Aksa menutupi wajahnya yang terkena sinar matahari dengan tangan, namun itu tidak berhasil. Wajahnya masih terkena sinar matahari pagi.
Aksa berdecak, pria itu lalu bangkit dan membuka matanya perlahan. Aksa memegangi kepalanya yang terasa sakit, dan pusing.
Aksa mengusap wajahnya dengan kasar, ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.
Aksa terkejut tatkala melihat kondisi kamarnya yang benar-benar berantakan. Aksa pun baru menyadari jika ia tidak berpakaian sama sekali.
Aksa mencoba mengingat kejadian semalam dimana ia pulang dalam keadaan yang terpengaruh obat perangsangg itu.
"Gadis itu." Gumam Aksa teringat sedikit demi sedikit kejadian semalam.
"Saya harus menemui pelanggan saya, Tuan. Lepaskan saya."
Ucapan gadis itu yang Aksa ingat. Aksa berdecak, ia menatap tubuhnya lalu menggosoknya seakan ingin menghilangkan sesuatu.
"Cih, aku melanggar prinsipku sendiri. Aku menikmati seorang wanita murahan yang terang-terangan mengatakan ingin menemui pelanggan nya." Ucap Aksa berdecih jijik pada dirinya sendiri.
Aksa lekas turun dari ranjang, pria itu langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih dan bersiap pergi ke kantor.
Di dalam kamar mandi, Aksa menatap pantulan dirinya sebentar di cermin. Ia menghela nafas, membayangkan dirinya semalam untuk pertama kalinya.
"Beno, lihat apa yang akan aku lakukan padanya. Berani-beraninya dia menjebakku!" Geram Aksa dengan tangan terkepal.
Aksa pun lekas mandi, ia menghabiskan waktu 20 menit lalu keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.
Aksa menatap ranjang di kamarnya yang sungguh acak-acakan, tanda bahwa apa yang terjadi semalam benar-benar kasar.
"Aku harus mengganti ranjangnya." Gumam Aksa tidak sudi meniduri ranjang bekas wanita yang sudah dinikmati banyak laki-laki.
Aksa memakai kemeja putih dan jas putih tulang. Celana bahan hitam, lalu terakhir sepatu pantofel.
Aksa mengambil jam tangan merek mendunia itu, lalu memakainya. Terakhir, ia menyemprotkan parfum ke beberapa titik tubuhnya.
Aroma maskulinnya membuat siapapun akan terpana pada seorang Aksara Delvin Abiputra.
Aksa tidak menemukan ponselnya, ia pasti meninggalkannya di luar kamar. Aksa harus menghubungi tukang bersih-bersih dan juga meminta asistennya memberikan ranjang baru padanya.
Aksa keluar dari kamar, pria itu berjalan santai guna mencari ponselnya. Namun saat sampai di ruang tamu, ia juga menemukan kondisi ruangan yang berantakan.
"Ya Tuhan!" Gumam Aksa pusing melihat ruang tamunya seperti kapal pecah.
Tatapan Aksa lalu mengarah pada sofa cokelat muda yang ada di sana. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat noda merah yang tertinggal di sana.
"Tunggu, apa gadis itu … apa gadis itu juga?" Gumam Aksa bertanya-tanya.
Aksa mencoba mengingat. Semalam ia memang merasakan sempit sekali, namun ia tidak bisa mendefinisikan sempit dan tidak seperti apa, sebab semalam pun adalah yang pertama untuknya.
"Gadis itu perawan, lalu apa maksud kata 'pelanggan' yang dia ucapkan?" Gumam Aksa bertanya-tanya.
Jika memang gadis itu juga yang pertama, maka Aksa akan merasa sangat bersalah. Apalagi gadis itu pergi sebelum dirinya memberikan … uang mungkin.
"Aku harus mencaritahu siapa gadis itu." Gumam Aksa lalu segera pergi.
Aksa tidak mempedulikan lagi ponselnya, ia harus sampai di kantor segera dan memerintahkan asistennya sesuatu.
Aksa benar-benar pusing. Semalam pusing karena obat, dan sekarang pusing memikirkan gadis yang telah ia renggut masa depannya.
"Jika saja gadis itu ada, aku bisa memberinya banyak uang, tapi apa? Gadis itu malah pergi begitu saja." Gumam Aksara seraya terus menatap lurus ke depan.
Sampai di kantor, Aksa langsung keluar dan melempar asal kunci mobilnya. Sang asisten pribadi sudah menunggunya di depan lobby.
"Selamat pagi, Tuan." Sapa Xyan dengan sopan.
Aksa tidak membalas, pria itu langsung masuk ke dalam kantornya.
Seperti biasa, Aksa akan menjadi pusat perhatian para karyawannya. Apalagi dengan bau parfum mahal yang menempel di tubuhnya, membuat siapapun akan terlena.
Parfum jutaan itu membuat Aksa yang sudah tidak terlihat, namun bau wanginya masih tertinggal.
"Pak Aksa ganteng banget, ya Tuhan!!" Ucap salah satu karyawan wanita.
"Iya, indah banget pasti hidup gadis yang akan menikah dengannya kelak." Sahut temannya.
Sementara Aksa, pria itu sampai di ruangannya dan langsung duduk di kursi kebesarannya.
Di meja yang terdapat komputer, dokumen-dokumen penting dan pastinya papan nama Aksa.
Aksara Delvin Abiputra, Presdir Abitratex company. Begitulah tulisan yang terletak timbul dengan huruf berwarna silver.
"Hari ini akan ada rapat dengan–" ucapan Xyan terhenti saat Aksa bicara duluan.
"Batalkan kerja sama dengan Beno, dan buat dia menyesali perbuatannya." Ucap Aksa tanpa menatap asisten pribadinya itu.
Xyan tampak bingung. Pria berkacamata itu heran dan tidak mengerti maksud ucapan sang atasan barusan.
"Dia sudah menjebakku, dan membuatku meniduri seorang gadis." Tambah Aksara dengan tangan terkepal.
Xyan terkejut di tengah ekspresi wajahnya yang datar dan dingin. Kini ia paham kenapa atasannya itu bisa sangat emosi.
"Baik, Tuan." Balas Xyan tanpa banyak membantah.
"Dan satu lagi, minta seseorang untuk membersihkan apartemenku." Ucap Aksara seraya memijat pangkal hidungnya.
"Baik, Tuan. Saya permisi dulu, saya akan kembali 10 menit lagi, anda tenangkan diri anda dulu." Balas Xyan lalu pergi.
Xyan sangat mengenali Aksa, jika pria itu sedang marah maka ia akan meminta waktu untuk sendiri dulu.
Sambil menunggu atasannya itu, Xyan akan menghubungi pihak Beno untuk membatalkan kerja sama nya, serta menyelidiki apa yang terjadi dan apa yang pantas Beno dapatkan atas perbuatannya.
***
Jam makan siang, Aksara dan Xyan pergi ke salah satu restoran yang ada di dekat kantor. Mereka bahkan hanya perlu jalan kaki untuk sampai di sana.
Aksa dan Xyan, keduanya duduk di kursi pojok sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Tuan, nyonya besar menghubungi dan meminta anda untuk datang ke rumah sepulang bekerja nanti." Ucap Xyan.
"Hmm." Balas Aksa berdehem singkat.
"Sudah mengurus soal Beno?" Tanya Aksa, melempar pandangan tegas pada sang asisten.
"Tentu, Tuan. Saya sudah mengirim beberapa anak buah. Dan ya, gadis yang sempat menggoda anda di parkiran adalah putrinya." Jawab Xyan menjelaskan singkat, namun rinci.
Aksa berdecak sambil tersenyum miring. Ia semakin merasa bahwa dunia telah dipenuhi oleh orang-orang busuk sepatu Beno.
Ingin menjebaknya, tentu bukan hal yang mudah.
"Dan, Tuan. Malam ini kita harus pergi, ada barang yang harus kita kirim." Kata Xyan dengan suara yang lebih kecil.
"Kau atur saja." Balas Aksara singkat.
Aksa masih kepikiran soal gadis semalam, ia harus menemukan gadis itu. Ia akan meminta Xyan, namun setelah dia menyelesaikan tugasnya, dan memberi pelajaran pada Beno.
Setelah semuanya selesai, Aksa akan mencari gadis itu dan bicara padanya. Mungkin Aksa bisa ganti rugi dengan memberikannya uang yang banyak.
KOMEN DAN LIKE KALIAN SANGAT BERARTI 🥺
Bersambung..........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Teh Yen
aksa kamu kan tau kalau wanita yg kamu tidurin itu bukan pelacur masa mau ganti rugi smaa uang tanggung jawab dong kamu sudah memaksanya menyakitinya bahkan mengambil harta yg paling berharga dari wanita itu tau
2025-04-28
0
Qaisaa Nazarudin
Kamu pikir dia mau uang kamu,Dasar orang kaya,Setiap Menyelesaikan kan masalah selalu hanya dgn Uang...
2025-01-16
0
Yati
koplok siah di kira harga siri manusia bisa di beli pake duit
2024-08-15
0