"Apa yang lo lakuin?!! Akhhh!!! "
Pemuda itu akhirnya jatuh ke trotoar dengan Amoera yang hanya mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri tadi. Amoera membungkukkan badannya dengan maksud agar dapat melihat wajah sang pemuda dengan jelas.
Mata tajam dengan alis yang kentara hitamnya hidung bangir dan rahang yang terlihat tegas terlihat tampan dimatanya. Sedangkan si pemuda itu menatap Amoera dengan dahi mengkerut, ekspresi marah yang sangat kentara di wajah nya. Ia bangkit dari posisi setelah melihat tidak ada tanda-tanda wanita didepan akan menolongnya.
"Apa maksud anda menarik saya dari sana?!" bentakan yang keluar dari mulut pemuda itu menyadarkan Amoera dari keterpukauan-nya.
"Dasar manusia yang tidak menghargai hidup, harusnya lo bersyukur sampai saat ini lo masih di beri kesempatan untuk hidup untuk beribadah, memperbanyak amal. Kalo punya masalah ngadu sama Allah minta di beri petunjuk, solusi, dikuatkan pundak lo bukannya malah nyerah kek gini. Lo kan cowok masa---"
"Stop, kamu lagi ngomong apa sebenernya--"
"Astaghfirullahhal'adzim... Anak jaman sekarang kalo lagi di kasih nasehat bukannya di dengerin malah mot---"
Pemuda itu menghela nafasnya. "Hahhh.... saya lebih tua dari mbaknya asal mbak tau saja."
Amoera menggeleng-gelengkan kepala. "Haduhh dek, saya tidak gampang dikibulin nih, mohon maaf saja."
Mata pemuda itu berputar. "Terserah kalo nggak percaya."
Amoera melihat pakaian pemuda itu dari atas sampai bawah dan ia baru menyadari bahwa pemuda didepannya berpakaian lusuh, bersepatu rusak. Amoera menebak bahwa pemuda didepannya telah berputus asa karena kondisinya saat ini, dengan kemurahan hatinya--
"Ayo tinggal bareng gue di apart, masih ada kamar yang kosong," ajak Amoera
Pemuda itu menatap Amoera dengan dahi mengerut. "Mak--"
"Nggak usah sok-sok an nolak kalo emang lagi butuh, ayok cepet bentar lagi hujan turun," Amoera menarik pergelangan tangan yang berbalut kain tersebut ke dalam mobilnya.
.....
"Ini kamar lo dan yang ini kamar gue, kalo butuh apa pun panggil gue aja. Kebetulan di kamar lo ada beberapa pakaian, lo pilih aja yang menurut lo menarik, " ucap Amoera seraya menunjuk sebuah kamar yang bersebelahan.
Setelah itu Amoera memasuki kamar nya meninggalkan pemuda itu yang masih menatap pintu kamar Amoera sambil bergumam lirih. Gumaman yang hanya terdengar oleh sang pemuda itu.
Saat ini Amoera tengah memainkan handphonnya di atas ranjang dengan posisi berbaring, ia menginstalk para influencer yang lebih sukses darinya.
"Oh jadi gini agar naik followersnya."
Tok tok tok
"Ada apa?" teriak Amoera
"Lapar."
"Gue nggak lapar."
"... "
Suasana kembali hening dan Amoera yang kembali fokus pada handphonnya.
"Saya lapar nggak ada makanan di dapur."
Amoera memejamkan matanya sebentar sebelum beranjak dari tempat nyamannya. Ia membuka pintu dan yang pertama ia lihat adalah seorang pria dewasa bukan lagi seorang pemuda yang masih minta uang jajan ke emaknya. Lagi dan lagi ia terpesona dengan ketampanan manusia didepannya.
"Ekhem." sebuah deheman menyadarkan Amoera dari rasa kagumnya.
"Eh oh... Makan mie nggak papa kan? Gue belum sempat belanja jadi adanya mie yang simple juga sih menurut gue."
"Tidak."
Amoera membalikkan badannya dan menatap pria didepannya dengan dahi mengkerut. "Maksud nya?"
"Saya tidak pernah makan mie."
Amoera mengangguk maklum lalu menatap pemuda itu sedih. "Nahh, Mulai sekarang lo bisa makan apa saja yang enak-enak di sini dan yang harus pertama lo makan enak di sini salah satunya mie!! Seneng nggak? Seneng dong masa enggak!!"
Pria itu menatap Amoera dengan tatapan yang sulit diartikan dan Amoera yang enggan memikirkan arti tatapan tersebut. "Oh ya nama lo siapa gue Amoera, Amoera Vetyani!"
Pria itu masih dengan menatap mata Amoera. "Abryne Mahesa."
Amoera mengangguk. "Nama panggilan?"
"Abryne."
"Abryne abryne abryne abry abry ryne ryne eeee gue panggil lo ryne gimana? Susah kalo mau manggil lo pake Abryne tapi bakal gue usahakan ko."
"Terserah."
Pada akhirnya kini mereka telah sampai dapur dengan Amoera yang segera menyiapkan mie untuk Abryne. "Suka pedas tidak Ryne?"
"Tidak."
"Ooh, cowok maniz ternyata."
"Apa maksud nya?"
"Okayy sudah jadi, silakan di makan raden," Amoera meletakkan mangkok beserta garpu dan sendok di depan Abryne setelah itu ia duduk di depan Abryne.
Abryne menghela nafasnya karena Amoera yang tidak menjawab pertanyaan sederhana darinya namun tak urung ia mengambil garpu untuk menarik mie dari mangkuk.
"Btw umur lo berapa?" tanya Amoera mengingat ia tadi membawa seorang pemuda ke apart dan menyuruhnya membersihkan badan namun alih-alih bukannya tampak bersih malah pemuda itu cosplay menjadi pria dewasa.
"26."
"Hehe enggak kaget enggak kaget enggak kaget. Eh ya ko bisa umur lo yang sudah mau kepala 3, tadi kelihatan belepotan bisa kek remaja-remaja gitu?" tanya Amoera yang terlihat sangat penasaran dengan kedua bola mata yang membesar.
"Make up..... Tidur sana! Anak kecil nggak baik tidur malem-malem."
Seketika wajah Amoera terlihat sinis. "Asal om tau ya, di umur 24 ini gue sudah boleh menikah sama hukum artinya gue bukan anak kecil lagi."
"Manggil nama orang yang lebih tua yang bener, nggak sopan."
Dahi Amoera mengkerut. "Gue udah bener manggilnya ya! Yang salah mana coba?!"
"Om, tadi kamu manggil saya om. Padahal saya bukan om kamu."
"Ya emang bukan, bukannya itu wajar ya manggil ke orang yang lebih tua pake 'om'?"
Abryne menyeringai. "Enggak nggak wajar, yang wajar kamu manggil saya 'sayang' baru itu hal wajar."
Seketika Amoera merasakan geli pada sekujur tubuhnya. "Jijik om, pedofil si itu namanya. Hoek," Amoera segera bangkit dari duduk nya dan menuju wastafel, sungguh ia merasa ingin muntah mendengar kalimat tadi.
"Om lain kali nggak usah nge gombal ya, om nggak pantes ngelakuin kayak gitu. Ingat umur om," setelah itu Amoera melangkahkan kaki nya menuju kamar dan sekali lagi meninggalkan Abryna sendirian.
"Pantesan belum nikah alay nya kebangeten sudah sampe level tinggi. " gumam Abryna
Drt drt
Abryna yang merasakan getaran pada saku celana segera ia ambil benda yang membuat getaran tersebut. Ternyata sebuah telephone masuk ke handphonnya.
"..... "
"Saya tadi sudah menemukan beberapa bukti-bukti nanti saya kirim ke e-mail mu dan tugas kamu tetap awasi orang itu, paham?!"
".... "
Tut.
.....
Amoera berjalan mendekati Abryne yang berada di sofa ruang tengah. "Om, tadi itu nomer gue."
"Yang mana?" tanya Abryne bingung.
"Yang tadi.." ucap malu Amoera.
Abryne berfikir sejenak sebelum menatap Amoera datar. "Oh jadi yang ngaku sugar babi itu nomer kamu?"
"Baby om. Baby, not babi."
"Sama sajalah, kamu masih anak kecil kenapa ngomong kayak gitu, diajarin siapa kamu?"
"Gue bukan anak kecil om, inget umur gue udah 24 tahun," setelah mengucapkan hal tersebut Amoera pergi dari hadapan Abryne.
Sedangkan Abryne, ia hanya menggeleng melihat tingkah Amoera.
...⋇⋆✦⋆⋇ ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nefertari Atika
Jahil bangey
2023-04-04
0