Alia tetap teguh pada pendiriannya. Dia merasa kepercayaannya telah dikhianati dan hatinya terluka sangat dalam. "Apa yang kamu lakukan itu sangat menyakitkan, Rangga. Aku benar-benar kecewa padamu," ujar Alia dengan nada yang penuh dengan kesedihan dan kekecewaan.

Rangga terus mencoba meyakinkan Alia bahwa dia tidak berselingkuh, namun Alia merasa tidak ada alasan lagi untuk percaya padanya. Dia merasa sangat kecewa dan terluka, bahkan air matanya pun mulai berlinang saat dia mengingat semua momen indah yang mereka habiskan bersama.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya memaafkanmu, Rangga. Aku sangat mencintaimu dan merasa kamu adalah segalanya bagiku, tapi sekarang semuanya telah hancur," ucap Alia dengan suara terputus-putus karena menahan tangisnya.

Rangga merasa sangat menyesal dan putus asa. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa Alia. "Aku minta maaf, Alia. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki semuanya. Tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikan diri," kata Rangga sambil berusaha untuk meraih tangan Alia.

Namun Alia menarik tangannya. "Maaf, Rangga. Aku tidak bisa," ujar Alia dengan suara lembut namun penuh dengan kesedihan.

Rangga merasa putus asa dan patah hati. Dia merasa telah kehilangan segalanya. Sementara Alia, dia merasa terluka dan kecewa karena orang yang paling dicintainya telah mengkhianatinya. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi perasaannya saat ini, namun dia tahu bahwa memaafkan Rangga tidak akan mudah, bahkan mungkin tidak pernah terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!